"Jadi begitu ceritanya.." Akashi berujar seraya menyesap kopi hitamnya.
Kini, kamu dan Akashi tengah duduk saling berhadapan di meja makan. Di depan mu ada coklat panas kesukaan mu. Namun kamu tak meminumnya. Hanya memutari bibir gelas nya dengan telunjuk mu, seraya menunduk dalam dalam. Setelah mendengar tuturan Akashi soal ulah mu semalam membuat mu tak nyaman sendiri. Kamu sudah banyak merepotkan Akashi. Tapi rumah Akashi memang begitu banyak 'penghuninya'. Wajar saja kalau kamu sering kerasukan. Tapi.. mengenai sentuhan yang Akashi bilang.. Kamu jadi ingat kejadian saat kamu sedikit terbangun dari pingsan setelah mendinga Ibu Akashi keluar dari tubuh mu. Sentuhan Akashi memang sangat ampuh mengusir 'mereka'.
"A-ano.. Akashi-san.. Aku minta maaf... Aku tak bermaksud membuat mu repot. Tapi.. kalau aku tertidur memang begitulah yang terjadi.." Lirih mu. Akashi menatap mu tajam.
"Jadi kau tak pernah tidur?" Akashi bertanya. Kamu menatap pria itu lalu menggeleng. Akashi membuang wajah.
"Ch! Pantas saja.." Gumamnya.
"Maaf." Kamu kembali melirihkan kalimat itu. Akashi menatap mu dingin. Namun jauh di lubuk hatinya yang terdalam.... Ia sudah memaafkan mu.
"Kalau begitu pulang sana!" Akashi mengusir mu.
Kamu langsung menatap pria itu. Mudah sekali pria merah itu mengatakannya. Namun kamu tak bisa berbuat apa apa lagi. Sudah syukur semalam kamu bisa tidur berkat sentuhan ajaib Akashi. Akhirnya kamu mengangguk kemudian pergi meninggalkan ruang makan itu dengan wajah menunduk. Dan Akashi, hanya diam di tempatnya.
-Untouchable : Aku yang mengkhawatirkan mu-
Entah sudah berapa lama kamu keliling di rumah besar milik Akashi ini. Kamu ingin mencari pintu keluar. Tapi kenapa kamu selalu saja melawati tempat yang sama. Kamu mendecih kesal saat kembali melihat kolam renang indoor itu. Rasanya kamu sudah melewatinya tujuh kali. Kamu mengacak rambut mu sebal. Menghentak hentakkan kaki frustasi.
"Kenapa juga ini rumah kaya labirin!!" Pekik mu. Kamu duduk merosot di lantai. Memeluk lutut mu.
"Selain seperti labirin.. Kenapa juga rumah sebesar ini sepi?!" Kamu masih mengoceh. Kamu mulai putus asa. Harusnya kamu tadi tanya Akashi di mana pintu keluarnya. Malah dengan sombongnya kamu meninggalkan dia. Heran juga kamu pada Akashi yang bisa hafal rumah besar ini. Yah, maklum. Ini rumahnya dari kecil. Dan demi apapun, setidaknya ada buttler dan maid yang memenuhi rumah ini kan?.
"Nona.. Anda butuh bantuan?" Suara itu membuat mu memiliki harapan hidup rasanya.
"Ah, Terima—.. HUAA!!!!" Kamu langsung melotot dari lari terbirit birit di lorong panjang itu. Ampun, sangking besarnya rumah itu, Bahkan rumah itu memiliki lorong lorong.
Kamu mempercepat lari mu. Sesekali kepala kamu tolehkan ke belakang. Takut takut mereka masih mengejar mu. Dan ternyata benar saja, mereka mengejar mu. Dan jumlahnya cukup banyak. Kamu meneguk ludah mu lalu kembali berlari. TAP! TAP! TAP! Langkah kaki mu terdengar begitu cepat tak berirama. Menyusuri setiap inchi dari rumah besar itu. Ingin kembali ke ruang makan tapi kau lupa kemana arahnya. Semakin langkah kaki mu terdengar keras, mereka semakin banyak bermunculan. Dan itu semakin membuat mu panik.
"Hehehhehe.. Dia takut pada kita..."
"Nona manis ini dari mana?"
"Nona.. Bermainlah dengan kami sebentar.."
"Gadis cantik, mau minum sake bersama?"
"Kaka, carikan mata ku yang hilang."
Suara suara itu semakin memenuhi kepala mu. Kamu melihat lurus ke depan. Dan seperti yang sudah sudah. Kamu seperti melihat dunia lain. Kamu sudah memasuki ruang dimensi lain dari rumah Akashi. Jalanan di depan mu gelap pekat, ada satu titik cahaya di depan mu. Kamu tetap terus berlari sampai paru paru ini membucah. Mengejar cahaya putih di depan sana yang entah kenapa semakin menjauhi mu.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Untouchable [Akashi X Readers]
Fiksi Penggemar[COMPLETE ✔️] Rank #9 di #Readers'🎊🎉 (12-05-18)🎉🎊 [SUDAH TIDAK DI PRIVATE. SIDER TOLONG SADAR DIRI :) ] Akashi Seijuuro si Tuan Mutlak yang omongannya selalu absoluth itu bertemu dengan Gadis biasa yang aneh. Si Merah yang berkilau bagai casanov...