LIMA BELAS
Rhae mengendap kemudian duduk di hadapannya. Belum sempat Rhae bertanya padanya gadis kecil itu memeluk Rhae. Rhae merasakan dingin menempel pada kulit lehernya.
Rhae menahan nafasnya. Ia terus mencoba melepas pelukan gadis kecil ini yang semakin erat. Tangannya yang kecil semakin mendekap Rhae. Mendekapnya hingga Rhae merasakan dirinya susah bernafas.
"Nae Appaga eodiseoyo?" ujarnya yang tak ingin melepas dekapannya pada tubuh Rhae. Dan Rhae yang semakin merasakan nafasnya semakin menipis.
BRRAKK!
Semuanya hilang hanya suara bantingan pintu yang tertutup. Rhae mengatur nafasnya yang sedikit sesak. Ia kemudian berdiri menuju arah pintu. Berlari sekencang mungkin menuju pintu keluar.
Jemarinya meraih pintu, mendorongnya namun tak dapat ia buka. Ia tak bisa membuka pintu.
"Han Yoo Rhae?" Rhae menoleh ke sumber suara. Seorang wanita berjubah dengan masker menutupi separuh wajahnya. Berada di dekatnya. Ia semakin mendekat pada Rhae.
"Kupikir aku akan bersusah payah membawamu kemari namun ternyata kau sudah berada disini.""Si.... siapa kau?" Rhae memundurkan kakinya satu langkah ketika wanita itu melangkahkan kakinya satu langkah.
"Kau tak perlu tau siapa aku. Yang perlu kau ketahui adalah kau seharusnya terus mengingat apa yang terjadi 3 tahun lalu nona Han." Rhae mengernyit. Sungguh ia tak tau apa yang terjadi 3 tahun lalu. Apa yang terjadi pada dirinya. Dan apakah ini semua penting baginya. Rhae hanya perlu tahu apa yang penting untuknya tiga tahun lalu.
"Apakah penting bagiku mengingatnya?"
Wanita itu tiba-tiba menyerang Rhae dan mendorongnya hingga tangannya tepat mengenai benda keras di belakangnya seperti sebuah lemari atau kursi, Rhae tak dapat memastikannya, yang dapat ia pastikan hanyalah tangannya terasa perih.
"Kau takkan ditemukan oleh siapapun disini, dan jangan libatkan Yunhyeong dalam hidupmu juga Han Yoo Rhae, dia tak berhak mendapatkan apa yang didapatkan seorang laki-laki 3 tahun lalu," ujarnya dengan nada geram. Ia pun membalikkan tubuhnya dan keluar lalu menutup pintunya.
Rhae memegangi tangannya kemudian beranjak dari tempatnya mencoba menuju ke arah pintu dan mendorongnya.
Dan ternyata pintu tak dapat dibuka. Rhae berusaha mencobanya berkali-kali namun tetap saja tidak bisa. Ia kemudian mengalihkan tangannya untuk mengambil ponsel namun sakunya kosong, ia kehilangan ponselnya.
Rhae mendengus kesal.
Ia berada dalam situasi yang tak ia duga sebelumnya, berada di sebuah rumah sepi yang jauh dari penginapan dan bertemu anak kecil dan terakhir wanita yang entah siapa itu.
Rhae mencoba menggedor-gedor pintu, mungkin saja ada seseorang diluar sana yang sedang melewati tempatnya.
Ia mencoba terus meminta tolong namun nyatanya tak ada suara gemerisik apapun dan mustahil seseorang akan mendengar suaranya disini karena terlihat sekali jika tempat ini tak terawat dengan baik dan tak pernah ada yang mengunjungi.
Rhae menyerah, lututnya terasa tak bertulang lagi hingga ia terduduk lemas di dekat pintu.
Ia tak bisa melihat apapun di dalam ruangan karena gelapnya. Hanya ada sorotan kecil dari luar tapi tak bisa memeranginya untuk mencari jalan.
Rhae tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia hanya menikmati gelapnya suasana dan rasa perih pada tangannya.
Ia masih mengingat rasanya dipeluk gadis kecil itu, sungguh dingin. Hingga ia merasa kembali meremang, suasana menjadi kembali lagi. Sungguh ia tak inginkan ini terjadi. Apa lagi yang akan menghampirinya? Nenek tua berambut pirang atau apa?

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN SEOUL✔
Hayran Kurgu"Aku kembali karena rindu padamu!" 🍃 © 14-01-2017 (Song Yunhyeong-Han Yoo Rhae in your area) Dia, dia gadis biasa, tinggal di sebuah apartemen jantung kota Seoul, South Korea. Sesederhana mungkin ia menjalani hidupnya. Bahkan sempat tak peduli aka...