- O -

97 6 0
                                    

Sebelumnya saya mau minta maaf kalau ceritanya jadi kurang ngefeel gitu, soalnya ini cerita lama jadi ya saya lagi nyoba untuk nyatu lagi feelnya.
~~~~~~~~~~

Kinan memikirkan kembali apa yang dikatakan ibunya kemarin. Tidak ada yang tidak mungkin. Bisa saja Aldric sudah tidak sanggup lagi dan ia memilih untuk beralih pada orang lain. 'Ah ngga ngga, Al bukan orang yang kayak gitu' batin Kinan. Tapi kembali lagi, semuanya bisa saja terjadi.

"Hai," sapa seseorang dari belakang Kinan. Kinan menoleh dan tersenyum. Devan langsung duduk di bangku yang tersedia disamping Kinan.

"Jangan di liatin terus, coba dong ngomong." Ujar Devan yang sudah mengetahui kemana arah mata Kinan sejak tadi. Memang sejak Kinan kembali ke kampus, Devan lah yang pertama kali mengenalinya. Kinan meminta dirinya untuk tidak memberitahukan Aldric keberadaan dan keadaannya. Dan Devan menyanggupi itu sampai sekarang.

"Setiap hari lo selalu ngomong gitu Dev," balas Kinan. "Ya abisnya gue greget ngeliat lo, kasian juga ngeliat dia. Ya walaupun gua sama dia gak deket-deket banget."

"Gue gak tau Dev, gimana ekspresi dia pas tau kalo ternyata gue udah ngebohongin dia. Dan," Kinan menggantung kalimatnya.

"Dan itu yang buat gue takut ngomong sama dia. Gue takut dia bakal ngejauhin gue karena gue lumpuh. Gue takut dia marah sama gue dan berakhir ngejauhin gue. Gue takut dia gak percaya sama gue lagi, Dev." Keluh Kinan dengan air mata yang perlahan mengalir di wajahnya.

Devan mendekat dan menepuk bahu Kinan pelan. "Gue yakin Aldric bukan orang kayak gitu. Lo takut karena lo belum pernah coba. You never know, if you never try." Ujar Devan bijak. Kinan mengangguk setuju dan menghapus air matanya.

"Thanks Dev."

"Udah jadi tugas gue buat ngasih solusi yang baik buat lo,"

"Fix banget lo sahabat gue Dev." Ujar Kinan dengan senyuman tulus.

"Padahal gue penginnya lebih loh," Kinan tertawa pelan dengan wajah yang masih lembab.

~~~~~

Sudah 1 semester ini Al merasa dirinya hampa. Makin hari komunikasi dengan Kinan semakin berkurang. Al merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Kinan darinya. Setiap kali Al berkunjung ke kediaman Kinan, ibunya pasti membukakan pintunya dengan senyum di paksakan. Apalagi saat Al mengajaknya untuk ke Korea, ibu Kinan dengan cepat menolak. Walaupun dengan alasan yang masuk akal, tetap saja ada yang mengganjal.
Di tambah Al pernah melihat cewe yang mirip sekali dengan Kinan di kampus sedang duduk di kursi roda dan ada Devan di belakangnya. Wajahnya memang tidak terlihat jelas, tapi dari rambut dan tipe badan sedikit mirip. Hanya saja Kinan agak lebih berisi dibandingkan cewe ini.

Sejak tak ada kabar langsung dari Kinan, Al jadi sering melamun. Apa sebenarnya yang ditutupi Kinan. Al tidak henti-hentinya memikirkan hal itu, sampai kadang ia lupa makan atau tidak konsen belajar. Sungguh besar dampak Kinan dalam hidup Al.
Lamunannya terbuyarkan saat mendengar seorang cewe terjatuh tak jauh didepannya. Karena hanya Al yang ada di sekitar situ, jadilah Al berjalan mendekati gadis yang memakai kruk satu kaki itu.

"Lo gak apa-apa ?" Tanya Al sambil berjongkok di depannya.

~~~~~

Kinan sedikit terlambat hari ini, jadilah ia terburu-buru dari parkiran menuju fakultasnya. Saking terburu-burunya, Kinan tidak menyadari ada lubang kecil yang cukup dalam. Kruknya tersangkut dan akhirnya Kinan terjatuh. Kinan merintih kesakitan sambil terus mencoba berdiri.

"Lo gak apa-apa ?" Tanya seseorang membuat pergerakan Kinan terhenti. Tapi kemudian ia berdiri di bantu orang itu. Ibu Kinan bilang, kalau bicara sama seseorang itu maskernya harus dicopot. Kinan yang belakangan ini sering memakai masker, akhirnya membuka maskernya untuk berterimakasih. Namun senyumnya seketika luntur saat matanya bertemu dengan mata orang yang tadi membantunya.

Al kaget bukan main saat melihat wajah yang selama ini dia rindukan. Semuanya seketika terasa melambat, Al berjalan lebih dekat pada cewe itu. Al memegang kedua bahu cewe yang berdiri didepannya. Tak hanya Al yang terkejut, Kinan pasti merasakan hal yang sama.

'Ini bukan waktu yang tepat' batin Kinan saat terasa tangan Al menyentuh kedua bahunya. Harusnya Kinan bahagia sekarang, harusnya Kinan tersenyum sekarang, harusnya Kinan memeluk Al sekarang. Tapi semua itu hanya ada dalam bayangannya saja.

"Sori, a-ak, gue udah terlambat." Ujar Kinan cepat sebelum air matanya turun.

Alih-alih menahan Al malah membiarkan Kinan begitu saja.

~~~~~~~~~~

Aaaaa gue gak tau gimana jadinya cerita ini. Ini gak jelas sumpah. Oke gaes.

Life To Keep YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang