"It's amazing with the blink of an eye you finally see the light. It's amazing when the moment arrives that you know you'll be alright. It's amazing and I'm sayin' a prayer for the desperate hearts tonight."
Dua hari Vlarena sudah absen di sekolah, termasuk hari ini. Setelah kejadian mimisan yang secara tidak disengaja kepergok oleh Alfa waktu itu, keesokan harinya Vlarena menghabiskan waktu untuk pemulihan dan istirahat di rumah seperti biasa.
Dan disinilah Vlarena berada sekarang, di ruang tunggu rumah sakit untuk melakukan check up, sendiri. Tidak banyak yang tahu tentang apa yang sebenarnya diderita gadis ini, hanya beberapa anggota keluarga dan Kayla serta seseorang yang pertama kali ia temui di rumah sakit ini yang tahu masalahnya, itupun atas dasar ketidaksengajaan. Ya, Tristan, seseorang yang beberapa hari lalu mengantar Vlarena ke sekolah.
Menyandarkan kepala pada tembok bercat putih, Vlarena hanya bisa menghembuskan nafas kencang, bosan karena harus menunggu dokter yang biasa menanganinya belum juga tiba.
Lima menit.
Sepuluh menit.
Suara deringan ponsel membuat mata Vlarena terbuka. Dengan gerakan malas, ia mengambil ponsel yang tersimpan di dalam tas kecilnya yang berwarna putih. Jempolnya menggeser layar sehingga ia bisa melihat siapa yang baru saja mengirimkan pesan lewat LINE padanya.
Agata Sashi: Vlaaa sedang apaaa dan dimanaaa? ~~~
Vlarena membaca rentetan kalimat yang dikirimkan oleh Agata dalam hati. Bibirnya membentuk lengkungan, senang sebab Agata selalu ramah seperti itu padanya. Dengan gerakan cepat Vlarena langsung membalas pesan itu namun seketika gerakannya terhenti setelah ia sadar bahwa ia baru saja menuliskan kata "rumah sakit". Tidak, siapapun tidak boleh ada yang tahu lagi mengenai hal ini. Vlarena menghapus lagi kalimat yang telah ia ketik. Tak apa kan jika berbohong untuk kebaikan?
Vlarena Acacia: dirimu yang dulu ku cintaaa~~~ Lagi guling-guling di kasur :p kenapa Kak Age?
Tidak butuh waktu lama, pesan itu sudah dibaca oleh Agata disana, terbukti dengan adanya lambang "Read" kecil di sebelah kotak pesan.
Agata Sashi: Alfa lagi cidera loh abis tanding basket sama aku tadi hahahaha
Mata Vlarena sontak melebar. Alfa cidera? Entah kenapa jantungnya berdetak beberapa kali lebih cepat, seolah apa yang ia baca barusan berhasil membuat rasa khawatirnya tiba-tiba saja muncul. Meski Agata menyisipkan kata yang membuat hal itu terlihat lucu, tetap saja Vlarena tidak menganggap apa yang terjadi pada Alfa adalah sebuah lelucon.
Sekhawatir itu Vlarena sampai-sampai ia berniat untuk meninggalkan rumah sakit dan langsung melesat ke rumah Alfa. Namun sayang, baru saja ia mengangkat bokong, dokter yang ditunggu-tunggu sejak tadi kini tengah berjalan ke arahnya—ke arah ruang prakteknya.
Menghembuskan napas panjang, Vlarena lantas memajukan bibirnya sehingga terlihat ekpresi kesal sekaligus menggemaskan. Dokter yang diketahui bernama Willy itu hanya bisa terkekeh dan mengacak rambut Vlarena beberapa sekon.
"Pasti habis nganterin calon istrinya lagi, nih?" interogasi Vlarena dengan telunjuk yang berputar-putar di depan wajahnya, seolah hendak mencolok mata Willy.
"Iyaaa ah kamu tahu aja. Maaf ya. Ayo masuk," Willy menggenggam kenop pintu dan membukanya seraya masuk ke ruangan dengan bau khas rumah sakit itu. Vlarena mengekor di belakang.
"Jadi Dokter Willy lebih milih dia daripada aku. Huh, cukup tahu!" Vlarena berlagak ngambek saat dirinya menghampiri kasur berlapiskan sprei putih seolah hal itu adalah sesuatu yang biasa ia lakukan. Tanpa ada rasa gugup sama sekali seperti pasien pada umumnya, Vlarena menganggap kasur itu bagai kasur yang ada di kamarnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
VLACACIA
Genç KurguAlfariel Juro Pradipta, anak baru yang mendadak jadi idola seantero sekolah. Sayang, tak satupun dari siswi-siswi disana yang berhasil menarik perhatiannya yang terbilang sukar untuk diraih. Alfa hanya mau ketenangan. Ya tenang, hingga tragedi memal...