"It makes me sick to know my life will be represented by the world we're in now"
Lima belas,
Enam belas,
Tujub belas.
Gadis itu berucap di dalam hati kala ia menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi, mungkin hanya beberapa saja yang masih betah berada di sekolah karena urusan ekskul.
Menghitung langkah kaki sambil memperhatikan sepatu beserta talinya yang bergerak ke segala arah saat kakinya melangkah menjadi hiburan tersendiri daripada harus berjalan dengan tatapan kosong.
Hari ini, seperti biasa Vlarena Acacia mendapat pelajaran tambahan di sekolah. Tidak seperti siswa lain yang bisa langsung pulang saat bel berdering. Keadaan Vlarena yang tidak memungkinkan untuk masuk sekolah setiap hari membuatnya harus mengejar materi yang tertinggal dengan cara penambahan jam belajar di sekolah.
Kalau boleh jujur, ia sudah lelah jika harus pulang di sore hari seperti ini, meski jadwal pelajaran tambahan hanya di lakukan tiga kali dalam seminggu. Tapi tetap saja, waktu tempuh perjalanan pulangnya menjadi bertambah dua kali lipat. Ya, Vlarena tau, ini salah satu konsekuensi hidup di kota besar.
Berhenti menghitung langkah, Vlarena langsung berpamitan pada Satpam yang sedang berduduk-duduk santai di depan Pos. Pribadi Vlarena yang supel membuat siapapun senang akan kehadirannya. Bahkan hampir semua warga sekolah mengenal siapa Vlarena Acacia.
Jika ditelisik ke belakang, Vlarena pernah mendapat surat cinta terbanyak saat ada acara perayaan Valentine's Day di sekolahnya, dimana semua murid bisa memberi surat cinta pada siapapun yang mereka inginkan.
Vlarena sedang fokus menonton acara televisi di ruang keluarga, sedang asyik-asyiknya menonton, tiba-tiba saja suara bel berdering menginterupsi. Siapa pula tamu yang bertandang saat waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam seperti ini.
Dengan berat hati Vlarena mengangkat bokong dan berjalan menuju pintu utama, tanpa menengok ke jendela terlebih dahulu untuk melihat siapa yang sudah mengganggunya, Vlarena langsung membuka pintu.
Gadis itu terkejut bukan main saat melihat seorang cowok berpakaian ala peri cupid tengah berdiri di hadapannya. Dengan refleks tatapannya turun ke bawah. Astaga, Vlarena malah jadi salah fokus saat melihat celana ketat yang cowok itu gunakan.
"Woi, ambil dong cepetan! Gak enak nih gue," Mohon cowok yang kalau Vlarena perhatikan adalah seseorang yang ia kenal.
Dahi Vlarena berkerut, mencoba menerka siapa cowok yang tiba-tiba muncul di rumahnya dengan dandanan seperti ini, "Lo Lio kan? Hahaha!" Vlarena langsung terpingkal saat tebakannya ternyata benar. Lio si playboy kelas, kini sedang berdandan konyol, ini jelas harus diabadikan dalam sebuah foto.
Mata Vlarena tertuju pada satu bungkusan besar yang Lio bawa setelah dirinya berhasil membujuk Lio untuk foto bersama, meski awalnya Lio merengek tidak mau, tapi akhirnya cowok itu menyerah juga.
"Gue mohon sama lo, foto itu jangan di sebar ya, please!" Lagi-lagi Vlarena menangkap raut ketakutan dari Lio.
Vlarena masih sibuk membuka bungkusan yang ternyata berisi surat cinta, permen lollipop, bunga dan cokelat setelah ia menyuruh Lio dan gerombolannya masuk. Vlarena tau, pasti ini adalah bagian dari acara perayaan Valentine's day di sekolahnya. Dimana akan ada peri cupid gadungan yang mengetuk pintu siapapun murid yang mendapat titipan berbagai jenis barang dan makanan dari pengagum rahasia.
"Asal lo jangan mempemainkan hati cewek-cewek lagi, Yo! Janji deh gak akan gue sebar luaskan," Vlarena tersenyum miring, mengingat dia hampir menjadi korban modus dari seorang Argalio Ganindra tapi beruntung Vlarena tidak sempat terjerumus.

KAMU SEDANG MEMBACA
VLACACIA
Teen FictionAlfariel Juro Pradipta, anak baru yang mendadak jadi idola seantero sekolah. Sayang, tak satupun dari siswi-siswi disana yang berhasil menarik perhatiannya yang terbilang sukar untuk diraih. Alfa hanya mau ketenangan. Ya tenang, hingga tragedi memal...