Prologe

6.2K 558 19
                                    

Hola ! KIta ketemu lagi di cerita lain ^_^

Cerita ini tercipta akibat hasil vote yang dulu pernah ku bilang di FF Kuroko no basuke sebelumnya yaitu "Wife of Kisedai" (yang belum tau baca aja bagian  "pengumuman) Dan inilah hasilnya... Si Tuan Mutlak lah yang menang :) Maaf aku ngak bisa kasih tau  hasil vote nya dan malah langsung update cerita nya ^_^

Minna-san.. Sebelumnya ku ingatkan...

Cerita ini baru prologe nya aja ya ^_^ Cerita ini akan di lanjut SETELAH "WIFE OD KISEDAI" KELAR.... :)

Jadi aku baru kasih prologe nya aja nih :) Dan aku juga akan pantau apakah cerita ini di sukai para readers apa enggak :)

Vote aja sebanyak banyaknya dan kasih komentar apakah cerita ini layak lanjut apa ngk.. :) Sebelumnya terimakasih udh mau baca dan vote ^_^

Dan oh ya.. cerita ini terinspirasi dari Drama Korea yang berjudul "MASTER SUN" tapi tenang aja.. Aku ngak jiplak kok :) Cuman genre dan beberapa latar juga alur yang ku jiplak :) Selebihnya murni hasil imajinasi :)

Ini dia !

"Untouchable !" HAJIMEMASHITA !

-------------------------------------------------------

Malam itu hujan mengguyur Kota Tokyo dengan begitu derasnya. Buliran buliran air itu jatuh menyerbu bumi tanpa ampun. Beberapa orang berlalu lalang berusaha bersembunyi dari pasukan air yang menyerbu bumi secara tiba tiba itu. Ada yang bersembunyi di coffe shop dan beberapa menyembunyikan diri di sayap bangunan atau beberapa kanopi. Sebagian memilih untuk tetap berjalan di bawah payung, sebagian lagi berjalan terburu buru dan melindungi diri dengan apa adanya. Tas mungkin misalnya.

Namun, di tengah hiruk pikuk Kota yang tengah di guyur hujan itu, terlihat seseorang tengah berjalan di atas trotoar tanpa memperdulikan air yang sudah membuatnya basah kuyup. Hanya dengan bermodal jaket tua berwarna abu abu yang terlihat kedodoran, gadis itu tetap berjalan di tengah guyuran hujan. Wajahnya tertunduk tak berani mengangkatnya meskipun petir menyuruhnya sekali pun. Wajah itu masih setia bersembunyi di balik tudung jaket kelabunya. Beberapa orang di jalanan trotoar itu tak sengaja untuk sekedar menabrak bahu nya karena mereka terlalu terburu buru. Namun si empunya hanya tetap diam dan membiarkannya meskipun terkadang ngilu menyapa pundaknya. Gadis itu tetap pada pendiriannya untuk tidak sekedar mengangkat kepalanya.

Kedua tangan ringkih itu Ia masukan ke dalam kantong jaket. Berusaha mengusir dingin yang menyapa kulit pucatnya. Sepasang bola mata biru elektrik miliknya itu terlihat kerlip kerlip di balik tudung jaketnya.

WUSH!

Angin menabraknya. Gadis itu berhenti di tempat. Tubuh mungilnya bergetar. Ia diam tak bergeming di sana. Wajah Ia angkat sedikit untuk menengok dunia yang tersuguh di depannya. Perlahan tapi pasti, mata biru eletrik itu menjelajah sekitar. Menatap sebentar dunia yang ada di hadapannya. Bagi sebagian orang yang melihatnya mungkin hanya akan melihat orang yang berlalu lalang di trotoar dan terkesan terburu buru karena hujan. Namun mata biru eletrik itu menatap takut takut. Karena dunia yang orang orang lihat sedikit berbeda dengan apa yang Ia lihat lewat bola mata indah ini.

Gadis itu diam tak bergeming kala Ia melihat dunia yang tersuguh di hadapannya. Ya, Dia memang melihat orang orang berlalu lalang, tapi tidak hanya itu... Dia juga melihat orang orang dengang wajah 'unik' yang sangat tak Ia sukai. Beberapa 'orang unik' itu menatap ke arahnya dengan berbagai ekspresi. Ada yang menatapnya tajam, dan ada yang menatapnya dengan tatapan hampa. Gadis itu berusaha untuk tetap tenang dan tidak memikirkan segalanya. Di gigitnya daging tak bertulang itu untuk menahan takut yang menjalar di punggngnya. Dia melanjutkan jalan dan berusaha menghindari apapun yang Ia lihat.

'Abaikan mereka.. Abaikan mereka!' Hanya kalimat itu yang di rapalkannya untuk sebuah mantra pengusir takutnya.

"Hei kau... Tolongg... Tolong akuu.. Khhh... Kau.. Bisa melihat ku kan?" Seseorang berujar padanya.

DEG!

Jantung seperti berhenti berdetak. Dengan perasaan takut Ia menengok ke arah belakang. Dan di sana Ia dapati...

Seorang kakek kakek dengan kaki hilang sebelah tengah berjalan pincang menuju ke arahnya...

Mata biru eletrik itu membulat sempurna. Wajah itu di dongakkan dan menatap ke sekitarnya. Seketika dunia nya berubah, bukan berisi manusia.. Tapi berisi 'orang orang unik' yang sangat di bencinya.

"Tolong aku..."

"Hei.. dia bisa melihat kita ya?"

"Arrrghhh!!! Nona... Sampai kan pesan ku untuk suami ku.. Ku mohon.. Agar aku tenang di alam sana.."

Suara suara yang sangat kau benci itu mulai merayapi indera pendengaran mu. Kamu menatap panik kepada sekeliling mu. Sesak mulai mengerogoti paru paru mu. Kamu semakin panik saat 'mereka' berdatangan ke arah mu. Kamu menutup telinga ku rapat rapat. Berharap suara suara itu menghilang. Kamu duduk terjongkok di tengah trotoar.

"TIDAAK !!! JANGAN DEKATI AKU !! PERGI !! PERGI!!" Kamu memekik.

Beberapa orang menatap mu dengan tatapan heran. Tak jarang juga yang menatap remeh dan menatap hina ke arah mu. Suara suara itu semakin memenuhi telinga dan fikiran mu. Kamu hanya berjongkok dan menutup kedua telinga mu. Dunia mu semakin ramai. Kamu mengigit kuat kuat bibir mu. Air mata mulai menggenangi mata biru eletrik mu itu.

"AARGGHH!!! TIDAK !! TIDAAK!!!" Kamu semakin memekik keras. Orang yang peduli pada mu datang menghampiri mu. Seorang Ibu dengan perawakan gemuk datang menghampiri mu.

"Nona... Nona... Anda tidak apa apa?" Ibu itu menguncang tubuh mu. Namun kamu masih tak berani membuka mata.

"Ku mohon... Aku takut..." Lirih mu. Orang orang dengan tingkat penasaran tinggi mulai mengerumini mu.

Sebuah mobil hitam mewah berjalan membelah kota Tokyo yang di guyur hujan. Di dalam mobil itu, duduk seseorang yang sangat penting bagi keluarga nya. Mobil itu melewati kerumunan orang yang ada di pinggir trotoar. Mata dwi warna itu hanya melirik sekilas ke luar jendela. Si Tuan muda nantampan itu mendapati bahwa supirnya terlihat tertarik dengan pemandangan di luar sampai tidak memperhatikan kedepan. Dan memperlambat laju mobilnya saat melewati kerumunan itu.

"Sepertinya kau tertarik sekali dengan suasana di luar Huberth..." Pemuda bersurai semerah darah itu bergumam pada supirnya. Sang supir langsung mengalihkan pemandangan dan melaju mobilnya seperti biasa.

"Ah, Maaf kan saya Tuan muda.." Ucapnya.

Mobil hitam itu kembali melaju cepat membelah jalanan kota Tokyo. Sang Tuan Muda sama sekali tak tertarik dengan pemandangan di luar. Ia terlalu sibuk dengan fikirannya sendiri. Mata heterokromnya memandang lurus ke depan. Ia tak pernah peduli dengan hal kecil yang terjadi di jalanan. Ia terlalu sibuk untuk itu bahkan terlalu sibuk untuk ingin tau. Mata dwi warna itu terterpa sinar lampu jalan dari luar. Membuat nya begitu dramatis.

JDER!

Petir mulai bersahut sahutan di sana. Seolah mengklaim akan terjadi sesuatu selanjutnya.

✔Untouchable [Akashi X Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang