Chapter 21

1.5K 70 0
                                    


       Dua orang paruh baya itu berjalan sambil bergandengan tangan menuju ruang tamu. Sesampainya di ruang tamu, dua orang paruh baya itu yang tak lain dan tak bukan adalah Tante Riana dan suaminya Om Vernandez menyambut ramah keluarga Varian yang sedang bertamu ke rumah mereka. Keluarga Veno pun di sambut ramah oleh keluarga Eagret. Di dalam fikiran Veno, ia tampak lega karena Papa dan Mama Eagret menerimanya dengan baik.

       Mereka mulai berbincang-bincang dari berkenalan, mengakrabkan diri, hingga apa tujuan keluarga Varian datang ke rumah keluarga Vernandez. Om Varian pun menjelaskan tujuan dirinya dan keluarga datang ke rumah keluarga Eagret. Melihat penjelasan itu, Om Vernandez dan Tante Riana menerimanya dengan sangat baik. Mereka tampak senang sekali akan kehadiran keluarga Varian yang seakan membawa keberuntungan bagi mereka. Setelah, berbincang-bincang, Om Vernandez sebagai wakil dari Eagret tak sungkan-sungkan menerimanya. Ia sangat menerima Veno dengan baik. Dan Veno pun bernafas lega akan hal ini. Ia sangat senang bisa di terima oleh ke dua orang tua Eagret. Namun, ia juga sangat senang karena telah di sambut baik oleh keduanya.

      Perbincangan antara kedua keluarga itu pun sama sekali tidak diketahui oleh Eagret. Bagaimana bisa ia bisa tahu, kalau ia saja tak ada di rumah? Tanpa sepengetahuan Eagret itu lah yang menjadi peluang besar bagi Veno. Mengapa demikian? Veno akan membuat acaranya dengan sangat unik dengan caranya sendiri. Ia telah mempersiapkannya dengan matang. Dan itu semua telah dibicarakannya kepada kedua orang tuanya. Papa dan Mama Veno pun setuju akan rencana yang akan di ajukan oleh anaknya. Mereka pun menyampaikan rencana itu kepada kedua orang tua Eagret. Dan hasilnya pun tidak mengecewakan, orang tua Eagret menyetujui juga rencana yang dibuat Veno untuk acaranya itu. Lagi-lagi Veno bernafas lega dan senang tentunya. Ternyata, orang tua Eagret tidak seburuk yang ia bayangkan. Malah itu kebalikan dari apa yang Veno bayangkan selama ini.

       Setelah semua perbincangan telah selesai, Tante Riana menyuruh Keluarga Veno untuk makan siang bersama. Keluarga Veno pun tidak menolaknya. Hingga, akhirnya mereka makan siang bersama-sama. Veno yang dari pertama kali melihat keakraban empat orang paruh baya itu merasa tidak menyangka mereka akan seakrab itu seperti para besan yang telah menjadi besan. Padalah, mereka baru bertemu beberapa jam lalu. Dan orang tua Veno pun tidak tahu seperti apa wanita pilihannya itu, itu lah fikir Veno. Tapi, lagi-lagi Veno tersenyum bahagia di balik makan siangnya. Puas melihat canda tawa empat paruh baya itu, Veno kembali melanjutkan makan siangnya dengan hati berbunga-bunga.

"Semoga lo membalas apa yang telah gue lakukan untuk lo, cewek kutub"
Batin Veno yang seketika membuat Veno tersenyum-senyum sendiri.

       Acara makan siang telah usai. Semua orang yang berada di ruang makan pun meninggalkan ruangan itu dan berpindah tempat menuju tempat mereka semula. Mereka kembali berbincang-bincang. Om Varian dan Vernandez yang sedang mengobrol tentang bisnis. Tante Riana dan Tante Ana yang mengobrol tentang sifat dan sikap anak mereka masing-masing. Kedua wanita ini mengobrol tentang itu alasannya karena biar lebih mengetahui calon-calon mereka masing-masing. Sedangkan Veno, ia hanya diam dan sesekali berbicara dan tersenyum saat menanggapi pertanyaan ataupun pernyataan dari keempat orang peruh baya tersebut.

      Veno melirik jam yang melekat di pergelangan tangannya. Jam-nya menunjukan pukul 13.30. Ia baru tersadar bahwa pukul 2 nanti ia akan masuk kelas kuliah. Veno pun meminta agar mereka segera pulang. Om Varian pun menyetujuinya. Dan mereka berpamitan untuk pulang. Mobil keluarga Veno telah melesit pergi meninggalkan rumah keluarga Eagret.

*********

"HA?!"
Suara teriakan gadis ini memenuhi setiap sudut ruang keluarga yang sedang mereka tempati.
"Pa, Ma. Ini apa-apaan sih? Jangan bercanda deh. Gret gak suka"
Eagret kembali duduk di sofa dengan perasaan kesal.

Bagaimana Eagret tidak kesal. Baru saja beberapa menit yang lalu, Papa dan Mamanya berkata bahwa ia akan dijodohkan oleh teman dari kedua orang tuanya itu.

"Ini serius, Gret. Untuk apa coba Papa sama Mama bercanda akan hal kayak ini"
Seru Papa Eagret dengan wajah serius.
"Alasannya apa?"
Tanya Eagret ketus yang tidak dapat lagi menahan emosinya.

Ia sebenarnya tidak ingin menjadi anak durhaka. Tetapi apa daya, emosi lebih besar menguasai dirinya itu.

"Alasannya karena Papa sama Mama itu ingin membahagiakan kamu, sayang. Selama umur kamu yang ke-18 ini, kamu belum pernah mengenali laki-laki sama Papa dan Mama, setidaknya sebagai teman"
Ujar Mama Eagret.

Eagret hanya mendengus kesal. Semenjak Eagret menginjak bangku SMP sampai kuliah sekarang, memang ia tidak pernah berteman dengan laki-laki. Pernah, mamanya mengira bahwa Eagret adalah lesbian atau suka sesama jenis perempuan. Sampai-sampai Eagret di bawa oleh mamanya yang panik ke tempat orang ahli yang berhubungan dengan sifatnya itu. Tetapi kenyataannya, Eagret masih normal.

"Lagian, perjodohan ini gak sampe nikah kok. Cuma sampe lamaran aja"
Ucap Mamanya.
"Sama aja"
Batin Eagret kesal.
"Walaupun cuma lamaran, Ma. Kan nanti ujung-ujungnya nikah juga"
Protes Eagret.
"Gret, cuma ini yang Papa dan Mama kamu inginkan. Cukup dengan kamu menerima perjodohan ini, Papa dan Mama sudah bahagia. Papa dan Mama sudah gak muda lagi, lama-lama kami akan semakin tua. Papa dan Mama hanya ingin melihat kamu bahagia sebelum Papa dan Mama sudah gak ada lagi di dunia ini"
Ujar Om Vernandez dengan suara sedih yang teringat akan usianya.

Perkataan Papanya membuat Eagret tertegun. Eagret tidak ingin bila kedua orang tuanya sedih seperti ini. Ia sudah berjanji akan membahagiakan orang tuanya apapun caranya. Tetapi, bila ini yang membuat orang tuanya bahagia, mau tak mau ia harus menerima perjodohan ini.

"Semoga pilihan ini gak salah ya Allah"
Batin Eagret.

"Aku mau"
Dua kata yang berhasil ia ucap.

Om Vernandez dan Tante Riana melihat anaknya dengan wajah berbinar-binar bahagia. Eagret yang melihatnya pun tak kuasa menahan haru. Tidak pernah ia melihat Papa dan Mamanya sebahagia ini.

"Makasih sayang mama"
Tante Riana dengan sigap langsung memeluk anaknya girang. Lalu disusul oleh Om Vernandez yang memeluk Eagret dari belakang.

Di dalam hati Eagret selalu berdo'a. Semoga pilihan yang ia terima untuk membahagiakan orang tuanya tidak salah. Toh, pilihan orang tua itu tidak pernah salah. Walaupun nanti ia tidak tahu apa yang terjadi di masa yang akan datang. Tetapi ia selalu percaya bahwa Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk hidupnya.

**********

Maaf gaje dan jelek ya.

Jangan lupa vote dan coment guys!

Cold CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang