Vlacacia {20} : We belong together...?

265 15 4
                                        

"And the seventh thing, I hate the most that you do — you make me love you."

***

Beberapa hari Vlarena tidak bisa melakukan banyak aktivitas dan lebih banyak menghabiskan waktu di kamarnya. Dan hari ini Tristan berbaik hati untuk mengantar Vlarena melakukan terapi di rumah sakit. Bukan sekali dua kali saja Tristan mengantar Vlarena melakukan hal ini, sebelum Vlarena mengenal Alfa, Tristan sudah lebih dahulu tahu kondisi Vlarena meski tidak secara detail sebab Vlarena selalu mengalihkan pembicaraan.

Tristan menunggu dengan sabar saat para suster menempelkan beberapa alat di sekitar kepala Vlarena, bahkan beberapa kali ia mengambil gambar Vlarena secara diam-diam pada ponselnya.

"Lo lagi foto gue ya?" tanya Vlarena dengan nada menyelidik diikuti dengan suara cekikikan dari Tristan.

"Abis lo lucu sih, gimana dong?" goda Tristan yang malah dibalas oleh pukulan pelan dari Vlarena.

Tristan terus memandangi Vlarena yang tidak berkutik kali ini, matanya terpejam dan sesekali mengerenyit seperti sedang menahan rasa sakit. Ada rasa sakit dalam benak Tristan saat melihatnya. Bukan, Tristan bukan ikut merasakan sakit yang Vlarena rasakan. Ia hanya ingat seseorang yang berharga baginya pernah juga mengalami hal yang hampir sama.

Gracy, adik satu-satunya pernah bolak-balik rumah sakit untuk menjalani pengobatan. Dan Tristan-lah yang setiap saat menemani Gracy, menjadi saksi hidup gadis yang seumuran dengan Vlarena itu. Tristan ingat bagaimana Gracy mencoba tersenyum saat menjalani pengobatan, senyum yang terihat sangat dipaksakan, senyum yang terukir hanya agar Tristan tidak terlalu merasa khawatir.

Sampai akhirnya Tristan tidak bisa melihat senyum itu lagi. Gracy akhirnya berpulang, saat Tristan yakin bahwa adiknya akan segera sembuh. Kadang kenyataan berbeda jauh dengan apa yang sudah dibayangkan. Itulah yang dirasakan Tristan. Dokter bilang Gracy akan sembuh dalam waktu dekat, namun sayangnya Tuhan berkehendak lain, Tuhan ingin Gracy pulang dan tidak ada yang bisa Tristan lakukan selain merelakan Gracy pergi dengan segala dendam yang masih bersarang di benaknya.

"Tristan?" suara pelan Vlarena sukses memecah lamunan Tristan akan masa lalunya.

Tristan refleks mengelus kepala Vlarena sambil menyunggingkan senyuman. Ia bisa melihat wajah Vlarena yang sedikit terkejut saat disentuh Tristan seperti itu. "Udah? Sakit ya?" tanya Tristan dengan lembut, kini tangannya mengelus pipi Vlarena singkat.

Ya Tuhan, Vlarena bisa sesak napas kalau Tristan melakukan hal semanis ini terus menerus. Tristan sangat perhatian, bahkan Tristan sampai tahu jadwal check-up Vlarena. Tristan yang selalu mengerti apa maunya Vlarena tanpa Vlarena harus memberikan kode atau semacamnya. Kadang Vlarena bingung, kenapa tidak ada perempuan yang bisa "melihat" cowok semanis Tristan?

"Nggak dong, udah biasa," balas Vlarena santai.

Waktu masih menunjukkan pukul sepuluh pagi dan rasanya terlalu cepat jika Tristan harus mengantarkan Vlarena pulang. Tristan masih mau menghabiskan waktu dengan Vlarena dan mengenal lebih jauh gadis itu. Dengan cekatan, Tristan membantu Vlarena beranjak dari bangkar.

"Sarapan dulu yuk, laper nih," ajak Tristan yang langsung disetujui oleh Vlarena. Oh, Tristan pun tahu bahwa gadis ini doyan makan namun herannya, tubuhnya tidak pernah bertambah besar.

Sebagian besar waktu diperjalanan dihabiskan dengan mengobrol tentang segala hal yang mereka lihat di sepanjang jalan, Vlarena yang tidak bisa menahan tawa saat melihat orang mengendarai motor dengan memakai helm yang terbalik. Tidak ada rasa canggung, Tristan bahkan terus menimpali candaan Vlarena dan berakhir dengan Vlarena yang tertawa lepas.

VLACACIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang