Vlacacia {3} : First Day

278 32 0
                                    

"I understand about indecision, but I don't care if I get behind. People living in competition, all I want is to have my peace of mind."

Sedari tadi Kayla terus membombardir Vlarena dengan berbagai macam pertanyaan seputar Alfa. Vlarena tidak akan mungkin tahan untuk tidak bercerita pada sahabatnya ini. Meski Vlarena tau kalau Kayla adalah salah satu fans dari Alfa, namun bukan berarti gadis itu akan cemburu atau iri karena Vlarena mempunyai perjanjian konyol dengan Alfa.

Vlarena mengerti, cowok semacam Alfa pasti mempunyai penggemar tersendiri, kalau dilihat dari Alfa yang tidak pernah menampakkan kelebihannya secara terang-terangan, bahkan cenderung tertutup.

Kalau saja Kayla tidak pernah menceritakan segala macam hal tentang Alfa, mungkin Vlarena hanya tahu Alfa sebatas anak baru yang mendadak menjadi hotnews di berbagai sumber informasi sekolah.

Mungkin Vlarena tidak akan pernah tau sikap Alfa yang.., entahlah, sulit untuk dideskripsikan. Sejauh ini, menurut Vlarena, Alfa adalah orang yang cuek dan tidak peka terhadap apapun yang terjadi di sekitarnya, atau mungkin Alfa hanya tidak mau ikut campur tentang urusan orang lain.

"Vla, Alfa orangnya romantis ya?" Tanya Kayla dengan mata berbinar. Mendengar pertanyaan itu, Vlarena hanya bisa membulatkan matanya. Alfa? Romantis? Vlarena rasa Alfa jauh dari itu.

"Gue tanya sama lo, kalau seorang cowok, udah ditolongin, tapi dia gak berterima kasih, namanya apa?" Vlarena malah bertanya balik. "Gue pergi, dia malah lemparin petasan banting ke arah gue," Vlarena geleng-geleng mengingat kejadian itu.

Tidak peduli jika Alfa melakukan itu karena dia lupa kalau yang ia lempar adalah benda berbahaya. Yang jelas, hal itu sudah merugikan Vlarena. Bisa dilihat dari kaki Vlarena yang sekarang dipenuhi bintik merah sisa luka kemarin, meski tidak banyak dan hal itu bisa ditutupi dengan kaus kaki panjang.

"Tapi dia tanggung jawab, kan? Dia sampai rela obatin lukanya? That's sweet, Vlaaa," Sepertinya Kayla akan terus bertahan dengan pandangan bahwa Alfa adalah sosok cowok idaman. Ya, terkadang jika kita sudah menyukai seseorang, apapun yang mereka lakukan akan terlihat baik di mata kita. Mungkin itu yang yang terjadi pada Kayla.

"Terserah," Vlarena mulai menyerah. Ia tau obrolan tentang Alfa tidak akan menemukan ujung jika lawan bicaranya adalah Kayla.

Langkah serempak antara Vlarena dan Kayla membawa mereka ke area kantin. Seperti biasa, kantin dipenuhi sesak oleh seluruh murid yang sudah kelaparan. Meski tidak sepenuhnya mereka makan, karena beberapa dari mereka hanya nongkrong sambil bermain game di laptop.

Seperti biasa, Vlarena langsung berjalan ke stan mie ayam langganannya sementara Kayla lebih memilih memesan ketoprak, mereka berjalan berlawanan arah.

Baru saja berjalan beberapa langkah, Vlarena langsung bisa mendengar suara Kayla yang sedang menarik nafas macam orang terserang asthma. Kebiasaan ini selalu Kayla lakukan saat gadis itu merasa terkejut atau berhadapan dengan sesuatu yang membuat kesadarannya hampir hilang.

Vlarena langsung menoleh, mendapati Kayla yang juga tidak bergerak, matanya tertuju pada seseorang yang berdiri di hadapannya, langkahnya ikut terhenti karena Kayla menghalangi.

Dengan segera Vlarena langsung menarik Kayla agar gadis itu sedikit minggir, sebelum Kayla mempermalukan dirinya sendiri dengan bertingkah aneh seperti ini di depan Alfa.

"Hai Alfa!" Sapa Vlarena riang. Sementara Kayla masih mengatur nafasnya yang sempat tercekat beberapa detik.

Vlarena kadang tidak mengerti dengan tabiat Kayla. Ia jadi penasaran tentang apa yang Ibu Kayla idamkan saat mengandung anaknya ini. Sampai-sampai Kayla selalu bereaksi secara berlebihan terhadap sesuatu.

VLACACIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang