- END -

160 7 1
                                    

~~~~~~~~~~

"Gue gak butuh minum," Kinan menoleh,
"Gue cuma butuh lo disini." Ujar Aldric dan kemudian berdiri dan memeluk Kinan.

"Kenapa kamu gak bilang selama ini ?" Tanya Aldric dalam keadaan masih memeluk Kinan. Pertahanan Kinan kini runtuh, air matanya mengalir layaknya hujan. Tangan yang tadinya diam kini beralih memeluk Al dan menjadikan Al tumpuannya untuk berdiri. Rindu keduanya kini terbayar.

Kini mereka sudah berada di atas atap yang menjadi tempat favorit mereka. Mereka duduk salah satu bangku yang tersedia disana, entah sejak kapan bangku-bangku ini ada disini.

"Aku udah tau semuanya dari Valen," ujar Al sambil menggenggam tangan Kinan.

"Maaf, maaf aku gak ngasih tau kamu dari awal. Aku takut, aku takut sama respon kamu nantinya kalo kamu tau aku lumpuh." Jelas Kinan dengan mata berkaca-kaca.

"Aku gak akan ninggalin kamu seburuk apapun kondisi kamu. Karena saat aku ada di posisi kayak gini, kamu gak pernah ninggalin aku." Ujar Al membuat Kinan terharu dan kembali menitikkan air matanya.

Al mendekat dan memeluk Kinan dari samping. "Udah, sekarang gak usah mikirin apa-apa lagi."

~~~~~

Al memberhentikan mobilnya di depan rumah Kinan. "Aku masuk ya," ujar Kinan. "Nanti dulu," cegah Aldric.
Al mengulurkan tangannya untuk merapihkan rambut Kinan yang sedikit berantakan sekaligus memperhatikan wajahnya. Kinan memejamkan matanya dan merasakan sentuhan tangan Al di wajahnya.

"Segitu kangennya ya ?" Ledek Kinan.

"Ini sebagai ganti karena aku gak ngeliat muka kamu dari kemarin," balas Aldric. Kinan tersenyum lembut mendengarnya.

"Kamu tau gak sih ?" Kinan menaikkan kedua alisnya seolah bertanya 'apa'

"Rasanya aku pengen cepet-cepet halalin kamu, biar ngapa-ngapain aja bebas." Jelas Aldric membuat Kinan gemas.

"Iihh Aldric mesuuum. Udah sana lu ah." Kinan segera membuka pintu mobilnya dan menutupnya. Setelah melambaikan tangannya sekilas, Kinan langsung masuk ke dalam rumahnya.

~~~~~

Keesokan paginya Al sudah siap menjemput Kinan untuk berangkat ke kampus. "Hai," sapa Kinan saat masuk ke dalam mobil Al. Al tersenyum hangat. Rasanya pagi ini kembali sempurna.

"Eh Ric, bukannya hari ini kamu gak kuliah ya ?" Aldric mengangguk. "Terus kamu ngapain nganter aku?" Tanya Kinan lagi.

"Kangen." Kinan tersenyum malu. Sedangkan Al terkekeh pelan melihat itu.

"Apa hari ini aku gausah kuliah aja ya," sahut Kinan tiba-tiba. "Kenapa ? Kok tumben ?"

"Pengen jalan-jalan aja."

"Emangnya mau kemana ?"

"Pengen kerumah kamu, kangen." Jawab Kinan dengan kekehan di akhir.

"Yaudah ayo,"

  Sesampainya di rumah Aldric, Kinan turun dari mobil dengan di bantu Al. "Mama dirumah ?" Tanya Kinan pelan. "Tadi sih katanya mau ke pasar sebentar, paling bentar lagi balik." Kinan menggangguk paham.

"Mau minum ?"

"Mau, yang seger ya, kalo bisa pake es yang banyak." Aldric hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Papa sehat ?" Tanya Kinan saat Al kembali keruang tengah. "Alhamdulillah," jawab Al. Tak lama terdengar bunyi pintu yang terbuka dan menampakkan mama Al disana.

"Hai tante,"

"Ya Allah, Kinan!! Tante kangen, eh mama maksudnya,"

"Kinan juga tan, eh ma." Jawab Kinan membalas pelukan mama Al. Aldric hanya tersenyum melihat keduanya saling melepas rindu.

"Aduh Kinan, padahal mama kangen banget sama kamu. Tapi hari ini mama ada acara di rumah temen, gak jauh sih tapi lama." Ujar mama Al di tengah-tengah obrolan mereka.

"Gak apa-apa ma, kan masih ada besok-besok." Jawab Kinan yang masih menyesuaikan kata 'mama'.

"Yaudah, mama pergi dulu ya."
"Loh gak di anterin Al ma ?"

"Ngga usah, deket kok."

"Ngga apa-apa ma, sekalian Al tadi mau beli cemilan tapi kelewat." Al menoleh dan bertanya dengan raut wajahnya. Kinan membalas dengan wajah seolah-olah berkata, 'udah anterin sana'. Al menghela napasnya dan kemudian berjalan mengambil kunci mobilnya.

"Beli cemilan yang banyak ya Al," Al tau ini sebenarnya akal-akalan Kinan supaya Al membeli cemilan untuknya.

  Sambil menunggu Al, Kinan memainkan ponselnya membalas chat dari teman-temannya. Beberapa menit kemudian Al kembali dengan satu kantung plastik besar berisi makanan ringan dan beberapa minuman berasa. Wajah Kinan tampak sumringah melihatnya.
"Ini nyonya," ledek Al.

"Makasih ya mas, jadi berapa mas sama ongkosnya ?"

"Emang gue tukang gojek," Kinan tertawa mendengarnya. "Ahaha, aku kangen denger lawakan jayus kamu," ujarnya.

"Aku juga kangen denger ketawa kamu, padahal jayus."

"Jadi pengen meluk,"
"Sini," Al merentangkan kedua tangannya.

"Yeuhh, mupeng."

Setelah berdebat antara menonton film atau main PS, akhirnya Kinan mengalah menuruti Al yang ingin menonton film. Ya, sepertinya Al ingin bermanja-manja ria.

Al merebahkan tubuhnya di sofa dengan kepala di atas paha Kinan. "Al, kalo kepala kamu disini, nanti muka kamu ketutupan sama ciki." Al tampak berpikir, "iya juga ya, yaudah tukeran." Kinan tersenyum.

"Aku gamau tiduran di paha, maunya gini." Kinan mengambil lengan kanan Al dan letakkan di bahu kanannya dan Kinan bersandar di dada Al. Al tersenyum dan menarik Kinan untuk lebih merapat.

Mereka sungguh merindukan momen-momen seperti ini.

~~~~~~~~~~

Thanks for loving my story *eak kepedean. Oke, lebih tepatnya gue berterimakasih sama kalian-kalian semua yang sudah bersedia membaca cerita yang setengah-setengah ini.  Dan akhirnya cerita ini telah sampailah di depan pintu gerbang kemerdekaan, eh maksudnya telah sampai di akhir. Ya singkatnya cerita ini sudah selesai..
Makasih banget banget banget buat orang-orang yg udh support gue buat lanjutin cerita ini.
Thankyou very much, kamsahamnida, danke, xie xie
Love you, saranghae, wo ai ni, ich liebe dich :*
Dan selamat menunaikan ibadah puasa untuk yang menjalankan :)

Life To Keep YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang