Enam belas| Yang sebenarnya.

2.1K 305 46
                                    

PIIP...

Kamu memutus sambungan telphone dengan Momoi. Kemudian pergi meninggalkan Kiyoshi yang masih binggung dengan apa yang kau lakukan barusan. Kamu berlari menuju apartemen Kuroko. Untung kamu pernah pergi kerumah itu sekali. Apartemennya tak jauh dari sana. Bisa kamu dengar Kiyoshi mengejar mu dengan memanggil nama mu. Tapi lama lama suara itu hanya terdengar sayup sayup. Pikiran mu mulai memecah belah. Satu hal yang kamu ingat, ada satu wajah menyeramkan yang terpasang dan menghantui fikiran mu saat ini. Sosok wanita mengerikan yang ada di belakang Kuroko.

Kamu tau ini pasti akan terjadi. Mengingat bagaimana wanita misterius yang menyeramkan itu mengancam mu. Berarti yang waktu itu bukan mimpi. Kamu memang melihat wanita itu. Ini bukan karena kamu terpeleset minyak yang bertabur di lantai, tapi wanita itu memang menyakiti mu. Kaki terus melangkah meskipun lelah, kepala yang masih berdenyut, jantung yang terus memompa sekuat tenaga. Nafas yang mulai menipis. Rambut indah mu berkibar di belakang mu seiring kamu berlari. Wajah cantik mu nampak begitu khawatir. Kamu harus menolong Kuroko. Bisa saja wanita itu mengincar jiwa Kuroko. Hal yang sama pernah terjadi pada mu dulu.

"Cepat datang... Atau jiwanya akan menjadi milik ku.." Angin berhembus membawa kalimat itu. Siulan nya bermain lembut di telinga mu. Kamu berhenti untuk berlari. Nafas mu tercekat. Apa yang barusan itu?. Kamu kenal suara itu, itu suara wanita itu. Nafas mu tersenggal, mata biru eletrik mu itu menatap sekitar.

Dan dunia mu...

Kembali berubah...

Di depan mu...

'Mereka' mulai bermunculan. Nafas mu masih terengah. Kamu mengedarkan pandangan. 'mereka' ada di mana mana. Sulit buat mu bergerak. Kamu merunduk mengatur nafas, mata biru mu itu nampak waspada. Sepertinya kamu akan mengucapkan selamat datang pada dunia yang biasa kamu kunjungi. Ya, dunia para hantu. Sekarang, salah kah kamu jika kamu merindukan sesosok prisai mu?. Salahkah kamu merindukannya?.

-Untouchable-

Kedua mahkota merah itu saling berhadapan. Ini sudah lewat dari dua puluh menit mereka saling menatap. Sepasang bola mata heterekrom dan sepasang bola mata merah itu saling menatap tajam. Secangkir teh berada di hadapan masing masing, tetapi di biarkan mendingin tanpa di sentuh sedikit pun. Udara di sekitar begitu mencekam. Tapi si mata hetekromatik itu merasa tak terganggu dengan hal itu, kalau orang biasa mungkin sudah tak tahan. Tetapi dengan berani nya Ia masih betah menatap pria yang mirip dengannya namun lebih tua darinya itu.

"Jadi.." Akashi Seijuuro akhirnya membuka pembicaraan setelah dua puluh menit saling berdiam diri.

"Ada apa Ayah memanggil ku. Tak biasanya." Lanjut Akashi. Di hadapannya Akashi Masaomi menatap nya tajam, memandang putra nya dengan tatapan dingin menusuk nya.

"Aku hanya akan bertanya sekali, jadi dengar baik baik Seijuuro." Ucap Masaomi. Akashi mendengar kan.

"Kemana saja kau belakangan ini?" Ucap Masaomi. Akashi menghela nafas, mengambil cangkir teh miliknya kemudian menyesapnya pelan sebelum menjawab.

"Ayah tau kalau aku sibuk." Jawab nya enteng.

"Aku tau, tapi malam itu. Saat badai. Kau di mana?" Ucap Masaomi.

Akashi yang tadi meneguk teh sesaat berhenti. Sebelah mata kuningnya yang tak tertutup cangkir menatap Ayahnya dalam. Di dalam mata emas itu terbias sosok Masaomi dengan jelas. Akashi menurunkan cangkirnya dan meletakannya dengan pelan di piring mungil yang Ia pegang dengan tangan kirinya.

"Ayah tau itu badai. Dan aku tak bisa pulang. Aku tersesat saat sepulang dari makam Ibu. Lalu Aku menginap di rumah teman, Sudah jelas bukan?" Ujar Akashi dengan nada tak kalah dingin.

✔Untouchable [Akashi X Readers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang