Mulmed: Rangga Zeinurrohman
Di sebuah koridor kantor, seorang guru berjalan menghampiri kepala sekolah.
"Pak, jadi apa yang harus kita lakukan? Persediaan sekolah kita hampir habis" ujar guru itu.
"Seperti yang dikatakan di TV, kita harus segera pergi ke tempat pengungsian terdekat, seperti alun-alun Tanggerang atau Serang" jawab kepala sekolah
"Tapi bagaimana dengan anak-anak disini?" tanya guru itu.
Kepala sekolah itu terdiam sejenak.
"Sepertinya tidak ada pilihan lain selain menunggu bantuan. Pak Haris, pak Budi, dan pak Ridwan sedang keluar mencari bantuan di kepolisian terdekat" jelas kepala sekolah. Guru itu hanya mengangguk-angguk seraya kembali ketempatnya.
Sedangkan di tempat lain, di kelas IX-E.
"Kita harus bersiap untuk menghadapi kemungkinan yang ada" ujar seorang anak, Raihanudin Rafif.
"Raihan benar. Ardhika dan yang lain berani keluar menghadapi bahaya di luar sana, kita tak boleh kalah" ujar anak yang lain, Yusuf Ali Permadi.
"Sekarang bukan waktunya untuk bersaing bodoh!" ujar seorang anak perempuan sambil menjitak Yusuf, Yunita Aurora.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" ujar gadis di sebelah Yunita, Nuansha Wening.
"Kita harus mempersiapkan perbekalan dan senjata" ujar Raihan "Jika kita beruntung dan menemukan kelompok Rangga dkk, kita akan bergabung dengan mereka" lanjutnya.
"Kau setuju kan Dam?" tanya Nuansha.
Yang ditanya hanya mengangguk sambil mempertahakan senyum khasnya, Adam Hidayat.
"Baiklah!" seru Yusuf.
Beberapa meter dari mereka, tepat disebuah pojok tembok pembatas sekolah, sesosok misterius berada disana dengan gerak-gerik mencurigakan, dilindungi oleh kegelapan malam.
. . . .
"Ayo kita berlomba, siapa yang membunuh zombie paling banyak dia yang menang" tantangku saat tengah berhadapan dengan zombie-zombie sialan itu.
"Baiklah" ujar Enggar menjawab tantangan itu.
"Aku juga ikut" ujar Fajar.
Akupun segera melesat maju mendahului yang lain dan segera menghunuskan katana-ku.
"SYAT!"
"SYAT!"
4 zombie ambruk seketika.
Enggar memutarkan naginata-nya dan menyerang zombie itu.
"CRAT!"
3 zombie ambruk seketika.
Fajar menyabetkan goloknya ke arah kepala zombie.
"JLEB!"
1 zombie ambruk seketika.
"Kayaknya aku yang bakal menang nih" sahutku.
"Ar, sejak kapan kau bisa pandai mengunakan katana?" tanya Rangga.
"Oh itu. Tetanggaku itu nggak mau hanya punya pedang doank. Makanya dia ikut kursus kendo di Jakarta. Aku juga diajari kendo walau belum lama ini" jelasku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey to Survive in a Zombie Apocalypse
Ciencia Ficción#9 in Science Fiction on 13-06-2016 Ardhika Dharmawangsa, 15 tahun. Suatu hari, sebuah wabah telah mengambil kehidupannya sebagai anak SMP biasa. Bersama Fajar Latiful Habib, Enggar Rizki Sanjaya, Fitria Ramadhani, dan Rangga Zeinurohman, mereka...