Chapter 17

1.6K 71 1
                                    

   
      Veno memarkirkan mobilnya di halaman rumah miliknya yang cukup besar itu. Ia membuka pintu mobil lalu turun dan berjalan santai masuk ke dalam istana miliknya. Veno perlahan membuka pintu dan langsung disambut oleh mamanya yaitu Tante Ana.

"Assalamu'alaikum"
Veno menyalami tangan kanan mamanya.
"Wa'alaikum salam"
Tante Ana mengelus punggung anaknya.
"Gimana kuliahnya hari ini?"
Tanya Tante Ana yang sudah duduk manis di ruang keluarga.
"Kayak biasa, baik-baik aja"
Jawab Veno yang ikut duduk di sebelah mamanya.
"Yang lain? Masih kayak biasa?"
Veno menaikkan alisnya bingung dengan pertanyaan Tante Ana.
"Maksudnya mama?"
"Hmm, maksud mama gak ada sesosok kaum hawa yang kamu sukai gitu?"
Ucap Tante Ana santai.

Veno membuang nafasnya malas. Ia menyenderkan kepalanya di sofa yang ia duduki.

"Mama yang sabar, one day aku akan langsung ngenali sesosok wanita untuk mama dan papa"
Ujar Veno.
"Beneran?"
Tante Ana tampak kegirangan dengan perkataan anaknya itu.

Veno mengangguk pelan.

"Tapi, jangan lama-lama!"
Seru Tante Ana sambil menatap Veno tajam.
"Insyaallah"
"Ya udah, kamu mandi dan ganti baju terus makan"
Perintah Tante Ana.

Veno pun bangkit dari sofa itu menuju kamarnya.

       Sampailah Veno di kamarnya yang bercorak hitam putih itu. Ia melempar tasnya ke sembarang arah, lalu merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Veno menarik nafasnya dan membuang dengan halus. Veno memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Veno sedang memikirkan sesuatu yang membuat hari-harinya beberapa bulan ini berubah. Ia menyunggingkan senyuman ketika mengingat fikirannya membawa kepada masalah seseorang yang membuat ia merasa nyaman dengan orang itu.

"Sifatnya yang dingin, cuek, dan muka tembok mengapa membuat gue merasa nyaman kalau deket dia? Apa gue mulai jatuh cinta sama dia?"
Tanpa sadar, kata hati Veno berkata seperti itu.
"APA! Gak...gak...gak, kok kata hati gue bilang kayak itu... arghh!!"
Veno menjambak rambutnya frustasi.
"Tapi, gue gak mau munafik sih. Memang, kalau gue deket sama dia gue merasa nyaman. Terus, dia juga yang buat gue berubah akan adanya dia. Apalagi senyumannya, manis"
Veno terkekeh di saat ia mengatakan bahwa 'apalagi senyumannya, manis'.
"Gret, kenapa lo selalu membayangi fikiran gue. Lo yang buat gue gak bisa tidur karena bayangan lo setiap malam dan setiap hari. Kalau emang gue cinta sama lo Gret, apa lo mau balas cinta gue? Gue harap, lo mempunyai perasaan yang sama kayak gue"
Veno berceloteh dengan dirinya sendiri tentang Eagret.

Setelah selesai berceloteh, ia melihat ke arah jam yang menunjukkan pukul 4.30 sore. Langsung saja ia dengan cepat bangkit dari tempat tidur lalu pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

********

       Eagret membuka mukenah yang ia pakai. Dengan perlahan ia melipat mukenah itu dengan rapi dan menaruhnya di tempat semula. Setelah itu, ia berjalan menuju meja belajar yang tak jauh dari tempat mukenah yang ia taruh. Eagret mendaratkan tubuhnya diatas kursi yang berada di depan meja belajarnya. Ia mengambil buku yang sudah tergeletak di atas meja belajarnya dan membaca buku itu. Lembaran demi lembaran Eagret buka dengan perlahan sambil memahami isi dari buku tersebut. Baru beberapa lembar Eagret membaca buku tersebut, fikiran Eagret telah buyar kemana-mana. Tiba-tiba saja fikirannya mengarah kepada sesosok pria yang beberapa bulan ini selalu membuat rasa keanehan pada dirinya. Siapa lagi kalau bukan Veno sesosok pria itu. Eagret menutup buku tersebut dan beranjak pergi menuju tempat tidurnya. Eagret menjatuhkan badannya secara bebas diatas tempat tidur. Ia merentangkan tangannya sambil memejamkan matanya. Merenungkan masalah yang tengah menimpanya. Masalah tentang pria dingin, muka datar, dan pandai menjawab yang membuat Eagret terkadang kesal akan tingkahnya itu. Tetapi, di balik itu semua, Eagret merasa lebih nyaman dekat dengan Veno.

"Gue gak suka sama dia!"
Eagret menggelengkan kepalanya.
"Tapi, ngapa dia selalu ada di otak gue? Apa gue suka sama dia?"
Pertanyaan yang keluar dari bibir manis Eagret.

Eagret menghela nafas panjang, ia kembali memejamkan matanya.

"Kalau lo nyaman sama sesorang ataupun lo selalu kefikiran dia terus, berarti lo suka or jatuh cinta sama dia. Ingat itu, Gret. Suatu hari nanti lo pasti merasakannya"

Eagret membuka matanya dengan keringat bercucuran di wajahnya. Kata-kata itu ia ingat pasti dimana saat ia dan Felly santai di Cafe.

"Apa gue jatuh cinta sama Veno? Masa gue sama cowok nyebelin kayak dia"
Ucap Eagret sambil terduduk diatas tempat tidur.
"Mendingan gue tidur deh terus sholat sambil ngapal Al-Qur'an"
Eagret bangkit dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Sehabis itu, ia tertidur dengan dunia mimpi yang indah.

**********

Sorry kalau jelek ya guys..

Cold CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang