"Her favorite color was dark blue and that was how she felt too"
Sudah hampir lima belas menit Hana menunggu Vlarena bubar sekolah, wanita itu terus mengamati setiap anak yang melangkah keluar dari gerbang, berjaga kalau-kalau Vlarena tidak menemukan keberadaan mobilnya yang terparkir bersama mobil-mobil lain.
Sesekali Hana mengalihkan perhatian pada ponsel untuk sekadar menyelesaikan urusan pekerjaannya. Hari ini Hana berniat memberitahu Vlarena perihal rencananya pergi ke luar negeri untuk tugas kerja selama kurang lebih dua bulan dan hal-hal lain yang Hana harus katakan sebelum keberangkatannya minggu depan.
Suara kaca yang diketuk membuat Hana menoleh dan mendapati Vlarena sudah berdiri di samping mobilnya sambil melambaikan tangan dan tersenyum lebar. Satu hal yang menjadi favorit Hana adalah sikap periang Vlarena. Hana sangat kagum, di tengah penyakit yang diderita, Vlarena tidak pernah menunjukkan tanda apapun bahkan gadis itu terkesan tidak memiliki kekurangan apapun dalam hidupnya.
"Mama tumben pulang lebih awal?" tanya Vlarena sedikit heran sambil melempar tasnya ke kursi belakang. Saking jarangnya dijemput seperti ini oleh Hana, Vlarena sampai tidak bisa menyembunyikan binar di matanya. Setidaknya ia bisa merasakan menjadi anak pada umumnya yang dijemput saat pulang sekolah oleh orang tuanya.
Hana tidak dapat menahan senyumannya saat mendengar ucapan Vlarena barusan. Sambil menenggerkan kaca mata hitam di atas kepalanya, Hana berusaha mencari jawaban yang tepat agar Vlarena tidak terkejut. "Mmm..., nanti Mama kasih tahu. Kita mau ngobrol dimana, nih?"
Pandangan Vlarena langsung tertuju pada pemandangan di luar mobil, mencoba memikirkan tempat mana yang cocok untuk dikunjungi di siang hari seperti ini. "Kemana aja yang penting ada yoghurtnya, Ma," jawab Vlarena mantap.
Dengan itu Hana menginjak pedal gas dan mobil melaju menuju tempat yang sesuai dengan keinginan Vlarena.
Terdengar suara bel yang berbunyi nyaring saat Vlarena mendorong pintu kaca di hadapannya, suasana di dalam kafe cukup ramai di jam-jam seperti ini, banyak pengunjung yang kebanyakan merupakan pelajar dan mahasiswa yang sama-sama baru pulang sekolah seperti Vlarena.
"Ren, mama pesan jus alpukat aja, ya!" ujar Hana saat Vlarena menghampiri tempat untuk memesan sementara Hana mencari meja yang kosong sekaligus nyaman untuk ditempati.
"Sip! Rena mau pesen pancake juga ya, Ma? Rena laper," sahut Vlaena sambil mengelus-elus perutnya dengan gerakan memutar. Hana hanya mengangguk dan tersenyum kemudian berlalu menuju meja yang dituju.
Tidak butuh waktu lama, Vlarena sudah menyusul Hana untuk duduk berhadapan dengan wanita itu. Baru saja Vlarena ingin membuka suara tapi, suara deringan dari ponselnya keburu menginterupsi. Vlarena langsung menyambar ponselnya untuk melihat si pengirim pesan tersebut.
Alfariel Juro: Udah sama tante Hana kan lo?
Vlarena langsung tersenyum, jemarinya dengan cepat langsung menekan layar untuk mengetikkan balasan.
Vlarena Acacia: Udah, Fa yaelah takut banget gue bohong.
Alfariel Juro: kali aja
Vlarena Acacia: apa perlu gue pap sama mama Hana?
Alfariel Juro: pap? Maksudnya?
Vlarena Acacia: haduh susah ngomong sama anak goa.
Bola mata Vlarena refleks berputar saat mendapat jawaban dari Alfa. Cowok itu bisa dibilang kurang update dengan bahasa-bahasa yang sedang hits di kalangan anak muda sekarang ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
VLACACIA
Teen FictionAlfariel Juro Pradipta, anak baru yang mendadak jadi idola seantero sekolah. Sayang, tak satupun dari siswi-siswi disana yang berhasil menarik perhatiannya yang terbilang sukar untuk diraih. Alfa hanya mau ketenangan. Ya tenang, hingga tragedi memal...