Chapter Eighteen

2.8K 242 4
                                        

NATASHA'S POV

Operasi berjalan dengan baik. Aku kembali ke rumah lebih awal. Aku masuk ke kamar dan mengganti baju. Tiba-tiba ponselku berdering dan bergetar. Aku melihat namanya muncul di layar hpku. Aku tidak mengangkatnya. Dia sudah menelponku daritadi. Tapi tidak kuangkat.

Aku mematikan hp dan pergi tidur. Aku benar-benar lelah. Keesokan harinya aku bangun pukul 10.00 dan aku turun ke bawah untuk sarapan. Mama menyapaku dan menyiapkan sarapanku. Aku pun duduk di meja makan.

"Nat ,tadi Alex datang nanyaiin kabar kamu"

"Ooo..." aku menanggapi dengan cuek.

"Katanya dia khawatir sama kamu soalnya kemarin nggak angkat-angkat telpon"

"Yauda biarin"

"Kamu ada masalah sama Alex? Kalo ada bilang aja ke mama"

"Enggak kok" aku menatap sarapanku. Aku jadi malas makan.

"Yauda kalo gitu , mama pergi dulu ya" mama menciumku dan pergi.

Aku meninggalkan sarapanku yang masih utuh itu. Tiba-tiba aku kehilangan mood. Memang dari kemarin aku mengabaikannya. Aku hanya ingin membuat dia tidak bergantung pada orang. Maksutnya, jika aku sudah tidak bisa di sisinya lagi , paling tidak dia sudah terbiasa. Hanya itu yang aku mau.

Aku tau kelihatannya sangat egois. Tapi aku cuma ingin dia senang dan nggak khawatir terus dengan kondisiku. Tapi aku tau aku tidak mungkin bisa mengabaikannya. Itu sangat sulit buatku. Aku merasa sangat bersalah. Akhirnya aku mengambil ponselku dan memberi kabar padanya.

*****

To Kak Alex
Kak , aku sudah pulang. Maaf kemarin nggak ngabari kak Alex. aku capek terus ketiduran. Jadi ini baru bangun.

Awalnya belum ada balasan. 5 menit kemudian, tiba-tiba ponselku berbunyi dan bergetar. Muncul namanya di layar hpku. Aku pun mengangkatnya.

Halo nat?

Maaf kak kemarin ketiduran jadi gak bisa balas telpon dari kak Alex.

Iya nggak apa. Sekarang kamu cepetan mandi terus siap-siap ya.

Buat apa?

Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat. Habis gini aku jemput kamu.

Sebelum aku membalas , dia sudah mematikan telponnya. Aku menatap bingung. Lalu segera masuk ke kamar mandi. Sesudah mandi , aku berganti pakaian yang rapi. Hari ini aku memakai baju lengan panjang dan celana panjang untuk menutupi bekas-bekas operasi. Tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Aku pun turun ke bawah.

Aku membuka pintu , dan tiba-tiba dia langsung memelukku. Aku tersontak kaget.

"Nat , kamu kenapa sih? Telpon ga diangkat-angkat" dia melepaskan pelukannya. Aku menatapnya bingung.

Baru ditinggal sehari aja udah kangen. Dia pun menggandeng tanganku masuk ke dalam mobil. Aku pun mengikutinya.

*****

Di dalam mobil, aku terus bertanya kemana kita akan pergi. Tapi Kak Alex tidak mau memberitahu sedikitpun. Aku jadi lebih bingung. Aku pun sampai di suatu tempat yang tidak asing. Seperti aku kenal tempat ini betul-betul. Saat aku mulai mengingat kembali, aku baru menyadari bahwa aku berada di taman masa kecilku.

Taman yang mengenang banyak hal di masa kecilku dulu. Taman ini mengingatkanku akan pertemuanku dengannya. Dia yang dulu menolongku. Dia yang membawa semangat hidupku. Aku tidak percaya bisa berada disini. Aku sudah lupa berapa lama aku tidak kemari.

Pastinya lama sekali. Karena setauku disini dulu tempat aku bermain dan bersenang-senang. Aku sangat merindukan tempat ini. Pikiranku buyar, saat Kak Alex menepuk bahuku. Aku menoleh padanya.

"Masih inget tempat ini?"

"Masih lah"

"Dulu aku pertama kali liat kamu disini. Kamu sering banget main kesini. Tapi aku nggak pernah berani buat kenalan sama kamu. Hingga kamu terluka, aku memberanikan diri menolongmu" aku dan dia duduk di ayunan.

"Saat itu aku juga nggak nyesel bisa ketemu kamu. Apalagi kamu sudah nolongin aku"
balasku sambil tersenyum ke arahnya. Lalu aku menambahkan lagi.

"Tapi, seumpama aku udah nggak ada, apa Kak Alex bakal tetep sayang sama aku?"
dia menatapku bingung.

"Kamu ngomongin apaan sih Nat?" dia tertawa kecil dan menganggap ini lelucon.

"Ya pastilah aku tetep sayang sama kamu sampek kapan pun" tambahnya. Aku lega dengan jawaban itu. Aku merasa beban-bebanku selama ini menghilang. Aku ingin membuat hidupku menjadi bahagia. Itulah harapanku satu-satunya.

*****

Tbc.....

5 Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang