Chapter 18

1.5K 72 3
                                    

    Hello guys!

Sorry ya udah lama gak di lanjutin, soalnya beberapa hari kemarin aku lagi fokus belajar untuk UN.
Dan pada akhirnya, hari ini aku sudah selesai UN...

Yeaayy...!

Sekali aku minta maaf...

Ya udah langsung aja ke cerita!

*********

       Sebuah mobil berwarna hitam pekat terparkir di depan rumah seseorang. Pemilik mobil kemudian turun dari mobilnya itu dan mulai melangkahkan kakinya menginjak rumah seseorang. Langkah kaki sang pemilik mobil lama-lama mendekat ke pintu rumah. Sesudah sampai, ia mengetuk pintu sang pemilik rumah.

Tok tok tok

Tiga kali ketukan pintu. Tak lama, sang pemilik rumah membuka pintu dengan malas.

"Siapa sih pagi-pagi gini ngetuk rumah orang?"
Kesal sang pemilik rumah.

Sampai terbukalah pintu rumah dengan sang pemilik. Seseorang yang mengetuk rumah tadi memandang orang yang berhadapan dengannya dengan wajah kesal.

"Hei! Ganggu orang tidur aja lo ya! Masih pagi coy!"

Sang pemilik rumah tampak kesal dengan orang yang ingin bertamu dengannya tanpa melihat orang tersebut.

"Maaf, Pak. Apa anda sudah melihat jam?"
Tanya tamu.

Sang pemilik rumah tertegun dengan suara sang tamu. Ia mengucek-ucek matanya dan melihat wajah sang tamu.

"Veno?"
Gumam pemilik rumah.
"Hmm... apa gue boleh masuk?"
Pemilik rumah mempersilahkan tamunya masuk.
"Ada apa lo datang pagi-pagi gini?"
Tanya Gio yang merupakan pemilik rumah setelah mereka duduk di ruang tamu.
"Jam lo itu kayaknya perlu diperbaiki"
Seru Veno dingin.
"Perasaan jam gue baik-baik aja.."
Jawab Gio mantap.
"Kalo jam lo baik-baik aja, terus ngapa lo bilang ini pagi, Gi"
Veno mulai geram dengan tingkah Gio yang terkadang pelupa.
"Emang sekarang jam berapa?"
"Jam 2.."
Ucap Veno sambil menyerup minumannya.

Gio langsung menyemburkan minumannya

"WHAT?! Lo gak bercanda kan, Ven?"
Gio tampak kaget dan panik.

Veno menjawabnya dengan menggeleng.

"Kirain gue baru jam 7 pagi.."
Ucap Gio setelah menetralisir keadaan.
"Oh ya, ngomong-ngomong lo tumben ke sini. Ada perlu apa lo?"
Tanya Gio yang mulai menampakkan wajah serius.
"Sesuatu"
Jawab Veno singkat.
"Yeee... gue juga tau kalau itu sesuatu. Tapi, sesuatu itu apa?"
Kali ini Gio yang kesal akan sikap Veno.
"Tentang Eagret.."
Ucap Veno pelan dengan nada sedikit ragu.

Untuk kedua kalinya Gio menyembur minumannya. Dia menatap Veno tak percaya dengan menyipitkan mata yang berwarna hitam pekat itu. Gio menaruh minumannya dan menyilangkan tangannya di dada. Ia seakan memberi tatapan tajam bertanya kepada lawan bicaranya yang berada di hadapannya.

"Jangan bilang lo suka sama dia"
Seru Gio tajam.
"Kayaknya"
Ucap Veno sambil mengangkat bahunya.
"Lo serius suka sama Eagret?" "Gue masih ragu, mangkanya gue ke sini mau minta petunjuk"

Wajah Gio berubah menatap datar Veno.

"Eh! Emang gue Tuhan apa! Sembarang lo minta petunjuk, minta petunjuk sama Allah bukan sama gue!"
Semprot Gio.
"Ya ya ya, oke gue ulang. Mangkanya gue ke sini mau minta pendapat lo"
"Pendapat apa?"
"Gini, beberapa bulan ini, semenjak pertama kali gue ketemu sama Eagret, kayak ada rasa aneh gitu di dalam diri gue. Otak gue penuh dengan bayangan dia, terus gue kalau deket dia itu merasa nyaman. So.................."
"Artinya lo suka sama dia"
Gio memotong perkataan Veno dengan mantap.
"Kebiasaan banget motong kata-kata orang"
Ucap Veno kesal.
"Ngapa lo harus jelasin panjang-panjang kalau gue udah ngerti maksud lo?"
"Oke. Berarti intinya gue suka sama Eagret gitu?"
Tanya Veno menyakinkan.

Gio mengangguk, sedangkan Veno membuang nafasnya berat. Ia menyilangkan tangannya di belakang kepala dan bersender di badan kursi. Veno tampak bergulat dengan fikirannya. Fikiran tentang seorang wanita yang ia bisa dibilang suka dengan wanita itu.

"Gio..."
Veno buka suara.
"Hem.."
"Menurut lo, Eagret suka gak sama gue?"
Gio tampak berfikir.
"Kayaknya, kalau lihat dari gerak-geriknya sih kurang menyakinkan kalau dia suka sama lo"
Seru Gio yang sedang berfikir-fikir tentang Eagret.

Lagi-lagi Veno menghela nafasnya berat. Ia menutup matanya untuk menghilangkan sejenak fikirannya yang membuat ia lelah.

"Kalau gue tembak dia, apa dia mau nerima gue?"
Satu pertanyaan lagi untuk Gio.
"Itu tergantung Eagret nya aja. Kalau dia suka sama lo, bisa jadi dia nerima lo. Kalau dia gak suka sama lo, ya bisa jadi pula dia akan nolak lo........ mentah-mentah"

Gio sengaja mengecilkan ucapannya yang terakhir, agar Veno tidak menampakkan wajah kecewa. Walaupun begitu, Veno masih dapat mendengar ucapan Gio tadi. Tetapi Veno tak mau mempersalahkannya. Itu memang benar, bila ia menyatakan cinta kepada Eagret sedangkan Eagret tak suka padanya, itu berarti ia akan ditolak mentah-mentah oleh Eagret, begitupun sebaliknya. Cukup lama mereka terhening dalam kesunyian. Hingga pada akhirnya Gio mencairkan suasana dengan memperolok Veno.

"Lo kayaknya udah terserang penyakit dokter cinta deh, Ven"
Ucap Gio terkekeh.

Veno yang tak terima akan ucapan Gio langsung melempar makanan yang ada di hadapannya kepada Gio. Yang di lempar malah tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal temannya.

"Dasar GIgi Oncom..."
Umpat Veno kesal.

Gio masih tertawa terbahak-bahak tanpa menghiraukan Veno yang telah kesal padanya.

      Dan pada akhirnya, mereka kembali berbaikan. Setelah itu, mereka melanjutkan cerita-cerita mereka yang lain.

*********

Sorry kalau jelek! Beru penulis abal-abal -_-

Jangan lupa vote dan comentnya!

Cold CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang