Chapter Ten

3.7K 324 8
                                    

NATASHA'S POV

"Hii...bau! Gausa peluk-peluk!!" ucapku berusaha melepaskan pelukan Kak Alex. Aku baru menyadari Kak Alex habis olahraga. Lantas tubuhnya bau.

"Hahaha... Iya iya. Kalau gitu jangan nangis lagi dong!" Kak Alex melepaskan pelukannya. Lalu menatapku dengan senyuman tulusnya. Aku menyeka air mataku.

"Aku sudah lama nunggu kamu tau!"

"Ya maaf " rengekku.

"Haha iya iyaa... Yang penting sekarang kamu ada disini. Kalo gitu aku kembali ke lapangan dulu ya... Nanti aku yang anterin kamu pulang oke??" Aku hanya menganggukkan kepala. Kak Alex pergi meninggalkan kelas.

Hatiku sangat lega setelah mengetahui Kak Alex adalah Mike. Aku sangat merindukannya. Tapi masih saja aku merasa menyesal sudah meninggalkannya. Aku berdiri dan berjalan keluar kelas dengan segala beban yang hilang begitu saja.

*****

Sepulang sekolah, Kak Alex menungguku di depan gerbang.

"Nat, sebelum pulang kita mampir toko buku dulu ya" ucapnya.

"Iya gak apa" Aku dan Kak Alex masuk ke dalam mobil yang diparkirkan di depan sekolah. Setelah perjalanan, kami sampai di depan toko buku yang terletak di ujung jalan. Toko itu tidak jauh dari sekolah hanya butuh beberapa menit saja sudah sampai. Aku turun dari mobil dan masuk ke dalam toko itu.

Toko ini sangat luas. Banyak para petugas yang merapikan buku-buku di rak. Kak Alex berjalan menuju rak-rak yang berisi buku soal latihan untuk menghadapi ujian. Tempat ini menyenangkan.

Rasanya seperti memiliki kesan tersendiri yang menarik para pengunjung untuk datang. Aku berjalan-jalan di sepanjang rak buku. Menyentuh satu dua buku. Membaca sampul belakangnya , membuka-buka buku yang tidak dibungkus oleh plastik.

Lagi-lagi hujan turun. Untungnya aku dan Kak Alex berada di dalam toko. Jadi kami tak usah kebingungan akan basah terkena hujan. Kali ini, hujan tidak lagi membuatku mengingat masa lalu. Aku sudah menemukan masa laluku itu. Dan dia sedang bersamaku sekarang. Di tempat ini.

Aku memandang sekitar... Suasana disini sungguh bersahabat. Aku kembali berjalan ke arah Kak Alex. Dia masih bingung memilih buku yang mana. Aku pun membantunya. Akhirnya kami menemukan yang bagus dan membelinya. Aku dan Kak Alex berjalan menuju meja kasir untuk membayar

*****

Setelah itu kami hendak keluar dari toko buku. Tiba-tiba kami bertemu seseorang yang familiar. Cewek itu menggunakan seragam sekolah SMA. Dan seragam itu sama seperti seragam yang kupakai. Dia adalah Kak Sofhie. 'Sedang apa dia disini' batinku dalam hati.

"Alex, ngapaiin kamu disini? Terus ngapaiin ada cewek ini??" tanya kak Sofhie sambil menunjukku. Aku hanya terdiam tidak ingin menanggapinya.

"Dia menemaniku mencari buku soal latihan" balas kak Alex.

"Oo gitu.. Kalu gitu habis gini kita dinner bareng BERDUA yuk Lex" tangan Kak Sofhie menarik lengan Kak Alex. Kak Sofhie sengaja menegaskan kata 'berdua' untuk menyindirku. Aku tidak menghiraukannya.

"Sof , lepasin!" kak Alex melepaskan tangan Kak Sofhie yang melingkari lengannya.

"Aku nggak punya banyak waktu buat kamu Sof. Aku harus pergi" tiba - tiba
Kak Alex menarik tanganku dan berjalan menuju mobil. Kak Sofhie menatapku dengan sinis dan sirik sambil berkata "awas lo" tanpa bersuara sebelum aku pergi menjauh darinya. Tanganku masih dalam genggamannya. Kami masuk kedalam mobil dan dia mengantarku pulang.

*****

Keesokan harinya, aku masuk sekolah seperti biasa. Aku duduk di bangku kelasku seperti biasa. Saat istirahat, aku hendak pergi ke kantin seperti biasa. Tiba-tiba Kak Sofhie datang mencegahku dan menarikku paksa menuju gudang didekat kamar mandi lantai bawah. Dia dan kedua temannya menatapku sinis.

Jeng..jeng!

"Heh! Dengerin ya! Alex itu punyaku! Jadi kamu gausah deket-deket lagi sama dia!"

"Dan satu lagi jangan coba-coba buat aku marah!"

Kak Sofhie dan kedua temannya meninggalkanku sendirian di gudang itu lalu mengunciku. Aku berusaha berteriak minta tolong tapi percuma tidak ada yang dengar. Aku mencoba mencari akal untuk kabur tetapi tetap saja tidak ada hasilnya.

Ruangan ini sangat kotor dan penuh debu. Aku hampir tidak bisa nafas. Aku berusaha untuk mendobrak pintu tapi alhasil aku kelelahan. Aku sangat takut... Aku takut tidak ada yang menolongku.

ALEX'S POV

Saat istirahat, aku pergi ke kelas Natasha untuk mengajaknya ke kantin bersama. Setelah dikelasnya, aku hanya melihat Monica yang duduk di bangkunya. Natasha tidak ada.

"Mon, Natasha dimana?" tanyaku ke Monica.

"Ehm.. Tadi katanya ke toilet. Tapi sampek sekarang belum kembali. Ini aku mau mencarinya" balas Monica.

"Yauda kalau gitu, kita cari bareng-bareng aja" akhirnya aku dan Monica pergi mencari di toilet lantai 2 . Tetapi dia tidak ada.

Kami mencoba mencari ke lantai 3 juga tidak ada. Akhirnya kami ke lantai bawah. Monica masuk ke dalam toilet , tetapi Natasha juga tidak ada. Saat kami hendak pergi , kami mendengar teriakan minta tolong. Aku mencoba mendengar lagi. Dan suara itu terdengar dari arah gudang dekat toilet. Monica menatapku ragu.

Aku pun berjalan ke arah gudang. Suara itu seperti suara Natasha. Aku mencoba membuka pintu itu , tetapi ternyata terkunci. Dengan terburu-buru , aku mencoba mendobrak pintu dengan kakiku. Dan akhirnya...

Brukk!

Pintu itu terbuka. Aku sangat kaget saat melihat Natasha menangis di ujung ruangan. Aku tau kenapa dia menangis. Dia pasti ketakutan. Monica langsung berlari menuju Natasha.

"Nat, kamu gak apa?" Tanya Monica sambil memeluk erat Natasha.
Natasha tidak menjawab dia masih menangis. Dia pasti syok dan takut. Buru-buru aku mendatanginya dan mencoba menenangkannya. Aku tidak tahu siapa yang tega mengunci Natasha di gudang. Tapi sepertinya Sofhie lah yang melakukannya.

*****

Hai readers🙌
Maaf baru updatee yaaa
Ayoo comment dan voteee!!

5 Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang