Vlacacia {13} : Shooting Range

191 20 0
                                        

"He was the poet, while she was the muse. She had a pen that she knew how to use a touch of redemption, a hint of elation, a recipe for disaster"

Dering suara bel istirahat menggema ke seluruh sudut bangunan yang masing-masing bertingkat empat siang itu. Siswa-siswi dengan gerombolannya masing-masing mulai memadati koridor. Termasuk di dalamnya Alfa dan Eza. Langkah serempak membawa mereka berdua turun dari lantai dua.

"Jahat lo ye, udah pacaran sama Vlarena gak bilang-bilang, ulang tahun juga malah diem-diem aja. Sok misterius banget lo jadi manusia," cibir Eza yang kesal sebab kabar Alfa yang baru ulang tahun baru ia ketahui hari itu.

Beberapa bulan menjalin pertemanan tidak menjamin bahwa mereka sudah mengenal seluruh seluk beluk tentang satu sama lain. Termasuk hal semacam hari ulang tahun. Tipikal Alfa dan Eza yang bisa dibilang memiliki ikatan pertemanan yang terkesan cuek untuk urusan semacam itu.

Termasuk pula tentang berita bahwa Alfa dan Vlarena berpacaran, yang bersangkutan tidak pernah memberitahu siapapun bahwa hubungan mereka adalah suatu kebohongan. Sebatas tameng bagi Alfa agar ia bisa jauh dari godaan siswi-siswi agresif seperti Asiana.

Cara ini tentu terbilang ampuh, buktinya jumlah siswi yang sengaja mencari kesempatan untuk bisa dekat dengan Alfa kini perlahan berkurang. Lagipula tidak ada yang berani untuk mencari masalah dengan Vlarena yang disegani hampir semua siswa-siswi Savant International School ini.

"Ulang tahun doang sih, Ez. Lagipula gue gak rayain pake party dan semacamnya," Alfa mencoba membela diri. Ya, tidak ada pesta. Yang ada hanya perayaan sederhana bersama Vlarena di food festival dan dinner di kafe dengan pemandangan pantai Jakarta bersama Sara. Dan yang terakhir, kejutan dari Agata dan kedua orangtuanya. Hanya itu.

Tentang makan malam bersama Sara. Setelah Alfa mengantarkan Vlarena pulang dan bertemu Hana-Mama Vlarena beberapa saat, Alfa langsung melesat menuju kafe dimana Sara sudah menunggunya. Tidak perlu menyebutkan nama kafenya pun Alfa tahu kafe mana yang Sara maksud. Sebab tempat itu sempat menjadi tempat favorit mereka berdua saat semuanya masih baik-baik saja.

"Ya udah gak apa-apa. Yang penting mie ayam karmin gratis ya buat gue?" pinta Eza sebagai balasan karena Alfa tidak memberitahukan soal ulang tahun padanya. Alfa hanya mendengus sambil geleng-geleng melihat tabiat Eza ini.

"ALFA! EZA!"

Ujung sepatu Alfa baru menyentuh anak tangga terakhir dan seketika saja terangkat lagi saat mendengar suara teriakan dari samping tangga. Sementara Eza sibuk mengusap dadanya seolah tengah menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba saja berpacu cepat.

"Ngapain sih lo?" tanya Alfa sinis saat melihat Vlarena yang tiba-tiba muncul dari balik tangga.

Vlarena yang sedang cekikikan melihat ekspresi wajah Alfa apalagi Eza langsung menutup mulutnya, berusaha meredakan suara tawanya itu sebelum Alfa geram akibat ulahnya. Tangan kanan Vlarena yang menenteng tas berwarna ungu berisi makanan itu langsung berayun di depan wajah Alfa. Membuat cowok itu mengerutkan kening seolah bertanya apa maksud dari yang Vlarena lakukan itu.

"Ambil Fa, makan siang buat lo dari Mama Hana. Oh iya, Ez, gue cuma bawa satu porsi, kalau lo mau icip, minta ke Alfa aja ya," Vlarena menyadari bahwa Eza ada disitu dan tidak mungkin jika Eza tidak mau ikut merasakan enaknya masakan Hana.

Malam itu Vlarena bercerita panjang lebar tentang harinya bersama Alfa di food festival termasuk kabar bahwa hari itu, Alfa tepat berusia tujuh belas tahun. Sontak Alfa sempat salah tingkah, sebegitu terbukanya Vlarena pada Hana sampai-sampai detil ceritapun ia ungkapkan. Alfa khawatir, jangan-jangan Vlarena juga menceritakan tentang sifat dirinya yang dingin dan terkesan jutek pada cewek itu.

VLACACIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang