- I -

297 21 0
                                    

~~~~~~~~~~

Sebelum tiba di rumah Al, ayah Kinan menyempatkan untuk membeli buah tangan. Sebenarnya Kinan bingung kenapa ayah masih saja memperdulikan Al. Maksudnya, kenapa ayahnya masih sangat care layaknya saudara kandung. Sungguh dunia ini penuh misteri, batin Kinan.

"Yang pagernya warna coklat itu rumahnya"

"Coklat ada 2, yang mana ?" tanya Valen

"Yang kanan" jawab Kinan malas, karena sedari tadi Valen terus bicara dan seolah-olah memojokan dirinya dengan membahas Al.

"Assalamualaikum" ujar ayah Kinan di depan pagar rumah Al.

"Waalaikumsalam, ah ayahnya Kinan" ujar seorang laki-laki yang sepertinya seumuran dengan ayah Kinan.

"Ayo masuk, masuk" ajak beliau mempersilahkan ayah Kinan, Valen tak ketinggalan Kinan untuk masuk kedalam istananya.

"Bagaimana kabar Al ?" tanya ayah Kinan memulai pembicaraan. Dan seketika wajahnya ayahnya menunjukan senyum yang agak pahit.
"Dia belum mau bersosialisasi sampai sekarang. Dia selalu merendahkan dirinya. Makan pun jarang, ah maaf saya jadi curhat begini. Tapi selebihnya Al sehat secara fisik, hanya tinggal penyesuaian dengan kakinya. Dan mungkin kepercayaan dirinya harus terus kita bantu"

"Gapapa pak. Kebetulan ini ada buah tangan sedikit"

"Ter-"

"Al bilang Al gak mau ma, jangan paksa Al !!" belum sempat papa Al mengucapkan terimakasih, tapi samar-sama terdengar teriakan Al dari kamarnya yang letaknya tidak terlalu jauh dari ruang tamu.

"Sebentar saya tinggal dulu" ujar papa Al kemudian di sambut anggukan dan senyuman dari ayah Kinan, Valen juga Kinan.

"Al kenapa Kin ?" tanya Valen, "entah, mungkin dia gak mau pake kaki palsunya, atau dia gak mau makan, atau apa tau lah. Kinan gak ngurusin"

"Yaudah tunggu aja papanya balik" ayah Kinan menengahi.

Tak lama papa Al kembali dengan senyuman yang di paksa. Terlihat jelas dari sorot matanya bahwa ada kelelahan dan kesedihan disana.

"Maafin Al. Belakangan ini dia gak mau pake kaki palsunya, dan jadilah kita harus ekstra buat bujuk dia"

"Maaf om sebelumnya, sekarang Al masih gak mau pake kaki palsunya ?" tanya Kinan hati-hati.
Papa Al hanya menggeleng dan membuang napas pelan.

"Kalau di izinkan, boleh saya bantu bujuk Al ?"

"Kalau nak Kinan tidak keberatan, silahkan saja. Mari om antar ke kamarnya"

"Yah, Val, bentar ya. Kinan mau bujuk Al dulu", ayah Kinan tersenyum bangga. Tapi seringaian jail terukir di wajah Valen.

"Tuh kan yah, Kinan udah pas banget buat Al. Udahlah yah, bulan depan tunangin aja mereka. Aku sama ibu udah setuju kok yah" bisik Valen pada ayahnya takut-takut Kinan mendengar dan siap menerkam Valen.

"Kamu ngomong pertunangan kayak semudah ngucek mata. Kalo keluarga Al gak mau gimana ? Malunya ayah yang nanggung nih"

"Ayah gak perlu khawatir, aku, ibu sama ibunya Al udah bicaraan ini sebelumnya. Malah ibunya Al yang bilang ini duluan"

~~~~~

"Assalamualaikum" sapa Kinan saat masuk ke kamar Al. Dan pertama yang di rasakan Kinan adalah hawa kamar Al beda, kamarnya redup, padahal jendelannya langsung menghadap matahari terbit. Karena hordeng coklat tua menutup rapat-rapat celah cahaya masuk.

Al dan mamanya menoleh ke arah sumber suara. Seketika mata Al membulat.

"Gue kira lo udah lupa sama gue", itulah kalimat pertama yang di ucapkan Al.

"Hai Kinan, udah lama gak ketemu"

"Iya tante, soalnya-"

"Dia males ketemu sama temen cacat ma" sela Al cepat. "Apaan sih lo !?" Kinan jadi ikutan geram.

"Maafin Al ya Kinan"

"Gapapa kok tan, udah kebal" sindir Kinan dengan penekanan di kata 'kebal'.
Kinan mengalihkan perhatiannya pada kaki kiri Al yang kosong.

"Kok di copot lagi kakinya ?? Ayo pake lagi" ujar Kinan dan langsung memungut kaki palsu Al yang sepertinya tadi sempat di buang Al ke tempat sampah di kamar Al.

"Kamu bisa nak ?" tanya mama Al ragu,

"InshaAllah bisa tan, soalnya kemarin aku sempet liat susternya dan melajarin lagi di rumah"

"Yaudah tante tinggal gapapa ya ? Gak enak masa ayah kamu gak di bikinin minum"

"Nah iya tante, kebetulan aku juga aus" ujar Kinan polos. Mama Al terkekeh senang melihat kelakuan Kinan yang apa adanya seperti ini.

"Sini gue pakein, ah lo. Tinggal make aja segala ngamuk" ledek Kinan dan mulai berjongkok untuk memasang kaki palsu Al.

Anehnya, Al menurut saja dengan apa yang Kinan katakan. Tidak ada penolakan dalam dirinya, di otaknya, bahkan di hatinya sama sekali tidak ingin menolak.

"Selesai !!" pekik Kinan dan berdiri sambil mengulurkan kedua tangannya.
Al mengerutkan keningnya. "Ngapain ?" tanya Al kemudian.

"Lo harus belajar jalan"

"Gak !"

"Ish, ini anak batunya. Subhana banget ya" Kinan geram.

"Udah ayo buruan, kalo lo gak mau belajar jalan. Berarti lo udah ingkar janji sama gue"

"Gue gak pernah janji sama lo"

"Pernah ! Lo janji kalo gue ketemu lo lagi, lo harus udah bisa jalan lancar"

"Itu kan lo doang yang ngomong, gue gak bilang gue janji" jawab Al dengan nada yang masih datar.

"Eh iyaya. Yaudahlah ayo buruan selagi ada gue disini"

"Kenapa lo mau nolongin gue ? Kenapa lo niat banget bantu gue ? Kenapa lo gak ngejauh saat gue udah gak normal lagi ? Kenapa lo gak kayak mereka yang ninggalin gue saat gue terpuruk ?" pertanyaan yang selama ini berputar-putar dalam benak Al, kini tersampaikan juga.

Kinan sempat diam sejenak. Kemudian Kinan angkat suara, membuat Al diam karena  1 kalimat yang menjawab semuanya.

"Karena gue bukan mereka yang fake friend"

~~~~~~~~~~

Life To Keep YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang