Makasih yang udah mampir baca. mohon komen dan votenya.
pertama aku mau ngomong kalau, cerita ini bertemakan agama nasrani.
kedua ini terinspirasi dari salah satu film yang aku tonton dan kasus yang lagi hangat, kasusnya Mirna. *hanya dikit kok* hehe~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Menangis menjadi keseharian
Tersenyum tak lagi sama
Menunggu bukan lagi sebuah janji tapi menjadi keseharian.
Ku harap angin dapat menyampaikan pesan rindu pada langit.
Aku Rindu
Rindu padamu, sahabat hidupku.~ Zizi ~
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Seorang pria sedang berdiri dengan tegang di ruang tunggu. Beberapa kali ia membaca dan mengulang bacaannya dikertas. Dia adalah Aliand Alvaro Gavriel. Hari ini adalah hari pernikahannya, maka sedari tadi ia terus uring-uringan, menghafal kalimat yang akan diucapkan ketika pernikahan membuat ia semakin tegang.
Ia mengingat bagaimana ia melamar gadisnya beberapa bulan yang lalu. Gadisnya Cherish Aprillya Putri.
~
Aliand sedang berjalan terburu-buru ke taman kota. Ia sudah sangat terlambat berjanji pada Prilly. Gadisnya pasti sekarang sedang menunjukkan taringnya kepada orang-orang di sekitar taman. Ia melihat sosok yang ia cari, ia menghampiri gadis itu dan memeluknya dari belakang.
Prilly meronta ingin dilepaskan. Ia memutar badannya menghadap Aliand. "Jam berapa sekarang?"
Aliand tersenyum kikuk, bingung harus menjawab apa, yang jelas mau dijelaskan seperti apapun Prilly pasti tidak akan mendengarkannya. Prilly menatap tajam. "Terlambat, selalu terlambat!"
"Maaf," Aliand menunduk menandakan ia sangat merasa bersalah membuat gadisnya menunggu.
Prilly sebenarnya tidak tega melihat Aliand merasa bersalah, tapi agar Aliand tidak membiasakan dirinya menunggu, ia sengaja marah, agar Aliand tidak lagi datang terlambat.
"Kamu tidak mau memaafkanku?" tanya Aliand hati-hati. Prilly menghembuskan nafas kasar, kemarahannya menguap entah ke mana, saat menatap mata Aliand yang sendu. Prilly naik ke bangku taman, agar bisa menatap Aliand dari atas. Ia menangkup kedua pipi Aliand.
"Janji ga akan buat aku nunggu lagi?" tanya Prilly masih menangkup kedua pipi dan mengarahkan kepala Aliand untuk menatapnya. Aliand tersenyum, "Janji!"
Aliand mengangkat tubuh dan memutar badan Prilly. Prilly yang kaget hanya memeluk leher Aliand erat. Setelah puas memutar gadisnya, ia segera menurunkannya dan mendudukkannya di bangku yang dekat dengan air mancur. Mereka berdua diam, Prilly mengatur nafasnya dan Aliand bermain dengan pikirannya sendiri.
"Ly,"
"Li,"
Mereka berdua memanggil secara bersamaan, membuat mereka tertawa. "Kamu duluan, Ly."
Prilly tersenyum, mengambil lengan dan merapat ke dada bidang Aliand, menghirup aroma tubuh maskulin kekasihnya. "Kok diem?"
"Aku cuma mau meluk kamu kok," ucap Prilly manja. Aliand yang gemas menarik hidung Prilly kencang. Prilly mengaduh kesakitan, Aliand tertawa sambil mengacak rambut dan memperat pelukan kemudian membenamkan kepala Prilly ke dadanya.
Prilly mendorong Aliand. "Rambutku berantakan Ali!" seru Prilly kesal sambil membenarkan rambutnya.
"Mana lihat," Aliand memperhatikan Prilly, menaruh tangannya ke dagu seperti benar-benar akan menilai.
"Iya berantakan, tapi.." belum selesai Aliand berucap, Prilly menghujani Aliand dengan pukulan dan cubitan yang membuat Aliand meringgis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aliando Prilly - Fanfic Oneshot SS 1 (END)
FanfictionSemua berasal dri khayalan dan juga dari baca2an story, maaf klu msalnya ada kesamaan cerita dan sbgainya tpi aku berusaha merubah dengan gaya tulisanku. Ini cuma short story tentang Ali dan Prilly. Tidak berhubung dengan nyata tpi bisa juga nyata...