"I know you're seeing black and white so I'll paint you a clear blue sky"
Entah untuk ke berapa kalinya Vlarena menguap saat pelajaran bahasa indonesia ini berlangsung. Sang guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas seolah tidak dapat merasakan aura kebosanan dari hampir sebagian besar muridnya termasuk Vlarena.
Matanya sudah berair menahan kantuk yang semakin menjadi setiap kali pelajaran ini dimulai. Wajar saja karena pelajaran ini berlangsung setelah jam olah raga dan jam makan siang, maka tidak heran jika beberapa siswa tidak bisa menahan diri untuk mencuri-curi kesempatan untuk tidur di jam pelajaran ini.
Contohnya Kayla yang saat ini duduk di sebelah Vlarena sambil menopang dagu, berpura membaca materi di buku yang ia taruh di meja padahal pada kenyataannya kedua mata gadis itu sedang terpejam. Lain halnya dengan Lio yang sengaja duduk di bangku paling belakang agar dapat tidur dengan tenang mengingat guru bahasa ini sudah sepuh sehingga beliau lebih sering menjelaskan materi di depan kelas sambil duduk, hanya sesekali saja berdiri untuk menuliskan materi yang tidak terdapat di buku cetak.
Vlarena yang sudah tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya memutuskan untuk meminta izin ke kamar mandi, sebetulnya bukan karena ingin benar-benar pergi ke kemar mandi. Tapi setidaknya dengan alasan itu sekarang Vlarena bisa berjalan-jalan menyusuri koridor di lantai tiga yang cenderung sepi karena hampir semua siswa sedang mengikuti kelasnya masing-masing.
Tanpa terasa saat ini Vlarena sudah berada di depan ruang laboratorium dan ia bisa melihat beberapa murid berjas putih yang sedang fokus menuangkan cairan berwarna-warni pada gelas laboratorium dengan wajah serius. Kepala Vlarena memutar lambat saat ia melihat satu per satu kegiatan murid-murid itu dari luar kelas, dan tepat saat kepalanya menghadap tenggara, Vlarena menemukan sosok Alfa yang berusaha fokus saat Eza yang berada di sebelah laki-laki itu justru malah tertawa geli, entah sedang membicarakan apa, yang jelas Vlarena sempat ikut tertawa pelan saat Eza berperilaku seolah ia sedang mabuk dengan gelas yang seolah berisi alkohol.
"Dasar bego," gumam Vlarena sambil berjalan mendekati pintu setelah guru laboratorium keluar kelas sejenak.
Tipikal Vlarena yang tidak tahu malu, ia dengan santainya menyembulkan kepala di balik pintu sambil menggoda Alfa dengan suara pelan namun cukup terdengar oleh orang yang dimaksud.
"Bapaknya serius banget macam mau ujian,"
Alfa yang merasa mengenali suara itu lantas menoleh ke sumber suara, dahinya berkerut dan alisnya hampir bertautan saat ia mendapati wajah Vlarena yang dihiasi senyuman bodoh.
"Ngapain lo?" kata Alfa tanpa suara dan dibalas dengan Vlarena yang menggelengkan kepala karena gadis itu pun tidak mengerti dengan apa yang sedang ia lakukan saat ini.
Vlarena masih mengamati gerak-gerik Alfa, ia bisa melihat Alfa yang menaruh gelas praktek dan berbicara singkat pada Eza sambil membuka jas laboratoriumnya. Hanya membutuhkan waktu beberapa puluh detik sampai Alfa berdiri di hadapan Vlarena saat ini.
Tunggu, tunggu. Jadi Alfa rela meninggalkan kelas demi Vlarena? Atau bagaimana?
"Lo sakit lagi?" tanya Alfa tenang sambil menaruh punggung tangannya di dahi Vlarena, tidak terlalu kencang namun cukup membuat kepala Vlarena agak terdorong ke belakang. Vlarena mengerenyit, heran mengapa Alfa langsung berpikiran bahwa ia sakit padahal ia merasa bahwa hari ini tubuhnya terasa baik-baik saja.
"Nggak," jawab Vlarena sambil menggeleng singkat.
"Beneran? Muka lo pucat gitu," balas Alfa seolah belum mendapat jawaban yang memuaskan dari Vlarena.
KAMU SEDANG MEMBACA
VLACACIA
Teen FictionAlfariel Juro Pradipta, anak baru yang mendadak jadi idola seantero sekolah. Sayang, tak satupun dari siswi-siswi disana yang berhasil menarik perhatiannya yang terbilang sukar untuk diraih. Alfa hanya mau ketenangan. Ya tenang, hingga tragedi memal...