Chapter 3: Keadaan Darurat

3.8K 285 41
                                    

Mulmed: Ardhika Dharmawangsa






Kami terkejut melihat keadaan rumah Fitria. Rumahnya sangat berantakan. Kursi-kursi depan untuk menerima tamu jatuh berserakan ditanah. Pot bunga besarnya pecah, isinya bertebaran ditanah. Hari saat itu sudah siang.

Fitria terisak ditempat, Rangga mencoba menenangkannya.

"Fajar, Ardhi, periksa dalam rumah Fitria!" perintah Rangga.

Kamipun mengerti dan memasuki rumah Fitria untuk memeriksanya. Pintunya terkunci. Aku dan Fajar sepakat untuk mendobraknya.

"BRAAK..!!"

Tidak seperti diluar, didalam tidak berantakan. Kamipun yang tegang mulai memeriksa ruang tamu, kamar, dapur, dan kamar mandi. Tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan zombie tersebut.

"Tidak ada siapa-siapa didalam, darahpun tidak ada" Sahutku memberitahu Rangga. Rangga pun mengerti dan menuntun Fitria kedalam, sedangkan Enggar mengikuti dari belakang.

Fitria pun menjatuhkan dirinya kesofa dan mulai menangis lagi.

"Enggar, jaga dipintu"

"Okay!" Enggar pun berjalan menuju pintu.

"Aku nggak sa-sangka ba-bahwa or-orang tua ku..." Fitria tak sanggup melanjutkan kata-katanya dan mulai menangis. Akupun sedih melihatnya.

"Tidak terjadi apa-apa dengan orang tuamu, lihat buktinya. Kenapa pintu rumahmu terkunci" sahut Rangga menghiburnya. Dia sesaat terdiam, tetapi menangis lagi.

"Mungkin ibuku akan pergi ketika tragedi itu dimulai" Fitria menjawab sambil sesenggukan.

Rangga termenung. Aku yang merasa ada yang mengganggu pikiranku berkata pada Rangga "Rangga, coba nyalakan TV. Bisa saja ada informasi yang bisa kita dapatkan".

Rangga pun menggapai remot TV, menyalakan dan mengecilkan volumenya sekecil-kecilnya agar tidak terdengar oleh zombie diluar.

Tapi ternyata tidak ada siaran apapun disaluran televisi. Rangga terus mengganti saluran televisi untuk mendapatkan sesuatu. Akupun yang tidak sabar dengan perbuatan Rangga langsung menanyakan ke Fitria.

"Fitria, channel TVRI no berapa?" tanyaku.

"No-no 17" jawab Fitria.

Akupun merebut remot dari Rangga dan menggantinya ke no. 17.

"Woii!" Rangga protes, tapi dia tidak melanjutkan ucapannya setelah melihat ke layar TV. Hanya ada tulisan berlatar putih dengan label atas 'ALERT'.

"Ini..." Rangga, Fajar, Fitria, dan Enggar terkejut melihatnya.

"Sudah kuduga..." aku tersenyum.

Kami mulai membacanya:



ALERT

Keadaan darurat untuk seluruh wilayah Indonesia,

sebuah wabah/pandemi mulai menyebar ke seluruh Indonesia.

Diharapkan bagi yang masih bertahan hidup,

silahkan mengungsi kedistrik militer/pusat pemerintah yang terlindungi.

Siapkan beberapa pakaian dan handuk bersih,

Journey to Survive in a Zombie ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang