TUJUH
Hari telah pagi. Mentari menelisik ke setiap sudut rumah. Ia mulai meninggi menampakkan dirinya. Pagi yang cerah dengan harapan akan secerah ini sampai sore nanti.
Song Yunhyeong keluar dari apartemennya. Menghirup udara dalam-dalam, udara yang masih jauh dengan polusi. Udara yang baru saja dihasilkan oleh dedaunan dan angin yang segar. Ia merenggangkan ototnya. Sekarang ia sudah memakai jaket parasut biru dengan celana olahraga, sepatu olahraga dan topi. Ia akan memulai harinya.
Ia harus menjaga kesehatannya dan menjaga tubuhnya. Semalam ia merasa membengkak dan rasanya hanya ingin tidur tanpa melakukan apapun karena ulahnya bersama Rhae yang benar-benar pemakan banyak.Ia kemudian berjalan lurus menuju sebuah apartemen lain. Ya, tempat Rhae. Ia mengetuknya. Tapi tak ada sahutan.
Ia mengetuknya hingga berkali-kali hingga suara pintu mulai berderit.
"Selamat pagi Rhae!"Gadis itu tersentak. Matanya membulat sempurna. Ia masih terlihat berat membuka matanya. Dan Yunhyeong sudah ada di depan matanya. Rhae memandangnya dari ujung kepala hingga ujung kaki
"Ganti bajumu. Kau harus olahraga Rhae-ya," ucapnya.
"Tidak. Aku ingin tidur."
Rhae memundurkan tubuhnya berniat menutup pintu namun tidak bisa karena Yunhyeong menariknya keluar dan ia menghalangi pintu.
"Olahraga saja sendiri. Aku akan olahraga nanti." Yunhyeong tak mengindahkan ucapan itu.
"Alasan bodoh."Yunhyeong melepas jaketnya dan menyisakan kaos hitam yang melekat pas pada tubuhnya. Kemudian ia juga melepas topi nya.
"Pakai jaketku, topi dan kita berangkat."
Rhae terdiam ketika topi sudah terpakai di kepalanya dan jaket sudah ada di tangannya. Ia mesti mencari alasan lain."Aku harus memakai sepatu kan?.Jadi kau harus minggir dan aku akan kembali ke dalam memakai sepatu."
"Aku ikut," ujarnya. Rhae menyerah. Masih pagi dan ia tak ada tenaga untuk menyangkal apapun. Ia membuang nafasnya kasar, Yunhyeong sudah lebih dahulu berada dalam apartemennya sedangkan ia mengambil sepatunya dan mulai memakainya."Apartemenmu rapi."
"Aku masih sempat menata semuanya," ujar Rhae sembari masih fokus pada sepatunya."Masih sempat atau memang tak pernah kau sentuh sejak pertama kali kau tata?" tanyanya.
Gadis itu menggerutu kesal. Apa sekarang membuatnya kesal menjadi suatu kesenangan pada dirinya? Ia berani mengutuk laki-laki ini berkali - kali bahkan di hadapan fansnya.***
Rhae melebarkan matanya yang benar-benar masih terasa berat. Seharusnya hari ini ia masih bergulung dalam selimutnya. Seharusnya matahari menusuk matanya tiga jam lagi. Tapi apa ini?. Baru beberapa hari ini ia tidur dengan tenang dan begitu nyenyak tapi takkan ada yang membiarkan ia dalam ketenangan yang damai itu, tidur.
"Kita berangkat?" Yunhyeong menoleh ke arahnya kemudian mengangguk. Ia berjalan mendahului Rhae yang harus menutup pintunya dulu. Kini mereka berjalan beriringan sampai halaman. Mereka mulai berlari ketika menapak jalanan.
Mereka jogging sepanjang jalan menuju taman. Rhae tertinggal agak jauh di belakang. Sementara Yunhyeong sudah di depannya. Rhae masih sulit melawan rasa kantuknya dan ia ingin sekali berbalik lagi dan tidur.
Dan ia tidak terbiasa olahraga semacam itu, meskipun itu lari, dia hanya akan olahraga jika tubuhnya terasa ingin olahraga tapi kali ini tidak ia tidak ingin olahraga.Rhae masih berada jauh. Agak jauh dibelakang Yunhyeong. Dia merasakan lelah pada kakinya. Sungguh merasakan lelah padahal ia tidak sedang marathon tapi karena ia tak terbiasa akan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/66819179-288-k20006.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN IN SEOUL✔
Fanfiction"Aku kembali karena rindu padamu!" 🍃 © 14-01-2017 (Song Yunhyeong-Han Yoo Rhae in your area) Dia, dia gadis biasa, tinggal di sebuah apartemen jantung kota Seoul, South Korea. Sesederhana mungkin ia menjalani hidupnya. Bahkan sempat tak peduli aka...