Vlacacia {17} : Dilemma

204 20 4
                                    

" We're the kings and the queens of the new broken scene."



Deru suara mesin kendaraan yang berbaur dengan derap langkah kaki menjadi pembuka hari Vlarena kali ini. Kakinya baru saja beranjak turun dari bis yang biasa ia tumpangi setiap gadis itu pergi ke sekolah, bahkan beberapa kondektur sudah kenal akrab dengan Vlarena.

Bis ukuran sedang berwarna putih itu berhenti tepat di depan Savant International School, bersama dengan beberapa murid lainnya Vlarena melewati gerbang tinggi bercat hitam itu. Tidak ada rasa malu dalam diri Vlarena saat dia harus naik turun kendaraan umum untuk pergi ke sekolah, di saat beberapa temannya berlomba mengendarai mobil. Padahal Hana sudah mewanti-wanti pada Vlarena untuk menggunakan mobil pemberiannya, namun Vlarena menolak hal itu.

"Kak Vla!" sapa salah satu siswi berkaca mata bulat dan rambut yang dikuncir asal. Vlarena yang merasa disapa lantas melambaikan tangan dan tersenyum sumringah pada siswi itu. Begitu seterusnya beberapa siswa dan siswi menyapanya sepanjang koridor yang ia lewati.

Dengan tangan yang menggenggam beberapa tangkai bunga, Vlarena lantas masuk ke kelas setelah sebelumnya menghampiri lokernya. Jangan ditanya darimana asalnya bunga-bunga itu, sebab pasti ada saja bunga tanpa nama yang memenuhi loker yang ukurannya tak seberapa itu.

"Vlarempong!" panggil Kayla yang sudah sibuk dengan berbagai macam kertas di mejanya. Dengan langkah santai, Vlarena menghampiri sahabatnya itu dan langsung menaruh bunga yang rencananya akan ia buat menjadi pupuk kompos untuk menyuburkan tanaman hias milik Hana di kolong meja.

"Tumben belajar," ujar Vlarena yang merasa heran melihat Kayla yang biasanya sibuk dengan ponsel kini malah bercengkrama dengan kertas-kertas sepagi ini.

Tanpa membalas sindiran Vlarena, Kayla langsung memberikan secarik kertas kecil kumal pada Vlarena. Refleks, Vlarena langsung mengambil dan membuka gulungan kertas itu. "Apaan nih?" tanya Vlarena polos.

"Narocob," bisik Kayla dengan wajah sok seriusnya, menghindari kalau-kalau ada orang yang akan curiga padanya. Kertas itu berisi bocoran jawaban ulangan yang ia dapat dari Lio.

Tiga hari yang lalu, saat suasana sekolah sudah lumayan sepi, Lio malah asyik bergurau dengan petugas foto kopi di sekolahnya sambil mengunyah camilan yang juga dijual di tempat yang sama. Awalnya niat Lio hanya untuk nongkrong-nongkrong biasa saja, tapi niat awal itu langsung berbelok saat ia tidak sengaja melihat petugas foto kopi sedang merapikan kertas yang kalau dibaca merupakan soal-soal dari pelajaran IPA.

Ingat akan sesuatu, Lio lantas melakukan kongkalikong dengan petugas foto kopi itu, Lio meminta salinan soal ulangan yang pada akhirnya ia kerjakan dengan Kayla sebelum ulangan IPA berlangsung.

Pelajaran IPA sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dipelajari, namun guru mereka yang sering kali ngawur jika menyangkut soal-soal ulangan, membuat beberapa siswa termasuk Lio dan Kayla menghalalkan segala macam cara demi melihat angka 9 tergores di kertas ulangan mereka nantinya.

Vlarena seperti sedang menimang-nimang sesuatu, antara ingin mengambil contekan itu atau tidak. Saat dirinya akan mengantungi kertas lusuh itu, wajah jutek Alfa langsung melintas begitu saja di pikirannya, membuat Vlarena sontak melempar kertas itu seolah kertas itu adalah benda yang menjijikan atau semacamnya.

"Ih kok malah dilempar sih?" protes Kayla yang langsung memungut kertas haram itu dan menyembunyikannya. Vlarena merasa bersalah jika ia harus mengandalkan contekan. Alfa bilang, sia-sia usahanya selama ini untuk belajar segala macam materi sekolah yang menumpuk jika ujung-ujungnya pada contekan jugalah Vlarena bergantung.

VLACACIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang