Chapter 11

2.1K 98 2
                                    


       Sejak kejadian kemarin, Felly kembali normal. Ia tak lagi patah hati maupun sakit hati dengan Gio. Itu lah sifat wanita ini, gampang menyukai namun juga gampang melupakan. Walaupum dilubuk hati Felly masih tersimpan nama Gio, tetapi ia tahu diri bila ia dengan Gio bukan siapa-siapa. Felly seperti ini berkat bimbingan dari sahabat karibnya, Eagret. Eagret lah yang menasehatinya, yag membimbingnya kearah lebih  baik. Tidak boleh terpuruk akan keadaan, namun bangkit dari keterpurukan itu.

        Suara ajakkan yang menyuruh kita untuk bangkit dan segera menjalankannya. Suara yang begitu indah di dengar di telinga manusia yang mendengarkannya. Sungguh sempurna Tuhan menciptakan suara itu. Suara seruan adzan shubuh begitu menyeruak di telinga Eagret. Ia terusik dari tidurnya dan memutuskan melihat jam yang tertera diatas nakas kamarnya.

Pukul 05.00.

Itulah yang tertera di jam miliknya itu. Eagret segera bangun dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan segera menunaikan ibadah sholatnya sebagai seorang muslim.

          Setelah menunaikan ibadahnya, Eagret melanjutkan ritual paginya. Setelah selesai sekitar 15 menitan, ia pun mengambil bajunya didalam lemari dan memilih baju kaos panjang berwarna putih polos dengan kemeja kotak-kotak berwarna merah hitam serta jeans berwarna hitam dan tak lupa hijab yang senada dengan jeansnya. Eagret kemudian melihat dirinya di pantulan cermin yang terlihat perfect pagi ini. Setelah puas melihat dirinya, Eagret segera pergi ke bawah menemui orang tuanya. Sebelum itu, tak lupa ia mengambil ransel miliknya yang sudah tersedia diatas tempat tidur.

"Assalamu'alaikum mama, papa dan selamat pagi!"
Seru Eagret dengan riang.
"Wa'alaikum salam dan selamat pagi kembali"
Balas Papa Vernandez dengan Mama Riana.
"Seneng banget kayaknya anak papa pagi ini" ujar Papa Vernandez.
"Emm, gak tahu pa"
Eagret mengangkat kedua bahunya sambil memakan roti yang sudah ada diatas meja makan.
"Gret masuk pagi?" Tanya mamanya.
"Iya ma, ya udah deh Gret mau ke kampus dulu ya!"
Eagret meletakkan segelas susu yang sudah habis ia minum, lalu berdiri untuk menyalami kedua orang tuanya.
"Iya hati-hati di jalan ya!" Ujar papa Eagret.
"Iya pa. Papa, mama Gret jalan dulu. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam"
Setelah menyalami tangan orang tuanya, Eagret pun pergi ke kampusnya dengan mobil kesayangannya.

***********

        Eagret telah tiba di kampusnya setelah melewati macetnya kota Jakarta. Eagret keluar dari mobilnya dan bersiap untuk memulai paginya yang cerah ini. Ketika Eagret hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba suara bariton milik seseorang berdehem dengan sedikit keras. Lantas Eagret melihat siapa yang berdehem itu. Dan ternyata.....

"Veno.." guman Eagret.
"Hem.."

Veno berdiri bersebrangan dengan Eagret. Veno memasukkan kedua tangannya di saku celananya dan bersender di dekat motor ninja yang gagah segagah pemiliknya. Veno mulai berjalan ke arah Eagret yang masih terpaku ditempatnya. Tetapi, Eagret bukanlah seperti wanita-wanita di luar sana yang terpukau dan melihat Veno bagaikan daging segar, tetapi Eagret malah melihatnya dengan muka datar bagaikan jalan aspal yang datarnya minta ampun.

"Ekhem.. mau bareng?"
Tanya Veno yang sudah berada tepat di depan Eagret.
"Bareng?"
Tanya Eagret memastikan.

Veno hanya mengangguk. Eagret seakan berpikir sejenak.

"Seterah lo"
Ucap Eagret yang kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Veno.
"Hei! Katanya mau bareng!"
Teriak Veno.
"Gue gak ada jawab mau bareng sama lo!"
Seru Eagret dari kejauhan dengan tetap berjalan.

Veno mendengus kesal. Ia kemudian perlahan melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

***********

        Seorang laki-laki ini mengacak rambutnya frustasi. Ia duduk di taman kampus sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya itu. Ia sedang merenungkan kejadian tadi yang sukses membuat hatinya serasa ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum yang begitu tajam. Kembali ia mengacak-acak rambutnya dengan geram.

"Aaaaaarrgghh!"
Gio berteriak keras.

Gio, ya seorang laki-laki itu bernama Gio. Yang berteriak keras sehingga mampu membuat orang-orang yang berada di sekitar taman itu menoleh ke arahnya. Semua mahasiswa/i berbisik mengenani Gio. Mereka berpendapat bahwa Gio sudah seperti orang gila.

        Veno yang kebetulan berada di taman itu mendengar suara teriakan Gio. Langsung saja ia menutup buku yang ia baca tadi, lalu beranjak pergi menuju tempat Gio. Dari kejauhan Veno melihat Gio yang sudah seperti orang stres. Veno melanjutkan langkahnya.

"Apa yang buat lo kayak ini?"
Tanya Veno sambil melipat kedua tangannya di dada.

Gio menoleh ke arah sumber suara.

"Sejak kapan lo di situ?"
Gio balik bertanya.
"Sejak gue lihat lo yang udah kayak orang stres"
Jawab Veno yang kemudian duduk di samping Gio.
"Jawab pertanyaan gue" ujar Veno.
"Pertanyaan apa?" Tanya Gio polos.

Veno menghembuskan nafasnya secara halus. Dengan posisi yang sama, yaitu masih melipat kedua tangannya di dada. Ia memandang lurus ke depan dengan muka datarnya.

"Apa yang buat lo kayak ini?" Ucap Veno.
"Felly"
Jawab Gio singkat dengan nada sedih.
"Ada apa sama dia?"
Tanya Veno.

Gio hanya diam. Saat ini, Gio tidak ingin membahasnya secara dalam.

"Ngapa lo diam, Gio?"
Tanya Veno yang heran dengan Gio karena tidak menjawab pertanyaannya.
"Gue lagi gak mau bahas itu"
Jawab Gio.
"Emm, oke. Gue ngerti" kata Veno.
"Kalau lo udah mau bahas soal itu, gue selalu ada buat lo"
Ujar Veno sambil menepuk pundak Gio.
"Oke... makasih Ven. Walaupun lo cowoknya dingin, cuek, jutek, and pelit ngeluarin suara, lo selalu ngertiin gue"
Kata Gio yang juga memukul pundak Veno.
"Hmm, ya sama-sama"
Ucap Veno cuek.

***********

Ada masalah apa Gio dengan Felly. Tunggu kelanjutannya ya!

Jangan lupa vote and coment nya ya!

      

Cold CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang