Vlacacia {15} : Whispering Hearts

199 20 4
                                        

"It ain't the speakers that bump hearts, It'sour hearts that make the beat"

Alfa melangkahkan kaki setelah keluar dari mobilnya yang terparkir di basement bangunan Rumah Sakit. Terhitung satu hari setelah Vlarena dilarikan ke Rumah Sakit karena penyakitnya yang lagi-lagi kambuh, baru sekarang Alfa menjenguknya. Itupun karena Kayla yang memberitahu saat Alfa menyambangi kelas Vlarena dan tidak menemukan gadis itu di sudut manapun.

Jika bukan karena sesuatu yang penting, Alfa enggan masuk ke bangunan yang memiliki bau khas nan menyengat ini, baginya sudah cukup berada di Rumah Sakit karena kecelakaan yang pernah menimpanya dua tahun lalu atas ulahnya yang ugal-ugalan sehingga ia mengalami kecelakaan tunggal.

Menarik napas panjang dan mengembuskannya, perlahan Alfa mendorong pintu kaca di hadapannya, menampilkan meja resepsionis yang di baliknya terdapat suster-suster yang duduk manis dan secara tiba-tiba menatap Alfa, membuat cowok itu semakin mempercepat langkahnya karena mulai merasa risih. Alfa, tidak pernah suka menjadi pusat perhatian.

Beruntung karena Alfa sudah menanyakan ruangan tempat Vlarena dirawat, sehingga ia tidak perlu meminta bantuan pada pihak resepsionis yang mungkin akan mendadak heboh ketika mendengar suara Alfa.

Pintu berwarna putih di hadapannya tertutup rapat, beruntung terdapat kaca kecil panjang pada pintu itu sehingga Alfa bisa sedikit mengintip keadaan di dalam ruangan tempat Vlarena dirawat. Entah mengapa ada sesuatu yang menyesakkan dadanya saat melihat Vlarena yang terkulai lemas di bankar Rumah Sakit, tidak ada wajah Vlarena yang selalu dihiasi senyuman, gadis itu terbaring lemas di atas kasur berwarna putih dengan mata yang terpejam.

Satu hal yang menarik perhatian Alfa adalah seorang laki-laki yang duduk menghadap Vlarena, menatap gadis itu intens dengan tatapan yang sulit Alfa artikan. Seketika Alfa mengurungkan niatnya untuk masuk ke ruangan di hadapannya, perlahan genggaman pada kenop pintu pun merenggang disusul tubuh Alfa yang berjalan mundur teratur.

Alfa menghempaskan tubuhnya pada bangku yang diperuntukkan bagi siapapun yang sedang membesuk, bangku panjang itu terletak tak jauh dari ruang rawat Vlarena sehingga ia masih bisa mengamati segala hal yang mungkin akan terjadi setelahnya.

Beberapa menit berlalu, Alfa hampir saja ketiduran saat suara pintu yang terbuka sukses membawanya ke alam sadar. Adalah pintu ruangan dimana Vlarena berada yang terbuka dan menampilkan sosok itu. Sosok itu berjalan di hadapan Alfa sembari menggulung jaket kulit yang dikenakannya, beruntung sosok itu tak menyadari Alfa yang sedang menatapnya diam-diam.

Saat sosok itu menghilang di persimpangan koridor, saat itu pula Alfa beranjak dan masuk ke ruangan yang sudah ingin ia masuki sedari tadi. Vlarena masih sama, memejamkan mata, nafasnya terlihat lemah namun teratur, membuat raut kesedihan tersirat di wajah Alfa.

Apa salah jika muncul perasaan bersalah dalam diri Alfa saat menyadari bahwa nyatanya, Alfa tidak bisa menjaga Vlarena seutuhnya, tidak seperti yang tertera pada perjanjian konyol itu. Tidak, itu bukan perjanjian konyol lagi, sebab Alfa sudah menganggap itu adalah hal serius yang tidak boleh ia ingkari, meski kini Alfa meragu pada perjanjian poin ke tiga.

Alfa menaruh bungkusan plastik berwarna putih berisi roti keju kesukaan Vlarena serta tiga botol yoghurt dengan rasa yang berbeda. Sedikit banyak ia ingat bagaimana saat Vlarena memberinya makanan kesukaannya saat dirinya mengalami cidera ringan.

Sekitar dua menit Alfa menatap Vlarena dalam diam, diamatinya wajah polos gadis itu. Lucu, Alfa tiba-tiba menginginkan Vlarena yang cerewet dan petakilan daripada harus berhadapan dengan Vlarena yang terkulai lemas sepeti sekarang ini.

"Vla, ini gue," rasanya kikuk saat Alfa mencoba berbicara pada Vlarena yang jelas-jelas tidak akan mendengar apapun.

"Vla, gue bawa roti sama yoghurt," Alfa kini menggaruk tengkuknya, semakin merasa seperti orang bodoh. Alfa mencoba melakukan hal lain selain menatap dan berbicara pada Vlarena.

VLACACIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang