- M -

301 21 0
                                    

~~~~~~~~~~

"Puas sama jawaban gue ? Puas kenapa sampe sekarang gue mau bantu lo buat bangkit lagi ? Kenapa sampe sekarang gue masih peduli sama lo ? Puas ?" Kinan bertanya balik dengan amarah yang sedang di tahannya.

Al terus memandangi mata Kinan.

"Gue udah pernah bilang sama lo, jangan gunain kekurangan lo buat merendahkan diri lo lebih rendah dari ini di mata orang. Justru lo harus nunjukin ke orang-orang, dengan kekurangan lo ini, lo bisa sukses, lo bisa lebih tinggi dari mereka. Kenapa sih Al, lo tuh selalu menganggap kalo diri lo sekarang serba kurang ? Apa yang kurang dari lo ? Apa ? Lo masih di kasih bernapas sama Allah aja harusnya lo udah bersyukur Al"

"Sekarang gue tanya, kenapa lo menghindar dari sekitar lo ?"

"Gue cacat" jawab Al pelan

"Apa keuntungan saat lo terus berdiam diri disini sambil menyesali apa yang udah terjadi ?", Al diem.

"Gak ad-"

"Gue gak merasa di kucilkan. Gue juga gak perlu mendapat tatapan iba dari sekitar gue, karena gue rasa harga diri gue jatoh saat gue di kasihani. Itu alesan kenapa gue gak mau keluar rumah selama ini. Itu alasan kenapa gue gak mau bersosialisasi dengan sekitar gue" jelas Al dingin memotong kalimat Kinan.

"Receh !" umpat Kinan

"Al, lo cuma takut sama keadaan di luar. Lo takut dengan apa yang belum pernah lo coba" suara Kinan melembut.

"Gue butuh dorongan yang terus ada di belakang gue Kin, gue cuma butuh itu. Saat gue udah nemuin orang yang tepat, orang itu malah pergi dan membuat gue balik mikirin hal-hal yang negatif" Al mulai melunak dan menundukan kepalanya. Mungkin ini saatnya Al mengungkapkan semuanya pada Kinan, walaupun tidak semuanya.

"Siapa orangnya ? Sini biar gue cari"

"Lo Kin, lo orangnya"
Kinan sempat tak berkutik sama sekali di tempatnya. Entah rasa senang, haru, sedih atau apa yang sedang melanda dirinya ini.

"Oke, kalo gitu gue gak akan pergi kemanapun, gue akan selalu ada di belakang lo, gue juga akan selalu ada di samping lo"

Sedetik kemudian, Al malah tertawa meremehkan.

"Lo terlalu sempurna buat gue Kin, dan gue gak pantes dapetin itu"

"Lo ini maunya apa sih ?! Lo minta dorongan gue, gue udah bersedia tapi lo nolak. Hadohh, ni anak maunya apa sih ya Allah", dalam keadaan seperti ini sempat-sempatnya Kinan membuat lelucon. Tunggu, ini bukan lelucon. Tapi Kinan memang seperti saat sedang marah, makanya orang di sekitar jarang ada yang takut saat Kinan marah karena ini. Mereka pasti tertawa dan membuat Kinan semakin geram dan mengeluarkan kalimat-kalimat yang membuat orang yang di marahi Kinan tertawa ngakak.

Balik ke topik...

"Coba sekarang lo jelasin semuanya sama gue, apa sebenernya yang lo butuhin sekarang ? Tell me !" ujar Kinan dan membungkukan badannya agar wajahnya sejajar dengan wajah Al.

"Kin,- oh maaf ganggu kalian. Tapi ayah udah mau pulang, lo masih mau disini atau gimana ?" suara Valen membuat Kinan menarik napas panjang kemudian membuangnya pelan.

"Ya gue pulanglah. Yaudah lo kedepan aja duluan", Valen mengangguk paham kemudian meninggalkan mereka.

"Terserah deh lo mau ngomong apa, apa yang lo pengenin sekarang. Yang pasti, mulai besok gue bakal sering-sering kesini" ujar Kinan kemudian melenggang pergi, tapi sebelum dia benar-benar meninggalkan pintu kamar Al, Kinan berbalik dan menatap Al tegas.

"Satu lagi ! Awas sampe lo copot lagi kaki lo. Kasian mama lo di bentak mulu sama lo. Dosa", dan kini Kinan benar-benar meninggalkan kamar Al.

"Om, tante. Kinan pamit pulang dulu" pamit Kinan pada papa dan mama Al.

Life To Keep YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang