TIGA
Lucy tengah bergelut di dapur dengan suasana yang masih berantakan. Semalam mereka hanya sempat bersih-bersih meja dan membiarkan pekerjaan piring kotor dikerjakan esoknya. Sedangkan saat ini Rhae masih sibuk dengan selimutnya di depan tv. Matanya terkatup dengan khidmat semalam, tak ada sesuatu yang mengganggunya lagi. Kelihatan sekali wajahnya yang begitu tenang tanpa kantung mata yang setiap pagi menjadi pemandangan Lucy ketika ia mengantarkan sarapan untuknya.
Tapi ia harus bangun dan bersiap untuk pekerjaannya. Ia tak tega sebenarnya. Gadis ini sudah seperti seorang adik baginya. Lucy sudah berada di hadapan Rhae. Mengoyak tubuhnya pelan, membangunkannya dengan lirih.
Matanya mengerjap kemudian tangannya mulai mengucek mata. Mencoba menerima sinaran matahari yang masuk melalui celah gorden jendela yang langsung menghadap pada jalanan kota Seoul yang mulai padat merayap. Jam keberangkatan para pegawai. Tidak susah membangunkan gadis ini. Ia langsung bisa menarik dirinya dari tidur nyenyak yang hanya bisa dirasakannya beberapa minggu sekali.
"Bangunlah. Ini sudah jam 7." Lucy mengalihkan langkahnya menyingkap gorden yang menghalangi sinar matahari yang berusaha menerobos.
Rhae beranjak dari kasur. Ia tak perlu berlama - lama disana karena tidurnya terasa sangat cukup sedangkan beberapa deret pekerjaan tengah mengantri untuk dikerjakan. Mulai dari bergelut dengan para model yang akan tampil pada majalah minggu ini, ke salon dan menemui seseorang. Jangan pernah berfikir dia ke salon akan mempercantik dirinya, bukan. Ia hanya akan menyelesaikan beberapa masalah saja. Ada beberapa hal yang membebani dia. Dan rasanya harus segera diselesaikan baik-baik.
Rhae berniat membantu Lucy membersihkan rumah tapi rasanya tidak mungkin karena ia bangun ketika seluruh ruangan sudah bersih tak ada satupun yang perlu dibersihkan.
"Kelihatannya disini sudah tak ada lagi sisa untukku."
"Aku membiarkanmu tidur nyenyak sebelum kau pulang, dan bertemu beberapa penghuni apartemenmu itu."Dia tidak ingin pulang semalam. Karena ia tau ada seseorang yang akan menunggunya disana.
"Kau benar. Aku akan merapikan tempat tidurku dan pulang untuk menyapa mereka."
Rhae melipat kasur, selimut dan menumpuk bantalnya ia kembalikan pada tempatnya kemudian ia buru-buru merapikan sedikit penampilannya. Siapa tau ia bertemu Yunhyeong dan tidak mungkin penampilannya berantakan dan terpegoki dia baru saja bangun tidur.
"Lucy, aku pulang," teriaknya. Lucy sedang bergelut dengan masakannya. Gadis itu lebih suka memasak sendiri dan Rhae sangat hampir tak pernah terlihat bergelut dengan dapurnya. Makan saja ia tak teratur.
"Kalau ingin berangkat, mampir kesini lagi. Sarapan. Aku tak kuat melihat tubuhmu itu."
Rhae tak mengindahkan perkataan yang terakhir. Ia terlalu sering mendengar ucapan itu. Rasanya ia jengah dengan notasi yang terasa sama dalam telinganya itu.
Rhae bergegas berlari ke apartementnya. Ia tak tergesa karena hanya terpaut oleh tangga dan apartement Yunhyeong. Ia sudah dapat mencapai pintu apartemennya. Ia membuka perlahan.
Benar sekali, udara dingin nan mencekam menusuk permukaan kulit. Ia tak mengindahkan lagi hal ini. Namun yang membuatnya sedikit takut ketika ada salah satu yang bersifat tak biasa, terkadang mengikuti kemanapun Rhae pergi dan hanya mendiam. Pertanyaan Rhae yang tak berguna itu semakin terasa begitu tak berguna.
Ia terlihat kembali. Sudut ruangan tengah duduk bertekuk lutut. Rhae mengenduskan nafas sedikit kesal dan lelah dengan pemandangan yang tak ada seni nya ini. Pemandangan yang sulit ia mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN SEOUL✔
Fanfic"Aku kembali karena rindu padamu!" 🍃 © 14-01-2017 (Song Yunhyeong-Han Yoo Rhae in your area) Dia, dia gadis biasa, tinggal di sebuah apartemen jantung kota Seoul, South Korea. Sesederhana mungkin ia menjalani hidupnya. Bahkan sempat tak peduli aka...