"If we were blind and had no choice, would we hate each other by the tone of our voice?"
Keputusan Alfa untuk menolak permintaan Vlarena yang memohon agar dirinya mengajarkan gadis itu bermain basket tetap tidak berubah. Janjinya, Alfa hanya mengajari materi pelajaran yang tertinggal dan bagi Alfa mengajari basket tidak termasuk ke dalamnya.
Dan entah mengapa, selama dua hari tidak bertemu Vlarena, Alfa malah merasa bersalah. Maksudnya apa balasan pesan dari Alfa yang bilang kalau dia tidak peduli, secara tidak sadar telah menyakiti perasaan cewek itu?
Tapi Alfa memang tidak suka bertele-tele apalagi dalam urusan membalas sebuah pesan, baginya itu hal yang wajar. Dan memang, Alfa tidak peduli.
Seperti biasa, Vlarena baru masuk sekolah setelah beberapa hari absen, jadwal sekolah yang aneh. Bahkan beberapa temannya memberi applause saat pagi tadi Vlarena baru melangkahkan kaki ke dalam kelas. Reaksi teman sekelasnya yang berlebihan dan terkesan kegirangan saat Vlarena masuk tak jarang bisa membuat tawa Vlarena pecah.
Tidak ada yang tau alasannya kecuali Kayla. Sehingga saat Kayla sibuk mengerjakan tugas sekolah yang baru dikerjaan pagi tadi, gadis itu langsung menyambut Vlarena dengan pelukan erat seperti Kayla pada biasanya jika beberapa hari tidak bertemu teman sebangkunya ini.
"Whaddup, bitch?" Sambut Kayla dengan senyum lebar, lesung pipinya terlihat jelas dan dalam.
Menyadari hal itu ditujukan padanya, Vlarena hanya memasang wajah maklum, "Batch bitch batch bitch," Vlarena mendengus, "gue kasian sama malaikat di samping lo, capek kali ya dia nulis dosa lo."
Ucapan Vlarena hanya dibalas gibasan rambut oleh Kayla. Oke, gadis ini memang terlahir lebay.
Bersandar di bangku, Vlarena langsung mengusap-usap perutnya. Rasa lapar menderu sepagi ini, bahkan belum sempat Vlarena mengikuti jam pelajaran, bisa-bisa ia tidak akan fokus menerima materi yang guru sampaikan nanti.
Kayla mengajak Vlarena pergi ke kantin sebelum bel masuk berdering namun Vlarena menolaknya, tidak seperti biasa. Dalam hati, Vlarena sudah bertekad untuk mogok makan. meski aksi konyolnya ini baru ia lakukan kemarin, tapi tubuhnya sudah terasa lemas.
"Gue lagi mogok makan," ujar Vlarena ketika Kayla merasa ada yang aneh dengan Vlarena yang menolak ajakannya. Biasanya gadis itu paling bersemangat jika diajak ke tempat dimana ia bisa menemukan makanan.
"Ngapain? Macam demonstran gitu."
"Emang. Gue bakal makan kalau Alfa mau ngajarin gue basket," Jawab Vlarena dengan wajah ditekuk.
Sontak Kayla terkejut, demi diajarkan basket oleh Alfa, Vlarena sampai sebegininya? Sampai menyiksa diri untuk tidak makan?
Tapi Vlarena tidak memiliki pilihan lain, karena dirasa cara ini ampuh agar Alfa akhirnya menyerah dan menarik omongannya yang katanya tidak mau mengajari main basket pada Vlarena.
Sebenarnya Vlarena bisa saja minta diajarkan pada temannya yang lain, bahkan pada gurunya sekalipun agar nilai olahraganya tidak pas dengan rata-rata. Hampir di setiap semesternya, bidang olahraga menjadi bidang studi yang nilainya paling kecil di antara yang lain di raport Vlarena.
Selain itu, Vlarena ingin lebih mengenal lebih dalam tentang seorang Alfariel, mentor dadakannya. Dan mungkin dengan cara ikut menyelami hobinya, Vlarena bisa lebih banyak mengobrol dengan Alfa karena sejauh ini cowok itu seakan menutup diri darinya, seakan Vlarena adalah makhluk mencurigakan atau semacamnya.
Vlarena juga tidak mengerti mengapa Alfa begitu menarik bagi dirinya. Dalam artian, Vlarena selalu ingin tau lebih jauh tentang kehidupan Alfa. Tentang lagu kesukaannya, apa yang dia takutkan, apa yang membuatnya jengkel, makanan dan tempat kesukaannya, kapan dia lahir, hal paling bersejarah dalam hidupnya, bahkan masa lalu Alfa pun terlihat menarik bagi Vlarena.
KAMU SEDANG MEMBACA
VLACACIA
Novela JuvenilAlfariel Juro Pradipta, anak baru yang mendadak jadi idola seantero sekolah. Sayang, tak satupun dari siswi-siswi disana yang berhasil menarik perhatiannya yang terbilang sukar untuk diraih. Alfa hanya mau ketenangan. Ya tenang, hingga tragedi memal...