Chapter Twenty One

3.1K 250 3
                                    

ALEX'S POV

Flashback...

Aku melihatnya menundukkan kepala untuk hormat. Tapi tiba-tiba tangannya mencengkram kepalanya dan terjatuh pingsan di atas panggung. Aku menatap Natasha kaget dan langsung berlari secepat mungkin. Aku sangat panik. Akhirnya aku menggendongnya dan membawa dia ke rumah sakit.

"Bertahanlah Nat..." ucapku dalam hati. Sambil mencengkram erat kalung hati untuk Natasha.

Orang-orang yang disana masih menatap kaget. Sahabatnya Monica, ikut mengantar ke rumah sakit. Mama dan papa Natasha pun ikut. Mereka sangat khawatir dengan keadaannya. Sesampainya di rumah sakit, kami bergegas membawa Natasha keluar mobil dan diambil alih oleh perawat rumah sakit.

NATASHA'S POV

Aku terbangun dan mendapati ruangan besar dengan sofa panjang , meja , dan televisi. Aku baru menyadari bahwa ruangan ini bukanlah kamarku melainkan kamar rumah sakit. Aku memegang kepalaku yang masih pusing. Tatapanku pun masih buram.

Kulihat papa sedang tertidur di sofa dan mama yang duduk dan tertidur disampingku sambil memegang erat tanganku. Aku menatap sedih kedua orang tuaku yang selalu menemaniku. Mereka adalah orang tua terhebat.

Aku mencoba untuk duduk. Lalu pelan-pelan aku lepaskan genggaman tangan mama. Aku tidak suka di rumah sakit. Ini seperti mimpi burukku. Dan selalu membuatku takut. Aku turun dari kasur sambil memegang infus. Aku berjalan keluar kamar secara perlahan.

Dengan maksut tidak menimbulkan suara. Akhirnya aku membuka gagang pintu lalu berjalan keluar. Aku mengikuti lorong. Aku pergi mencari toilet. Kepalaku terus mencari-cari. Hingga tiba-tiba ada tangan yang menyentuh bahuku. Aku tidak berani menoleh. Karena aku kira itu suara hantu.

"Nat? Natasha?" suara yang memanggilku tidak seperti hantu sama sekali. Bahkan suara ini sangat familiar. Aku membalikkan badan dan mendapati Kak Alex didepanku. Dia menatapku khawatir.

"Nat, kamu ngapaiin disini? Kenapa nggak dikamar?" tanyanya.

"Itu kak aku mau ke toilet...."

"Kenapa sendirian? Kalo terjadi apa-apa gimana?"

"Habis... Mama sama papa lagi tidur aku ga tega"

"Yaudah aku anterin ya..." aku pun mengganguk mendengarnya.

ALEX'S POV

Flashback

Aku melihatnya terbaring lemah di atas kasur rumah sakit. Aku sangat khawatir terhadap keadaannya. Saat dokter memeriksa Natasha , dia berkata sesuatu kepada mama dan papa Natasha. Aku tidak mendengarnya sama sekali. Lalu dokter pergi keluar kamar. Dan aku yang masih duduk di luar kamar ingin mencari tau ada apa dengan Natasha.

Aku pun bertanya ke dokter yang memeriksa Natasha tadi.

"Dok , bagaimana keadaan Natasha? Apa dia baik-baik saja?"

"Ehm...maaf tapi keadaannya semakin parah"

"Kalau saya boleh tau dia sakit apa ya dok?"

"Dia mengidap penyakit Kanker Leukimia (darah) stadium 4"

"Apa dok?! Kanker leukimia??!!" aku tidak percaya dengan semua ini.

Hatiku serasa tersayat dan tercabik-cabik. Bagaimana bisa Natasha menutup- tutupi penyakitnya dariku. Dengan hati yang sedih dan khawatir , aku masuk kedalam kamar dan memberanikan diri bertanya ke mama dan papa Natasha.

Ternyata benar yang dikatakan dokter. Mereka tidak berbohong. Natasha lah yang berbohong. Setelah itu mama dan papa Natasha memberiku semangat. Aku pun keluar dari ruangan untuk menenangkan diri dan berpikir.

Setelah dari kantin rumah sakit, aku berjalan menuju kamar Natasha. Tapi tiba-tiba aku melihat Natasha yang berjalan membawa infus. "Gadis bodoh" ucapku dalam hati dengan kesal. Aku berjalan ke arahnya dan meraih pundaknya.

Dia masih tidak berbalik. Aku memanggil namanya. Akhirnya dia menoleh. Aku khawatir sekali dengannya. Aku pun mengantarkannya ke toilet. Setelah itu kami kembali ke dalam kamar rawatnya.

NATASHA'S POV

Aku membuka gagang pintu dan melihat mama dan papaku yang menatapku khawatir.

"Nat... Kamu darimana aja sih.. Mama khawatir banget..." ucap mamaku sambil memelukku.

"Tadi Natasha habis dari toilet ma... Nih ketemu Kak Alex"

"Pas banget. Mama sama papa mau pergi nyari buah buat kamu. Kamu disini aja yaa.."

"Nak Alex.... Bisa tolong jagaiin Natasha kan?" ucap mamaku lagi.

"Siap tante..." jawabnya sambil tersenyum dan menampakkan gigi-gigi putihnya.

Mama dan papa memelukku lalu berjalan keluar kamar. Aku tersenyum dan berjalan menuju kasur. Kak Alex membantuku untuk naik ke atas kasur. Dia tersenyum kearahku. Lalu tiba-tiba dia meraih tanganku dan menatapku khawatir.

"Nat...."

"Hmm?"

"Ehm.. Kenapa kamu berbohong?" pertanyaannya membuatku kaget. Aku memasang muka baik-baik saja padahal aku sedikit panik.

"Ma..maksut kakak?" tanyaku.

"Kenapa kamu nggak beritahu ke kakak kalo kamu sakit kanker leukimia?" tanyanya khawatir dan penuh kasih sayang.

Aku tidak berani menatapnya. Rasanya aku takut untuk mengatakannya. Tapi bagaimana bisa dia tahu? Apa mama dan papa memberitahunya? Semuanya tidak penting. Aku memang sudah yakin kelak dia akan tahu.

*****

Tbc....
Bentar lagi the end😢😢😩😩😩

5 Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang