- Y -

118 7 1
                                    

~~~~~~~~~~

Setiap hari Kinan mencoba untuk terlepas dari kursi rodanya dan ia selalu mencobanya dimana pun dan kapanpun, terlebih jika ada seseorang yang membawa-bawa nama Al. Semangat Kinan langsung naik 80%.

Sayangnya, sampai sekarang Aldric belum tahu kalau Kinan lumpuh dan melanjutkan kuliahnya disini.
Seringkali Kinan mendapati Aldric yang sedang mengecek ponselnya dengan raut wajah khawatir bukan main.

Komunikasi mereka sampai saat ini baik-baik saja, walaupun jarang. Yang biasanya seminggu bisa 3 sampai 4 kali telfon. Sekarang hanya seminggu sekali. Ini semua atas permintaan Kinan dengan alasan dirinya sangat disibukkan dengan kerja paruh waktu untuk menambah uang sakunya. Padahal tidak.

"Assalamualaikum, bu." Suara yang sudah tak asing bagi Kinan membuat Kinan tersadar dari lamunannya. Kemudian terdengar salam lagi dan itu membuat Kinan dengan cepat memutar kursi rodanya menuju kamar.

"Waalaikumsalam, eh Al." Sapa ibu ramah. Al tersenyum sendu. Setelah dipersilahkan masuk, Al langsung duduk di ruang tamu.

Kinan mengintip dari celah pintu kamarnya yang terbuka sedikit yang langsung mengarah pada ruang tamu di bawah.

Al yang merasa ada yang mengawasinya menoleh ke atas tepat dimana Kinan sedang memperhatikannya. Dengan cepat Kinan menutup pintu kamarnya sehingga menghasilkan bunyi yang cukup terdengar sampai bawah.

Al mengerutkan keningnya heran, tapi kemudian kembali seperti semula. "Gimana Al kuliahnya ?" Tanya ibu Kinan berbasa-basi. Al tersenyum, "Gak ada yang spesial bu," jawab Al jujur dari hati.
"Hm, jadi gini. Rencananya liburan semester ini, Al mau jenguk Kinan di Korea. Kalau ibu sama Valen mau ikut biar sekalian tiketnya Al pesenin."

Kinan yang mendengar itu langsung membelalakan matanya. Bersamaan dengan itu, ibu Kinan langsung menjawab, "Gak usah repot-repot Al. Lagian kamu yakin mau kesana ? Belum tentu pas kamu kesana Kinan juga libur. Udah jauh-jauh, taunya Kinan sibuk juga."

"Iya sih bu, tadinya sebelum kesini Al mau telfon Kinan, tapi gak jadi karena kayaknya Kinan masih sibuk juga, jadinya Al ngomong ke ibu dulu."

"Mending kamu omongin sama Kinan dulu, nanti kalo udah kamu kesini lagi atau telfon ibu aja." Al mengangguk paham.

"Saya kangen banget sama anak ibu," ujar Al percaya diri dan membuat ibu Kinan berkaca-kaca. 'Setulus itukah Aldric ?'

"Kinan sekarang sibuk ya bu. Kalau waktu itu Al tau Kinan bakal sibuk kayak gini, kayaknya Al gak bakal ngizinin Kinan pergi," ujar Al lagi dengan kekehan ringan yang di paksakan.

Kinan yang mendengar ini dari balik pintu, mulai menitikkan air matanya dan berulang kali mengucapkan kata maaf dalam hatinya.

"Yaudah bu, Al pamit pulang dulu. Nanti kalau udah dapet kabar dari Kinan, Al langsung ngehubungin ibu." Ujar Al dan hendak mencium punggung tangan ibu Kinan. Namun suara yang cukup keras membuat pergerakan Al berhenti.

Kinan yang masih menangis memilih untuk membaringkan tubuhnya, namun saat ingin memindahkan tubuhnya ke kasur, kakinya terasa lemas dan akhirnya Kinan terjatuh dengan tangannya yang menyenggol gelas dan piring yang tadi dibawakan ibunya untuk makan siang, sehingga menimbulkan suara yang cukup keras. Kinan takut Al mendengarnya dan bersikeras untuk keatas melihat apa yang terjadi.

Suara pintu terbuka membuat jantung Kinan berdetak lebih kencang. Dan ternyata itu adalah ibunya.

"Kamu mau ngapain Cit ?" Tanya ibunya dengan wajah panik. "Citra mau ke kasur bu," jawab Kinan dengan wajah yang sudah basah dengan air matanya.

"Ibu, Al udah pulang kan bu ?" Tanya Kinan setelah dirinya berhasil duduk di ranjangnya. Ibu Kinan mengangguk sambil membereskan sisa pecahan piring dan gelas.

"Maafin Citra ya bu, serius deh Citra gak niat mecahin gelas sama piringnya. Ibu jangan marah ya," Ujar Kinan dengan wajah memelas. Ibunya hanya menjawab dengan anggukan dan senyuman kemudian duduk di tepi ranjang.

"Cit, kamu mau sampe kapan kayak gini terus ? Ibu tau kamu pasti denger kan apa yang tadi Aldric bilang. Setiap kali dia kesini pasti dia selalu bilang kalo dia kangen sama kamu dan kamu juga tau itu. Kamu gak kasian sama nilai-nilai dia yang mulai turun ?"

"Ibu, Kinan bakal ngomong semuanya kalau Kinan udah kembali normal ya bu. Gak mungkin Kinan nemuin Aldric dalam keadaan kayak gini. Mana ada orang sakit ngerawat orang sakit, bu." Ibu Kinan hanya terdiam.

"Jangan sampai ada penyesalan suatu hari nanti karena hal sekecil ini." Ujar ibu Kinan dan berlalu sambil membawa nampan berisi sisa pecahan piring dan gelas.

~~~~~~~~~
💋💐❤

Life To Keep YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang