Mulmed: Fitria Ramadhani
Kami terus menggoes sepeda kami menuju kerumahku.
"Belok kanan" ujarku saat kami sampai dipertigaan. Setelah kami belok ke kanan, tanpa diduga ada 2 zombie yang menghadang. Aku dan Fitria segera melesat maju.
"CRAAT..!!"
"DUAKH!!"
Aku segera mengambil sabit dari sarungnya dengan tangan kiriku, dan menyabet kepalanya. Sedangkan Fitria menabrak zombie itu. Karena didepan sepedanya sudah terpasang payung, jadi zombie itu juga mendapat luka parah dan ambruk.
Kami semakin cepat menggoes sepeda kami. Banyak sekali zombie yang menyambut kami. Beberapa kami biarkan, tapi jika ada yang menghalangi, kami basmi juga.
"Seberapa dekat lagi?" tanya Rangga.
"Sekitar 200 meter lagi" jawabku.
Kami pun terus melaju dengan cepat, terus lurus saat di perempatan. Kami melewati beberapa zombie, dan menghindari zombie di jalan bila bisa. Entah kenapa aku jadi khawatir.
Rumahku sudah dekat
Akhirnya kami sampai didepan perumahanku.
"Karena wilayah perumahan ku sempit, lebih baik kita jangan bawa sepeda. Karena ruang lingkup kabur kita menjadi lebih sempit" ujarku.
Yang lain segera menaruh sepeda disisi tembok yang sebagai gerbang masuk perumahan. Kamipun segera memasuki wilayah perumahan.
"Lurus terus, rumahku jauh dibelakang" ujarku. Untuk entah berapa kalinya aku menyesal atas posisi rumahku yang tidak strategis
Kami berjalan dengan perlahan, takut memancing zombie yang ada di dalam perumahan. Saat tiba di belokan tiba-tiba dua zombie datang ke kami.
"Bunuh dengan pelan" ujar Fajar pelan. Enggar segera menuju ke arah zombie itu dan menancapkan tongkatnya ke kepala zombie itu dengan hampir tak menimbulkan suara..
"Jleb"
Enggar segera menangkap zombie itu sebelum jatuh, takut dengan suara jatuhnya zombie memancing zombie yang lain. Sedangkan Fitria menancapkan payungnya ke arah kepala zombie yang lain dan melakukan hal yang sama dengan Enggar.
Setelah tak ada yang muncul, kami melanjutkan perjalanan. Saat melewati sebuah mobil jeep jenis pick up yang sedang terparkir disisi jalan, tiba-tiba di balik jeep itu muncul zombie yang mengarah ke kami
Aku segera menyabetkan sabitku ke kepala zombie itu.
"CRAAT..!!"
Zombie itu langsung ambruk. Tapi sayangnya sabitku terlepas dari gagangnya, jadi aku tak punya senjata lagi
"Sepertinya dia ingin kabur dengan jeep ini, tapi dia keduluan digigit zombie" ujarku saat melihat kunci mobil di jari tangannya, dan bercak darah disisi samping jeep.
"Ayo" ujar Fajar. Kamipun terus masuk kedalam perumahan. Tiba-tiba dari depan segerombolan zombie berjalan ke arah kami.
"Mereka terus bertambah" keluh Rangga.
"Makanya kita membawa ini" ujar Enggar sambil mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah mobil remot mainan yang mengeluarkan musik.
Enggar segera menaruh mobil itu agak jauh dari kami dan menyalakannya,
"Aiyaya... Fajar kayak jablay....Aiyaya....Rangga kayak jablay....Aiayaya....kita semua jablay..!" itu yang aku dengar dari musiknya (kupingnya greget).
Kemudian Enggar kembali dan segera mengoperasikan mobil itu.
"Aiayaya...elu kayak jablay..!!" zombie yang mendengar suara tersebut langsung mengikuti mobil itu. Enggar pun mengarahkan mobilnya ke belokan disisi kiri, arah persawahan. Gerombolan zombie itu pun mengikuti mobil itu ke arah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey to Survive in a Zombie Apocalypse
Science Fiction#9 in Science Fiction on 13-06-2016 Ardhika Dharmawangsa, 15 tahun. Suatu hari, sebuah wabah telah mengambil kehidupannya sebagai anak SMP biasa. Bersama Fajar Latiful Habib, Enggar Rizki Sanjaya, Fitria Ramadhani, dan Rangga Zeinurohman, mereka...