"grooo"
Suara itu terdengar lagi, suara yang membekukan darah, yang mencekam kami selama 4 hari ini.
"Suara ini, jangan-jangan..." terka Fitria.
Kami semua menoleh ke arah suara, tepat di belakang Nuansha, Fajar, Adam, dan Yunita (Kami bersepuluh membentuk setengah lingkaran, dan semua nya menghadap kearah barat laut plaza) dan ditemukan sumber suara itu. Satu zombie datang terseret-seret kearah kami, diikuti oleh dua yang lain. Kami semua terkejut. Fitria hampir terpekik. Eliza, John, guru muda yang menolong kami, dan yang lain nya juga terkejut.
"Bagaimana mereka bisa masuk?" bisik Raihan.
"Kalau sudah begini, kita harus segera keluar dari plaza ini" ujar Yusuf. Tapi baru saja kami ingin beranjak menuju pintu utama, terlihat dari balik kaca zombie yang mengerumuni pintu.
"Tch, sekarang kita akan lewat mana?" keluh ku.
"Ada pintu darurat di lantai dua. Lewat belakang melewati distro kosmetik. Kalian harus menuruni tangga saat keluar" ujar guru muda itu.
"Baiklah, kita akan lewat sana" ujar Fajar. Kami semua menaiki tangga dengan cepat, tapi diusahakan tanpa suara. Satu persatu menaiki tangga, dimulai dari Rika (karena dia masih kecil) dan yang terakhir Adam.
"Ayo, terus" bisik Yusuf.
"Tinggal 5 orang yang masih menaiki tangga, yaitu Guru Muda, John, Raihan, aku, dan Adam. Tapi saat Adam sedang menaiki tangga, tiba-tiba kaki nya dipegang oleh seorang zombie yang entah sejak kapan ada disana. Adam segera ditarik nya.
"Aaaa..!"
"Adam!" pekik ku.
Tapi sudah terlambat. Zombie itu segera menggigit kaki Adam sampai darah bertebaran dimana mana. Adam menjerit kesakitan.
"Adam" aku segera menuruni tangga.
"Diam disana!" seru Adam sehingga aku terdiam di tempat.
"Aku tak mungkin bisa diselamatkan, dan setelah kematian ku pasti aku akan berubah menjadi seperti mereka juga. Pakai pedang ku" Adam melemparkan katana nya kepada ku "Bunuhlah aku dengan pedang itu, karena aku ingin mati sebagai manusia, bukan zombie" ujar Adam dengan susah payah, sesekali dia memuntahkan darah.
"Ta-tapi..."
"CEPAT BRENGSEK!!"
Aku tersentak. Baru kali ini aku mendengar Adam marah dan membentak. Dengan meneguhkan tekad ku, aku bersiap menarik gagang katana berwarna hitam itu. Tangan ku gemetar.
"Ardhi..." sayup sayup terdengar panggilan Nuansha, terdengar sangat sedih dan menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey to Survive in a Zombie Apocalypse
Science Fiction#9 in Science Fiction on 13-06-2016 Ardhika Dharmawangsa, 15 tahun. Suatu hari, sebuah wabah telah mengambil kehidupannya sebagai anak SMP biasa. Bersama Fajar Latiful Habib, Enggar Rizki Sanjaya, Fitria Ramadhani, dan Rangga Zeinurohman, mereka...