Chapter Twenty

3K 265 7
                                    

NATASHA'S POV

Tidak terasa, hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Dan hari ini, adalah hari kelulusanku. Waktu berjalan dengan cepat. Juga penyakitku yang menjalar ke seluruh tubuh dengan cepat. Tiap hari ada saja darah mengalir dari hidungku. Pagi ini, aku benar-benar lelah, pusing, belum lagi dengan demam yang tak kunjung sembuh dari tadi malam.

Aku menatap diriku di depan cermin. Terlihat wajahku yang pucat pasih. Aku segera mengambil tas dan turun ke bawah. Di ruang tamu tampak mama dan papa yang berpakaian rapi sedang menungguku. Aku menatap ramah ke arah mereka. Sungguh bersyukur aku mendapat kedua orang tua yang baik seperti mereka.

Aku masuk ke dalam mobil. Sesampainya di sekolah , aku turun dan berjalan menuju aula, tempat wisuda berlangsung. Tanpa pikir panjang aku duduk di kursi sebelah Monica sahabatku. Sedangkan mama dan papa duduk di kursi belakang. Aku duduk sambil menunggu Kak Alex yang berjanji akan datang hari ini.

ALEX'S POV

"Haduh... Udah jam segini aku pasti telat ke tempat Natasha" geramku sambil berlari mencari tas dan sepatu di kamarku yang kotor ini. Tidak lupa aku membawa kotak persegi panjang yang berisi kalung. Ya. Ini kalung yang diinginkan Natasha dulu. Berbulan-bulan aku berjuang mati-matian untuk mencari uang sebanyak mungkin.

Walau jam kerjaku terbatasi oleh kuliah. Maklum lah kerja sampingan. Setelah itu , Aku segera keluar kamar, lalu pamit ke mama dan papa yang masih duduk di meja makan.

"Ma..pa.. Aku pergi dulu ya"

"Iya... Lex titip salam buat Natasha ya..." ucap mamaku tersenyum.

"Dari papa juga" tambah papaku.

Aku segera masuk ke dalam mobil lalu menancapkan gas dan pergi. Selama perjalanan jalanan sungguh macet. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 10.40 padahal wisuda sudah dimulai 40 menit yang lalu. Aku menunggu lampu lalu lintas. Setelah mulai lancar aku segera menancapkan gas dengan cepat.

"Nat..wait for me" gumamku dalam hati sambil memegang kotak kalung tersebut.

NATASHA'S POV

"Kemana aja sih dia? Kok ga dateng-dateng?" dengusku kesal. Mataku mulai mencari-cari sosoknya. Tapi hasilnya nihil. Aku pun mengeluarkan ponselku dan mengirim pesan. Tapi belum ada balasan.

"Nat, mikirin apaan sih. Bentar lagi kamu maju loh" ucap Monica menyadarkanku.
Salah sati guru memanggil namaku untuk maju ke atas panggung. Ya... Aku akan memainkan sebuah permainan piano untuk teman-temanku sebelum berpisah.

Aku naik keatas panggung. Lalu memberi hormat dan duduk di depan piano. Aku mengatur nafasku. Dan berusaha menenangkan diriku yang dari tadi menahan rasa sakit di kepala dan memikirkan Kak Alex yang tidak kunjung datang. Aku mulai memainkan sebuah lagu sambil memejamkan mata.

ALEX'S POV

akhirnya aku tiba di sekolah. Aku memarkirkan mobil dan segera berlari menuju aula. Aku mulai mendengar alunan musik yang sangaat indah. Lagu ini benar-bemar tidak asing di telingaku. Inilah lagu kesukaan Natasha. Lagu "kiss the rain" mengalun dengan indah.

Aku sudah tiba di ambang pintu masuk aula. Pintu terbuka. Aku hanya berdiri sambil menatap bangga melihat Natasha yang memainkan lagu tersebut dengan sangat indah. Setiap alunan kudengarkan. Kuresapi makna dari lagu ini. Lama-kelamaan lagu mulai pelan dan berhenti. Semua bertepuk tangan gembira.

Lagu ini benar-benar mengharukan. Bahkan ada beberapa siswa , guru dan orang tua murid yang menangis mendengar permainan indah Natasha. Aku metap senyum kearahnya. Dia berdiri dari tempat duduknya lalu membungkuk untuk hormat. Tapi tiba-tiba......

NATASHA'S POV

Aku memainkan lagu "kiss the rain" dengan indah. Jujur lagu ini adalah kesukaanku. Lagu ini benar-benar membawa kedamaian dalam hatiku. Aku menyelesaikan permainan pianoku dengan baik. Semua orang bersorak padaku. Aku berdiri dari tempat duduk dan tersenyum saat mendapati dia menatapku.

Ya! Kak Alex sedang menatapku senang bercampur bahagia terlihat jelas dimatanya. Aku sangat senang akhirnya dia datang. Aku membungkuk untuk hormat. Tapi tiba-ti a kepalaku mengalami pusing hebat. Rasa sakit ini sungguh mendalam. Tidak seperti biasanya.

Belum lagi darah yang tiba-tiba keluar dari hidungku. Aku memegang kepalaku. Semua orang menatapku bingung alias kaget. Pandanganku mulai kabur dan semuanya menjadi gelap.

Ya Tuhan tolonglah aku.... Aku masih ingin hidup bahagia di dunia ini. Masih banyak orang yang kusayangi dan kucintai. Mereka memerlukanku Ya Tuhan. Tolong jangan cabut nyawaku sekarang. Tunggulah aku melihat kembali semua orang yang kusayangi. Tuhan dengarkanlah permohonanku......

*****

Pada penasaran nggak sama kelanjutannya?
Ayo ditunggu terus ya... Udah mau episode akhir nih...😢😩
Bersabarlah readers😁
Maaf kalo ada typo maklum masih amatiran😀

5 Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang