CHAPTER 1

4.1K 329 115
                                    

Widia bukan penggemar sinetron, dan selamanya tidak akan menyukai drama layar kaca yang menurutnya tidak mendidik itu. Dari sekian banyak adegan konyol dalam sinetron, salah satu hal yang paling tidak masuk akal menurutnya adalah keadaan dimana si tokoh utama mengalami kecelakaan, dikatakan meninggal dan tau-tau muncul kembali dengan kondisi lupa ingatan. Amnesia.. Selama ini perempuan itu selalu beranggapan bahwa penyakit lupa ingatan hanya bahan jualannya sutradara untuk memperpanjang episode demi rating yang sedang menanjak. Penyakit yang tidak sungguhan ada.

Anehnya barusan ia mendengar seorang dokter muda berkacamata mengatakan anaknya menderita penyakit itu tepat di hadapannya. Sontak ia ingin tertawa terpingkal-pingkal namun suaranya tidak bisa keluar, bahkan untuk menarik nafas rasanya sulit sekali.

"Benturan di kepalanya keras sekali, otaknya mengalami trauma hebat sehingga ada memori yang terlupakan. Belum bisa dipastikan berapa lama memori yang hilang, mungkin setahun yang lalu, bisa dua atau tiga tahun. Bahkan bisa seumur hidup."

Sebagai ganti tawanya yang tak kunjung keluar, Widia merasakan bulir air mata merembes di pipinya. Ia menangis? Tidak seharusnya ia menangis. Tidak seharusnya ia mempercayai omongan dokter itu. Dokter itu masih muda, belum pengalaman, masih suka bergurau. Jika orang bertanya apa lelucon paling tidak lucu yang pernah ia dengar maka inilah jawabannya.

Widia tidak ingin percaya namun kesungguhan di mata dokter itu, juga cengkraman yang melingkari lengannya memaksanya percaya. Ia merasakan setetes air terjatuh di lengan kirinya yang dicengkram dan ia cukup tahu bahwa itu sama sekali bukan air matanya.

Widia menoleh ke samping kiri, tadi ia sempat lupa bahwa gadis itu berada disana, dan sampai sekarang masih ada disampingnya. Mendadak, ia merasa bisa menerima kenyataan meski tetap menyakitkan. Merasa tidak sendirian lagi, ia tahu bahwa apa yang dirasakan gadis itu sama sakitnya seperti yang ia rasakan. Ia lantas memeluk gadis itu dan menangis tersedu-sedu.

Sandra merasa rasa sedihnya tergenapkan ketika Widia memeluknya. Memaksanya percaya habis-habisan bahwa orang yang ia sayangi setengah mati kini sedang dalam keadaan koma dan divonis hilang ingatan. Tadi ia sempat khawatir Reno tidak bisa membuka matanya lagi, dan kini ia lebih khawatir bila Reno membuka matanya nanti kemudian tidak mengingatnya sama sekali, melupakannya, berhenti menyayanginya.

Ingatan Sandra tersedot secara acak dan tak terkendali. Kembali beberapa jam yang lalu ketika motor besar Reno menghantam beton pembatas jalan tidak jauh dari kampus Sandra. Ketika anak laki-laki itu tergeletak bersimbah darah dengan setelan putih abu-abu yang masih lengkap. Kembali ke masa tiga tahun silam ketika mereka pertama kali bertemu, dua tahun yang lalu ketika mereka resmi jadian, kelulusan Sandra, masa-masa pacaran yang penuh warna.

Sandra kembali terhempas ke masa kini. Merasakan kembali jarum-jarum kesedihan yang menusuk tulang dan sarafnya. Tidak hanya sedih, kini ia menggigil ketakutan. Dan kian lama tangisannya bertambah hebat.

Chapter selanjutnya kita akan flashback sebentar masa PDKT Reno-Sandra. Buat yang udah baca di acount sebelumnya tetap ditunggu vote and comentnnya ya...

Salam Hangat,

Shella Novanda

Remember Me |√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang