Hampir Terungkap

86 14 2
                                    

SEMBILAN BELAS

Yunhyeong melangkahkan kakinya menuju sebuah gedung apartemen. Ia langsung menuju kamar yang berada di ujung, menekan bel berkali-kali. Satu kali ia memencet tak ada yang menyahut sama sekali.

Kemudian ia memencetnya sekali lagi. Taka ada yang menyahut. Hingga akhirnya ia terus memencet belnya. Baru kemudian seseorang membuka pintu dan sontak saja ketika wajahnya jelas di hadapan Yunhyeong, tangannya yang sedari tadi terkepal melayang tepat pada wajahnya.

"Apa yang kau lakukan? Membuat Rhae dalam masalah?" Yunhyeong mendekatinya yang telah tersungkur. Ia memegangi hidungnya yang mungkin sudah memerah akibat pukulan yang lumayan keras itu. Sudut bibirnya terangkat.

"Sama sekali tidak."

Yunhyeong menurunkan tubuhnya kemudian mengambil kerah baju dan diangkatnya.

"Sungjae-ssi. Apa kau sedang mengajakku bercanda?" ujarnya geram.

Yunhyeong menahan emosinya , terdengar suara gertakan giginya yang bertabrakan.

"Tidak. Aku tidak bercanda."
"Sama sekali tak terlintas di pikiranku untuk melakukan hal murahan seperti ini," katanya tajam. Matanya menusuk.

"Lalu?"

"Itu bukan mauku." Suaranya melirih namun Yunhyeong tak percaya dengan apa yang ia katakan.

Kerahnya terangkat lagi dan Yunhyeong bersiap memukulnya sekali lagi namun Sungjae berusaha menahan tangannya.

"Apa kau pikir aku akan menggunakan cara murahan semacam itu untuk reputasi?!" teriaknya yang mampu merenggangkan cengkeraman tangan Yunhyeong.

"Dengar aku! Ada seseorang yang ingin Rhae tak bersamamu!"

"Apa?"

Sungjae menepis tangan Yunhyeong yang masih berada pada kerahnya dan mencoba untuk duduk sembari memegangi hidungnya dan menggerutu kesal.
"Kau ingin tahu apa yang terjadi dibalik semua foto yang ada?"

Yunhyeong menatapnya. Sungjae hanya mendengus kasar karena semua terjadi bukan atas maunya.

"Ada seseorang yang telah mengambil fotoku dan Rhae ketika berada dalam mobil. Dia mengancamku dengan foto itu. Jika aku tak menyebarkan rumor semacam itu dia akan menyebarnya sendiri dan menyebar foto Rhae. Lalu apa kau pikir aku akan membiarkannya?" jelasnya. Yunhyeong mendengar, ia masih mendengar.

"Jung Soo In?" kata Yunhyeong. Sungjae mengernyitkan keningnya.
"Bagaimana kau tahu?"

"Sudah kuduga."

"Jadi kau menurutinya?"

"Aku tak punya pilihan lain."

Yunhyeong merogoh sakunya. Mengeluarkan ponsel.

"Kau ingin menelepon siapa? Telepon Rhae terlebih dahulu."

Sungjae mengangkat tubuhnya sendiri dan menghempaskannya pada sofa.

"Yeoboseyo? Rhae-ya?"

Tidak ada jawaban.

Hanya beberapa suara yang tak terlalu jelas namun bukan hanya Rhae.

"Ada apa?"
"Aku harus pergi." Yunhyeong berlari keluar. Meraih daun pintu kemudian menutupnya keras.

Berlari menuju lift. Menekan tombol lift berkali-kali. Hingga lift terbuka dan dia menekan lantai dasar untuk segera menuju parkiran dan pergi.

Yunhyeong mengemudi dengan kecepatan tinggi. Malam itu jalanan lumayan lengang karena mungkin sebagian penduduk kota sudah berada dalam rumah masing-masing dan sudah lewat satu jam waktu pulang para pekerja.

RAIN IN SEOUL✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang