Chapter 21: Rumah Pohon

2.1K 187 6
                                    


Selamat malam dan selamat hujan-hujanan!! Brrrr...!! :v

Nggak yakin bisa selesai malam ini, tapi biarkan saja~ aku tak mengapa~ (eh kok malah nyanyi). Oh ya, sudut pandangnya berubah, bukan sebagai Ardhika lagi.

Oke lanjut saja.


SELAMAT MEMBACA


"DUUUUUAAAAAAAAAAARRRRGGGHHHHHHHH..............!!!!!!!!!!!!!!!!!"

Suara ledakan terdengar kearah penjuru arah, kemudian disusul oleh ledakan kedua yang disebabkan oleh bus yang terbakar.

"DUUUAAAAAAAAARRRRRGGGHHHH...........!!!!!!!!!!!!"

Angin hasil ledakan dan getaran yang ditimbulkan membuat kami sempat terpental beberapa meter. Bahkan Fitria, Najwa, Choki, dan Niam terjatuh. Beberapa benda seperti besi dll telempar oleh ledakan dan jatuh kepenjuru arah.

"Awas!" peringat Febri yang masih mengendong Agung yang masih pingsan.

"BRUK" "BRUK" "BRUK" "BRUK"

Suara benda yang berjatuhan dimana-mana terdengar. Semuanya berusaha menghindar dari bahaya. Tapi sayang, karena terlambat menyelamatkan diri, Niam terhantam sebuah benda yang sepertinya komponen mesin bus dikepalanya. Niam tewas seketika.

"Niam!" pekik Diaz. Semuanya terkejut. Ardhika dan Raihan menghampiri jasad Niam.

"Dia langsung tewas. Mengerikan" ujar Raihan "Maaf, terima kasih atas bantuanmu selama ini" ujar Ardhika sambil mengambil tas dan senjata Niam, kemudian memberi hormat kepada jasad Niam. Raihan melakukan hal yang sama.


"Kalian berdua, awas!" peringat Choki saat benda-benda dari ledakan mulai berjatuhan lagi.


Ardhika dan Raihan segera menyingkir dari sana, dan mereka ber-duabelas lari dari sana.


"Sepertinya sudah aman" ujar Fitria.


"Bau apa ini?" tanya Enggar sambil menutup hidungnya.


"Bau ini....bau bensin" ujar Najwa. Ardhika tampak bingung, dia mencari Ubadi yang baru dikenalnya. Tapi dia tidak menemuinya.


"Oh iya, kakak Fajar sama kakak Nuansha mana?" tanya Rika yang menyadari tidak ada Fajar dan Nuansha. Semua yang mendengar perkataan Rika juga menyadarinya.


"Benar juga, jangan-jangan mereka..." terka Galih.


"Tadi sekilas aku lihat mereka berdua ada disisi lain SPBU, jika mereka melarikan diri dari ledakan itu, mereka pasti menuju kearah hutan itu" ujar Raihan sambil menunjuk hutan diluar jalan tol.


"groo...oo...uu..."


Semuanya memasang mode siaga. Karena ledakan itu, semua zombie diarea ini terpancing kearah SPBU.


"Bagaimana ini?" tanya Diaz.


"Tak ada pilihan lain, kita terobos paksa. Malam juga semakin larut" ujar Taufik.

Journey to Survive in a Zombie ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang