R-rhae?

101 13 3
                                    

DELAPAN

Rhae terbangun. Ia melihat ke arah jendela. Langit masih terlihat pekat namun sudah menunjukkan jika hari semakin pagi. Ia merasakan hal yang aneh. Ia merasa ada seseorang yang datang lagi dan ia tak tau. Nafasnya menderu tak teratur. Ia kemudian menegakkan tubuhnya lalu turun dari ranjang. Hanya satu tempat yang ingin ia lihat. Pojok ruangan dekat kamarnya. Beberapa hari ini ia merasa tenang, ia tak mendengar apapun tak melihat apapun dan ia merasakan kedamaian yang sesungguhnya atau mungkin memang sudah terbiasa.

Rhae berjalan pelan sekali. Ia merasa tidak nyaman. Perlahan ia mendekati tempat yang ia tuju.

Bola matanya membulat ia menangkap laki-laki itu lagi. Kali ini ia sedang duduk dan terlihat mengamati sesuatu yang ada di tangannya. Ia tidak terlihat menyeramkan. Ia terlihat biasa, seperti manusia biasa.
"Hei? Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?"
Ia mengangkat kepalanya. Rhae bisa melihat jelas kilatan matanya.

Ia lalu berdiri. Rhae tertusuk rasa takut ketika ia mulai menegakkan tubuhnya dan terlihat mengucapkan sesuatu kemudian tersenyum dan akhirnya menghilang. Rhae semakin tak mengerti dengan apa yang terjadi. Dan laki-laki itu mengatakan sesuatu. Ya, dia mengatakan sesuatu. Bibirnya bergerak kemudian melengkung tersenyum dan hilang.

"R-rhae?" ejanya. Ia mengeja kata yang terluncur dari laki-laki itu.
"Rhae." Ia mengucapnya sekali lagi. Rhae merasakan bulunya meremang kemudian ia membalikkan tubuhnya untuk kembali ke dalam selimutnya dan tidur hingga matahari benar-benar telah muncul.

***

Matahari telah keluar. Menyilaukan cahaya ke arah Rhae yang sudah nampak melipat jaket dan di atasnya sudah ada topi. Yang kemarin lusa digunakannya untuk olahraga bersama Yunhyeong dan hari ini ia berniat mengembalikannya.

Ia kemudian merapikan rambutnya, bajunya dan meraih jaket serta topi itu. Kemudian kaki jenjangnya berjalan keluar apartemen. Ia melangkah ke apartemen Yunhyeong dan memencet bel. Ia yakin jika ia sudah bangun karena ini sudah sedikit siang. Matahari sudah mulai meninggi.

Beberapa saat kemudian pintu terbuka tapi bukan Yunhyeong yang membukanya namun Chang Woo dengan apel di tangannya. Ia sumringah melihat Rhae di hadapannya.
"Hai! Selamat pagi sayang."

Begitulah laki-laki. Memberi panggilan dengan seenaknya. Rhae hanya mampu memakluminya saja untuk sekarang.

"Pagi. Aku ingin-"
"Masuklah dulu. Dan katakan apa urusanmu di dalam," potongnya. Ia membimbing Rhae dengan sedikit paksaan untuk masuk ke dalam. Rhae menangkap Yunhyeong masih berbalut handuk. Dan Rhae tercengang. Ia kemudian memutar balikkan badannya.

"Hei Yunhyeong cepat pakai bajumu atau aku yang akan menemani tamu mu ini."

Rhae merasa geli dengan ungkapan 'tamu' yang disandangkan oleh Chang Woo itu. Ia merasa ada yang aneh dengan kata-kata itu. Yunhyeong tak berpikir panjang ia kemudian langsung menuju kamarnya.

"Tidak apa sayang. Duduklah. Kau mau minum apa?"
"Tidak usah. Aku hanya ingin-" Rhae berhenti ketika Chang Woo mendekatkan wajahnya. Rhae bahkan bisa menangkap tatapan matanya.

"Oh, tidak. Jika kau bertamu dan yang menerima adalah aku kau harus menghargaiku. Oke?" ucapnya lirih.

"Baiklah. Terserah kau saja."

Jujur saja. Rhae tak terbiasa dengan laki-laki seperti ini. Ia terkesan cuek memang tapi ia juga memiliki rasa takut pada laki-laki apalagi seperti Chang Woo yang tak memberikan kesempatan untuknya mengatakan urusannya dan kembali pulang. Dan malah menyuruhnya berlama-lama disana.

Ia kemudian duduk di sofa sementara Chang Woo sudah berlalu ke dapur. Rhae sudah terduduk sempurna sedetik kemudian suara pintu ruangan berderit dan Rhae menoleh. Ia melihat Yunhyeong keluar dari kamarnya dengan rambut yang masih basah. Kaos hitam yang melekat pada tubuh atasnya dan celana jeans yang membalut kakinya.

RAIN IN SEOUL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang