Tak akan bisa dijeskan dengan kata-kata.

146 16 8
                                    

EMPAT


Rhae mengobrak-abrik bajunya. Ia akan makan malam dengan Yunhyeong dan para model. dan ini adalah pembayaran utangnya pada Yunhyeong. Ia berpikir seharusnya ia tak menerima tawaran payung dan traktiran makan itu. Ia ingin istirahat. Tubuhnya terasa kaku dan lelah.

Tapi, baiklah dia tadi memang benar-benar membutuhkan segala tawaran Yunhyeong. Ia menelisik lipatan-lipatan dalam lemari. Ia mencari baju yang bisa ia kenakan. Yang terlihat santai namun tetap enak dipandang. Ia menemukan sebuah baju putihnya. Terlihat sedikit usang.

Dan kelihatannya itu juga baju yang sederhana tapi elegan. Rhae melipatnya dan menyimpan kembali pada tumpukan bajunya.

Ia kemudian meraih baju yang lain. Berwarna merah muda dengan pita di bagian lehernya. Terlihat manis.

Setengah jam lagi mungkin Yunhyeong akan mengetuk pintunya. Pertanda ia harus segera keluar. Rhae mengganti bajunya dan terlihat manis ketika semua sudah rapi. Ia menata rambutnya dengan tatanan kriting gantung. Make up nya tipis natural. Ia kemudian melihat pantulan dirinya dalam cermin. Sangat manis.

Ia meraih coat yang tersampir di kursi kaca riasnya kemudian berhenti sejena, menengok ke arah pojok ruangan. Dia tidak ada. Kosong. Apartemennya hari ini kosong.

Suara ketukan pintu membuyarkannya. Kakinya berlari kecil ke arah pintu.
Membukakan pintu yang terketuk.

Sungguh, ia memandang laki-laki sempurna di hadapannya. Rhae memandangnya kagum. Ia baru membuka pintu dan matanya sejurus menatapnya dan ulasan senyum dari bibirnya telah terpatri.

"Kita pergi sekarang?" Rhae berkedip. Ia menganggukan kepalanya kemudian keluar dari pintu.

Membalikkan badannya kembali untuk mengunci pintu apartemennya. Mereka berjalan beriringan menuruni anak tangga.

"Sekali lagi kita akan makan gratis." Ucap Yunhyeong di sela-sela langkahnya yang lebar.
"Menurutmu begitu? Aku bahkan tak yakin akan ikut bergabung denganmu. Apakah makanku akan enak? Apakah dudukku akan terasa nyaman dan apakah-?" Rhae menggantung ucapannya.
"Apa?"

Ia berhenti dari langkahnya. Kemudian memandang halaman di depannya kosong. Yunhyeong mengikuti arah pandang gadis ini tapi entah ia tak menemukan sesuatu yang aneh sampai gadis ini harus menghentikan kalimat dan langkahnya.
"Rhae?"

Rhae tak bergeming. Ia melangkahkan kakinya perlahan. Sangat pelan hingga ia sedikit membungkuk. Seperti hendak memungut sesuatu namun itu tak terjadi. Ia malah kebingungan seperti mencari seseorang yang hilang begitu saja.
"Rhaeee?" Yunhyeong menyusulnya dan menepuk pundaknya. Ia terlonjak kaget. Yunhyeong ikut kalut dalam kebingungan tapi lebih bingung.

"Bisakah kita pergi sekarang?" tanya Rhae. Yunhyeong belum ingin bertanya. Apa yang dilakukan gadis ini. Gadis ini terlihat sedikit terganggu dan sedikit takut.
Yunhyeong menggandengnya. Ia mungkin akan merasa lebih tenang ketika ada seseorang yang menggenggamnya.

Yunhyeong membawanya ke dalam mobil kemudian menyalakan mobilnya untuk segera melesat ke dalam hiruk pikuk kota.
Rhae hanya terdiam. Sama seperti saat kemarin, saat ia tiba-tiba saja membanting pintu apartemennya dengan keras dan berjalan menuju apartemen Lucy tanpa banyak bicara.
Yunhyeong belum berani mengatakan secuil kata. Biarkan gadis ini tenang dan dia yang akan memulai perbincangan malam ini.

"Maaf." Satu kata itu terluncur dari bibirnya. Ia merasakan salah ketika tiba-tiba saja mengalami sebuah hal yang tak masuk akal.
"Kenapa kau minta maaf?" tanya Yunhyeong.
"Kau merasa begitu aneh saat denganku. Kemarin, aku tau kau juga merasakan hal yang sama."

RAIN IN SEOUL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang