Chapter Twenty Two

3.8K 257 13
                                    

NATASHA'S POV

"Kenapa kamu nggak beritahu kakak kalau kamu sakit kanker leukimia?"

Tanpa diduga dan diperintah, air mataku mengalir ke pipiku. Aku tidak bisa menahannya lagi. Rasanya aku merasa bersalah sudah membohongi Kak Alex. Aku tidak tega bila seperti ini. Aku menunduk sambil menutupi tangisanku yang tak kunjung berhenti.

Tiba-tiba Kak Alex memelukku erat. Aku menangis di pelukannya. Rasanya ini adalah saat yang tepat untuk mengungkapkan rasa marahku, kesalku , tidak terimaku , dan kesedihan dengan tangisan ini. Aku mulai nyaman berada dalam pelukannya.

"Ssh... Jangan nangis lagi Nat.. Kamu gak usah khawatirkan penyakitmu. Aku tetep akan ada disini menjagamu..." ucapnya untuk meredakan tangisanku.

Aku mulai bernafas teratur kembali dan tangisanku sudah reda. Kulihat Kak Alex melepaskan pelukannya lalu menatapku dengan tatapan kasih sayangnya. Tanpa sadar, aku sudah tertidur karena kelelahan.

Aku bangun dari tidur dan mendapati Kak Alex tertidur di sofa. Aku melihat ke segala ruangan. Sepertinya mama dan papa sudah pulang. Karena terdapat sekeranjang buah yang tadi dibeli mama di meja sebelah kasurku.

Aku mengambil sehelai kertas dan menulis sesuatu didalamnya. Selesai itu aku memasukannya ke dalam amplop dan kusimpan di bawah bantal. Surat ini aku tulis hanya untuk berjaga-jaga. Aku takut akan terjadi sesuatu. Oleh karena itu aku menuliskan surat ini.

ALEX'S POV

Aku terbangun dan mendapati Natasha yang sedang menggigit sebuah apel sambil menonton televisi.

"Sudah bangun kak?" tanya Natasha. Sepertinya dia sudah baikan walau wajahnya masih terlihat pucat . Aku tersenyum sambil mengangguk melihatnya. Lalu aku berjalan ke toilet untuk mencuci muka. Aku kembali ke kamar Natasha dan melihat mama dan papa Natasha sedang berbicara dengan dokter.

Aku berhenti untuk mendengarkan sedikit percakapan antara mereka. Dan aku mendengar ada kata 'operasi'. Sepertinya dokter sedang menyarankan Natasha untuk segera dioperasi karena penyakitnya yang parah. Setelah percakapan mereka selesai dan dokter itu pergi , aku pun berjalan masuk ke kamar.

NATASHA'S POV

Setelah aku berhasil ijin kepada dokter, mama dan papa untuk pergi makan malam bersama Kak Alex , aku sangat senang. Jujur aku sangat bosan berada di rumah sakit itu. Aku sudah sampai di sebuah restoran mewah. Kak Alex menggangdeng tanganku masuk kedalam restoran.

Tampak seorang pelayan mengajak kami ke tempat yang sudah dipesan Kak Alex. Tempat ini memang dikhususkan untuk 2 orang. Apalagi letaknya di dekat jendela. Sungguh romantis saat ada bunga-bunga yang menghiasi meja makanku.

Aku pun duduk di seberang kursi Kak Alex. Kami saling bertatap tatapan. Setelah kami memesan makanan dan minuman , aku dan Kak Alex berbincang-bincang sebentar. Tiba-tiba tangan Kak Alex meraih tanganku diatas meja. Aku fokus menatapnya.

Dia tersenyum ke arahku. Lalu berkata "ada yang ingin kubicarakan"
Aku menatapnya bingung. Lalu dia merogoh kantong celananya seperti hendak menggambil sesuatu. Aku masih bingung melihat Kak Alex. Kemudian dia memegang sebuah kotak berbentuk persegi panjang yang terhias pita putih.

Lalu dia menyodorkannya padaku. Aku tertegun lalu mengambil kotak itu dan membukanya. Aku sangat kaget saat melihat sebuah kalung yang berhiaskan liontin berbentuk hati. Kalung ini sangat indah. Dan kalung ini adalah kalung yang kuinginkan dulu.

Aku tidak menyangka Kak Alex akan membelikannya. Kak Alex berdiri dari kursinya dan berjalan kesampingku.

"Boleh aku pakaikan Nat?" tanyanya. Dengan cepat aku mengangguk. Lalu dia meraih kalung tersebut dan memakaikannya pada kalungku. Aku menatap kalung ini dengan senang.

"Terimakasih kak.... Aku suka banget sama kalungnya" ucapku tersenyum kearahnya.
Secara tiba-tiba juga darah mengalir dari hidungku. Lagi dan lagi. Kepalaku juga pusing. Inilah akibat dari aku yang memaksakan diri untuk pergi walau keadaan tubuh masih sakit dan belum pulih.

Pandanganku mulai kabur. Kak Alex menatapku khawatir. Dia memegangi kedua lenganku untuk memastikan aku baik-baik saja. Dan semuanya pun menjadi gelap. Dan aku tak sadarkan diri lagi dan bagiku ini yang keterakhir kalinya.

ALEX'S POV

Aku berada di luar ruang operasi menunggu Natasha sadarkan diri. Kata dokter Natasha sangat kelelahan tapi memaksakan dirinya. Dan beginilah akibatnya. Dia menjadi parah dan harus dioperasi. Aku , mama dan papa Natasha dengan setia menunggu.

Rasa khawatir dan takut mulai menggerogoti pikiranku. Saat ini hanya berdoa yang bisa kulakukan. Aku terus memikirkan Natasha.... Terus dan terus. Mama dan papa Natasha nampak khawatir dan menangis menunggu keadaan putrinya yang sedang dioperasi.

Selang beberapa jam , dokter keluar dengan wajah yang lelah dan penuh keringat. Dia membuka maskernya dan sarung tangannya. Mama dan papa berjalan ke arah dokter . aku pun mengikutinya.

"Dok bagaimana kondisi anak saya?" tanya mama Natasha disela sela tangisannya.

"Begini bu....saya harap bapak dan ibu bersabar...." ucap dokter itu menggantung.

"Dok , cepat katakan kondisi anak saya! Dia baik-baik saja kan dok?!" tangisan mama Natasha semakin pecah.

"Maaf bu... Kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk mempertahankannya. Tapi kondisi anak ibu sudah parah dan tidak bisa diselamatkan." kalimat itu terus bergema di telingaku. Semoga saja ini mimpi. Tapi mustahil sudah, Natasha sudah pergi dan tidak akan kembali.

*****

Hmm tidak terasa sudah hampir selesaiiii
☺☺☺☺☺☺☺☺☺☺☺
Semoga kalian betah dan suka dengan ceritaku ini.
Maaf banyak kesalahan ejaan dan tanda baca yaa
Butuh kritikan nih dan commentnya😁

5 Years LaterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang