Langkah kaki begitu terdengar jelas di dalam ruangan yang sunyi ini. Sunyi bukan berarti ruangan ini tidak berpenghuni. Di ruangan itu terdapat dua orang paruh baya yang terduduk manis di meja makan sambil menunggu anak mereka. Langkah kaki itu pun lama-lama mulai mendekat ke arah dua orang paruh baya tersebut. Dan akhirnya langkah kaki itu berhenti di depan meja makan. Kemudian, ia pun menggeser kursi itu ke belakang dan mulai duduk mengikuti dua orang paruh baya yang sejak tadi sudah menunggunya.Ruangan itu kembali sunyi semula. Hanya terdapat suara sendok dan piring yang seakan berperang. Tidak ada yang mulai pembicaraan di antara mereka. Hingga akhirnya, seorang laki-laki paruh baya yang masih terlihat tampan itu membuka suara setelah ia menyelesaikan makanannya.
"Ekhem! Aku ingin ke kamar" ia pun menggeser kursinya ke belakang dan bersiap untuk pergi. Dan di susul pula oleh sang Istri yang ikut padanya.
"Aku mau ngomong sesuatu nanti sama Papa dan Mama"
Seru sang anak yang kebetulan telah usai menghabiskan makan malamnya.Suami istri itu pun saling berpandangan. Mereka mengerutkan kening mereka melihat anak semata wayangnya itu.
"Baiklah, akan Papa tunggu di ruang keluarga sama Mama"
Ujar Om Varian yang merupakan ayah dari anak yang masih duduk di meja makan itu.Dan pada akhirnya mereka berlalu pergi meninggalkan sang anak.
"Apa ini saat yang tepat ya? Gimana kalau Papa dengan Mama gak setuju? Kan mereka belum kenal sama dia. Gimana nanti dia nolak gue? Terus mau tarok dimana muka gue? Arghh!!"
Veno menjambak rambutnya frustasi mendengat suara hatinya yang bimbang."Kalau lo benar-benar cinta sama dia. Percayalah kalau dia juga cinta sama lo. Kalau misal pun lo ditolak sama dia, yang namanya cinta pasti akan kejar cinta sejatinya"
Perkataan sahabat karibnya yang beberapa hari lalu masih tergiang di otak Veno. Veno beranggapan yang dikatakan Gio memang benar. Walaupun ia di tolak oleh Eagret, tapi ia akan tetap berusaha untuk mengejarnya. Akhirnya Veno bangkit dari depan meja makan dan berjalan menuju tempat dimana orang tuanya menunggu.
"Lo pasti bisa, Ven"
Veno menyemangati dirinya sendiri selama berjalan menuju ruang keluarga.**********
Di sana sudah terdapat orang tua dari Veno yang sedang duduk sambil menunggu Veno yang ternyata sudah ada duduk di depan mereka. Veno menarik nafas pelan melihat kedua orang tuanya yang menatap Veno dengan tatapan bertanya. Om Varian yang melihat anaknya sedang merasa gusar duduk di hadapannya mencoba untuk bertanya.
"Ada apa, Ven?"
Tanya sang ayah.
"Em.. eh.. gini... eh... aku.. aku.."
Veno berkata gugup kepada orang tuanya, sedangkan Om Varian dan Tante Ana menatap bingung anaknya.
"Kamu mau ngomong apa sayang? Kok gugup gitu? Ngomong aja, Oke"
Ujar Tante Ana.
"Gini Pa, Ma. Aku mau ngomong sesuatu sama Papa dan Mama"
Akhirnya Veno membuka suara.
"Ngomong apa, Ven?"
Tanya Om Varian.
"Tapi, sebelum aku ngomong ini, Papa dengan Mama janji gak marahin aku"
Veno berucap seperti anak kecil yang ketakutan.Sedangkan Om Varian dan Tante Ana terkekeh melihat anaknya ini.
"Pernah gak Papa sama Mama marah sama kamu? Kecuali kalau kamu bandel"
Veno berfikir sejenak mencerna ucapan Papanya.
"Gak sih.."
Jawab Veno yang sedikit malu.
"Tuh, kamu aja tau"
Sambung mamanya.
"Udah ngomong aja"
Perintah Om Varian.
"Gini Pa, Ma...................."Veno pun mengutarakan isi hatinya selama ini yang ia pendam. Orang tua Veno mendengarkan apa yang di curhatkan anaknya. Dan setelah selesai menceritakannya, orang tua Veno tersenyum bahagia. Mereka berfikir ini adalah awal yang baik untuk anak mereka. Dan mereka juga berfikir bahwa anak mereka masih normal seperti orang biasa.
"Ternyata kamu masih normal, Ven"
Om Varian menepuk bahu anaknya ini.
"Aku masih normal, Pa. Aku juga manusia biasa"
Veno sedikit kesal dengan cemoohan Papanya.Om Varian dan Tante Ana terkekeh geli dengan anaknya. Veno menghembuskan nafas kesal.
"Ya udah, kalau gitu kita akan ke sana besok"
Ucap Om Varian yang sontak membuat Veno kaget tak percaya.
"Apa? Besok?"
Tanya Veno yang tak percaya.Papanya mengangguk pasti sambil tersenyum kepada anaknya.
"Bukannya terlalu cepat, Pa? Kan kita belum ada persiapan"
"Kamu tenang aja, semuanya biar Papa yang urus. Bukannya lebih cepat lebih baik, bukan?"
Ucap Papa Veno yang membuat Veno kaget setengah mati di buatnya.
"Jadi, Papa dengan Mama setuju?"
Kedua orang tuanya mengangguk.Veno memeluk kedua orang tuanya dan mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada mereka. Veno tidak percaya akan ini, ini seperti mimpi baginya. Tapi, ini lah kenyataannya.
Setelah acara terima kasihnya, Veno berpamitan ke kamar untuk mempersiapkan mental dan fisiknya untuk esok hari. Sesampainya di kamar, Veno langsung menyambar handphonenya dan mengirimkan pesan kepada temannya. Pesan bahagia tentunya. Veno tak henti-hentinya tersenyum. Baginya ini merupakan malam terindah yang tidak dapat ia lupakan.
***********
Maaf gaje dan jelek..
Jangan lupa vote dan coment ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Couple
Teen FictionWanita yang dingin bertemu lelaki yang dingin pula. Akan menjadi apa mereka? Sebuah insiden yang membuat mereka bertemu dalam sebuah benih-benih Cinta. Cinta yang tak pernah terduga sebelumnya oleh mereka berdua.