- H -

295 22 0
                                    

~~~~~~~~~~

Sepulangnya dari makam kedua orangtua Valen. Kinan mengajak Valen untuk makan siang.

"Mau makan dimana ?" tanya Valen yang mulai menjalankan mobilnya.

"Aku ikut aja" jawab Kinan dengan suara pelan.

"Yang deket sekolah kamu itu, enak gak makanannya ?"

"Enak kok"

"Yaudah kita makan disana aja ya", Kinan mengangguk mengiyakan.

Air mata Kinan mulai turun perlahan-lahan. Agar Valen tidak melihatnya, Kinan memalingkan wajahnya menatap jalanan di luar.
Bukannya Valen tidak tau kalau Kinan sedang menangis, dia tau, bahkan sangat tau.

Valen menyodorkan sapu tangan dengan tangan kirinya yang bebas ke depan wajah Kinan.
"Lapnya pake ini, jangan pake tangan. Nanti jadi jelek muka lo, mending kalo kulitnya halus"

"Ish, kalo ngomong tuh nyelekit banget ya" sindir Kinan dengan suara serak. Valen terkekeh dan mengelus puncak kepala Kinan.

"Dah yuk turun, laper nih" Kinan mengangguk.

"Makannya samain sama gue aja ya, biar gak lama"

"Hmm semerdeka lo deh", Valen menunjukan sederet gigi putihnya yang rapih sambil memainkan kedua alisnya.

"Val, gue kangen abang" ujar Kinan tiba-tiba sambil mengelap matanya.

"Gue juga, siapa yang gak kangen sama orang segokil dia ?!" Kinan mengangguk sambil terus mengelap air matanya.
"Untungnya sifat gokilnya turun ke lo, jadi gue masih bisa terhibur lah" lanjut Valen, dan tidak disangka justru ucapannya membuat tangisan Kinan semakin menjadi.

"Jangan nangis lagi dong. Dulu lo yang masih kecil aja selalu semangatin gue. Kok sekarang jadi lo yang cengeng gini. Adrian gak suka cewe cengeng" Valen menoel hidung Kinan yang merah.

"Huaaa jangan gitu... Gue jadi makin kangen sama abang kan.." ujar Kinan dan memeluk Valen, menenggelamkan wajahnya di tengkuk Valen yang duduk di sebelahnya.

"Udah ah jangan nangis lagi, malu tuh di liatin orang. Nanti disangka kita pacaran lagi"

"Bodo ah, peduli amat kata orang" jawab Kinan yang masih menangis di tengkuk Valen.

"Makasih ya Val"

"For ?"

"Buat selama ini lo udah jadi moodboster gue, walaupun lo gak bisa gantiin posisi bang Ian, tapi lo tetep jadi kakak yang hebat buat gue" jelas Kinan setelah tangisnya mereda.

"Sama-sama. Karena lo gue jadi ngerasain punya tanggung jawab"

"Makanya cari cewe, biar punya tanggung jawab yang sebenarnya"

"Gak ah, lo aja udah berat nanggungnya, gimana mau nambah"

"Ish, nyebelin banget ya". Candaan mereka berhenti saat pelayan mengantarkan pesanan mereka.

~~~~~

Al terus memantulkan bola basketnya di lapangan. Dan berkali-kali memasukkan bolanya ke dalam ring dari jarak yang berbeda-beda.
Gadis yang di nanti-nanti Al tidak kunjung datang. Sudah hampir sepi, gak mungkin Kinan belum selesai. Batin Al.

"Al ! Al !" seseorang memanggilnya dan membuat Al menghentikan permainannya.

"Haduhh,,, kata Kinan.. maaf.. dia gak bisa main, soalnya.. dia udah di jemput.. sama doi, eh salah maksud gue.. dia udah di jemput dan.. ada acara lain. Jadi dia minta maaf banget" jelas Elsa dengan nafas yang tidak beraturan karena berlari dari gerbang ke lapangan dan lumayan jauh. Di tambah dia sedang berbicara dengan seseorang yang dia kagumi.

"Oke, makasih ya" jawab Al singkat dan memantulkan bolanya keras.

Elsa mengerutkan keningnya melihat Al yang tampak sedikit kesal. Tapi detik kemudian Elsa tersenyum lebar, seakan mengerti perasaan Al.

Kecewa ? Sedikit. Al sudah mengantar Intan lebih awal agar saat dia bermain tidak ada yang menganggunya. Dan ternyata, Kinan malah ingkar janji dan melupakannya.
'Kenapa gue harus kecewa dia gak bisa main ?' pertanyaan itu yang selalu hadir di pikiran Al.
"Ahh, kelamaan mikir jadi laper" Al bermonolog ria.

Restoran yang terletak beberapa meter dari sekolah mereka memang sangat terkenal karena spagetti nya yang khas. Memikirkannya saja sudah membuat perut Al bernyanyi. Tanpa babibubebo Al langsung menancap gas mobilnya menuju restoran Pelangi.

Sesampainya disana, Al langsung memesan sepiring spageti dan sebotol air mineral.
Seketika matanya berhenti pada dua orang yang memasuki restoran tersebut.
'Kinan' pikir Al.
Makanannya yang sudah hampir habis, di makannya sedikit demi sedikit untuk memperlambat waktu.
Entah muncul dari mana rasa penasaran dalam benak Al. Dalam diam Al terus memperhatikan Kinan dan laki-laki tersebut, tapi tetap sesekali pandangannya di arahkan ke lain tempat.

Keningnya berkerut saat Kinan memeluk lelaki itu dan menangis disana. Laki-laki itu pun membelai rambut Kinan penuh sayang.
"Jadi ini pacar Kinan" gumam Al pelan hampir seperti bisikan.

Rasa panas mulai merasuki dirinya, entah dari mana asalnya api itu. Tapi yang pasti Al tidak suka melihat pemandangan itu berlama-lama.

~~~~~~~~~~

Life To Keep YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang