Diam

83 12 0
                                    

ENAM BELAS

Embun yang ramai diatas daun mengimbangi orang-orang yang sibuk dengan barang bawaannya masing-masing.   Rhae pun membawa kembali tas ranselnya yang penuh dengan pakaian dan beberapa alat make up.
Ia akan pulang bersama dengan para kru menaiki bus yang khusus tersedia untuk mereka.

Rhae menenteng tasnya menuju ke dalam bus dan memilih bangku yang tepat berada di tengah, menaikkan tasnya di bagasi atas kemudian duduk di dekat jendela.

Nampak para kru sudah mulai menduduki bangku masing-masing yang ternyata mereka memang sudah duduk berpasangan sejak berangkat kemari dan Rhae hanya duduk sendiri sementara bangku mulai penuh dengan orang-orang.

Rhae mengutak-atik ponselnya, kepalanya bersandar pada jendela. Ia membuka riwayat chat Line kemudian menemukan history chatnya dengan Yunhyeong. Jemarinya menekan-nekan beberapa tombol opsi lalu berhenti begitu saja pada opsi 'delete'. Ia urung untuk melakukannya kemudian menekan tombol kunci dan menjatuhkan ponselnya ke atas pangkuan.

"Permisi, aku akan duduk disini," ujar seorang laki-laki yang telah memakai topi hitam sementara maskernya masih menggantung belum menutup mulutnya jadi cara bicaranya masih terdengar jelas.

Rhae tegang seketika, ia menegapkan posisinya sementara laki-laki itu sudah duduk di sebelahnya.
"Si... silahkan." Rhae langsung menghadapkan wajahnya ke luar. Tanpa memperdulikan laki-laki di sebelahnya. Ia berusaha benar-benar acuh.

"Yak! Song Yunhyeong jika kau ingin dengan Soo In kau bisa berganti posisi denganku." Seorang kru yang duduk di depan bersama Soo In berteriak.
"Anni. Gwaenchanayo," balasnya sembari tersenyum.

Beberapa detik kemudian bus mulai berjalan. Dalam sunyi mereka duduk bersama dalam satu bangku. Apakah masih mungkin bagi mereka untuk menyapa satu sama lain?

Setelah apa yang diutarakan Rhae malam kemarin?

Rhae menarik napas dalam-dalam. Ia kembali teringat ketika berangkat kemari dengan kejengkelan pada laki-laki di sebelahnya ini,
tiba-tiba berada satu bus dengannya.

Dan nyatanya dia yang selama perjalanan membuat Rhae nyaman.
Banyak di dunia yang telah ia lewati tapi ia lupa apakah pernah melewati satu hal ini, rindu.

Sungguh tanpa sadar Rhae merasa rindu pada hari yang ia lewati kemarin.

Ia merasakan sesuatu yang begitu berbeda, sangat-sangat berbeda. Hatinya meradang dengan tiba-tiba. Namun egonya enggan untuk sekedar menyapa, untuk sekedar bertutur apakah ia merasa lelah atau penat?

Hampir setengah perjalanan diamnya mereka menemani setiap jalan yang terlewati. Mungkin hati mereka tengah bercakap namun mulut mereka terbekap satu sama lain.

Rhae memberanikan menoleh ke arah kanan dan menemukan Yunhyeong tengah bersandar pada kursi.

Rhae memandangnya, mata yang persis sama dengan foto yang dikiramkannya waktu itu, ketika ia memintanya untuk mencarikan foto Yook Sungjae.

Rhae mendengus pelan kemudian mengembalikkan pandangannya ke luar kembali.

Ia sudahi sampai disini saja. Yunhyeong tak berhak untuk menerima segala konsekuensi yang bisa saja disebabkan olehnya.

***

Yunhyeong sempat menoleh ke arah gadis yang kini masih tertidur pulas, jemarinya bergerak hendak membangunkannya namun ketika bus berhenti gadis itu bangun terlebih dahulu dan membuatnya urung membuatnya bangun.

Rhae menyadarkan dirinya, membuka penuh kedua bola matanya.
Ia kemudian mengedarkan pandangannya dan ternyata sampailah mereka di Seoul.
Rhae memberi aba-aba untuk turun disana saja karena memang apartemennya tak jauh dari tempat saat ini.

RAIN IN SEOUL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang