"You shake my nerves and you rattle my brain, too much love drives a man insane. You broke my will, but what a thrill."
Sedari tadi Alfa menimang-nimang apakah harus menghubungi Vlarena atau tidak. Berhubung tadi saat di gerbang sekolah Alfa melihat gadis itu sedang mengobrol dengan satpam. Namun saat ini, Alfa tidak menemukan Vlarena di kelasnya.
Dilihat ke sekeliling benar-benar tidak ada Vlarena yang tertidur di pojokan seperti biasanya. Gadis itu, tidak pernah membuat Alfa bisa bernafas dengan lega. Alfa ingat janji itu, Menjaga Vlarena.
Konyol memang menyetujui perjanjian yang dibuat sepihak oleh Vlarena, tapi apa mau dikata, Alfa sudah terlanjur menyetujuinya dan Alfa bukan tipikal orang yang tidak menepati janji.
Yah, tak apalah. Vlarena pun tidak seburuk apa yang Alfa pikirkan.
Setelah berpikir sekian lama akhirnya Alfa memberanikan diri untuk menghubungi gadis itu.
"Hallo?" terdengar suara Vlarena di seberang sana. Tidak seperti biasa, dari suaranya Vlarena terdengar lemas dan sedikit serak.
"Dimana?" tanya Alfa datar.
"Di UKS, Fa."
"Ngapain?"
"Menurut nganaaa? Ya istirahat lah," terdengar suara Vlarena yang meninggi. Bahkan Alfa si anak pintar pun masih bertanya sedang apa Vlarena di UKS.
Sambungan telepon langsung terputus. Alfa tidak menjawab ucapan Vlarena sama sekali dan berjalan meninggalkan kelas Vlarena.
Melihat sepatu kecil yang tergeletak di dekat pintu UKS, Alfa yakin Vlarena masih ada di dalam. Setelah menyapa penjaga UKS secukupnya, Alfa langsung masuk dan mendapati Vlarena yang sedang berbaring di kasur sambil memainkan ponselnya.
"Kenapa belum pulang?" suara Alfa membuat Vlarena terkesiap, hampir saja ponselnya jatuh ke lantai jika saja Alfa tidak menangkapnya.
"Ngagetin mulu sih. Gue nungguin lo," jawab Vlarena dengan senyum seperti biasa.
Melihat Alfa yang hanya mengerutkan dahi, Vlarena langsung menghembuskan nafas kencang. Alfa ini memang tidak mengerti atau bagaimana?
"Gue mau belajar Alfaaa."
"Bukannya lo lagi sakit?" dengan refleks Alfa menempelkan punggung tangannya pada dahi Vlarena beberapa detik. "Lo kan yang tadi menggegerkan anak-anak karena tiba-tiba pingsan?"
Saat jam pelajaran terakhir memang terdengar riuh dari arah luar. Beberapa menengok ke jendela bahkan berlari keluar kelas. Terdengar sayup siswa-siswi menyebut nama Vlarena, terdengar pula suara bisikan "pingsan".
Oh ayolah, orang pingsan pun mengapa bisa semenarik itu di mata mereka, pikir Alfa.
Bahkan Alfa tidak sama sekali beranjak dari duduknya, meski beberapa temannya termasuk Eza terlihat penasaran sampai berlari keluar kelas. Beruntung kondisi kelas sedang tidak ada guru.
Eza juga sempat memberitahu Alfa bahwa Vlarena pingsan dan dibopong oleh seorang cowok seolah hal itu bisa memancing amarah Alfa, padahal Alfa sama sekali tidak bertanya, bahkan mau tahu pun tidak.
Alfa berdecak, seperti biasa Alfa akan berakhir dengan mengalah jika sudah berhadapan dengan Vlarena. Seakan ada sesuatu dalam diri Vlarena yang membuat Alfa tidak sanggup menolak. Ya, harga dirinya lama-lama hilang karena cewek itu.
"Yaudah ayo!" Alfa melepas tasnya dan menyampirkannya di depan dada. Sementara Vlarena perlahan bangun dan menyandarkan tubuhnya di punggung Alfa. Membiarkan cowok itu menggendongnya sampai ke parkiran belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
VLACACIA
Teen FictionAlfariel Juro Pradipta, anak baru yang mendadak jadi idola seantero sekolah. Sayang, tak satupun dari siswi-siswi disana yang berhasil menarik perhatiannya yang terbilang sukar untuk diraih. Alfa hanya mau ketenangan. Ya tenang, hingga tragedi memal...