Chapter 15: Plaza (kematian) bagian 4

2K 200 8
                                    


Kita semua terpaku beberapa saat mendengar pertanyaan dari Eliza. Bukan, bukan pertanyaan, lebih mirip dengan perintah.


"Fajar, gimana..."


"Tak ada gunanya berbohong" ujar Fajar datar, memotong perkataan Yusuf.


"Cepat" tukas Eliza tak sabar.


"Baiklah" Fajar menghela napas sebelum memberi penjelasan, kemudian menarik napas, hembuskan, tarik, hembuskan. Ada lalat masuk, dia tersedak. Mati (Readers: Hey author bego, maksa amat matinya!!).


Oke maaf, kembali lagi kecerita. Fajar memulai penjelasannya.


"Sebenarnya kami datang kesini tidak dengan tangan kosong. Mustahil kan, kami bisa selamat dari Jayanti sampai sini hanya dengan berbekal golok dan alat lainnya? Kami mempunyai senjata, yang bahkan lebih dari senjata biasa. Hanya saja, kami sembunyikan supaya tidak ada perselisihan di sini karna pasti semuanya ingin memakai senjata kami" jelas Fajar panjang lebar kali tinggi.


"Dan dimana kalian menyembunyikannya?" tanya Eliza. Fajar tertegun saat mendengar pertanyaan Eliza "Tenang kok, aku sudah mempunyai sebuah pistol, jadi jangan khawatir" lanjut Eliza saat melihat ekspresi Fajar.


"Disini" ujar Fajar singkat, padat, tapi kurang jelas. "Dimana?" tanya Eliza "Digudang ini" tanpa dikomando lagi kami semua selain Fajar mengambil senjata kami masing-masing dari tempat sembunyi nya.


Eliza agak terpana melihat senjata api kami, tapi kemudian kembali kebiasa nya "Lumayan, dan apa yang akan kalian lakukan setelah ini" tanya Eliza.


"Karena rahasia kami sudah ketahuan, kami akan segera pergi dari sini" jawab Fajar. Eliza terdiam beberapa saat "Baiklah terserah kalian" ujar Eliza sambil pergi dari gudang. Yang lain juga mengikuti.


"Fajar, jadi sekarang kita pergi?" tanyaku beberapa saat setelah kepergian Eliza dan yang lain.


"Tentu saja, kenapa? Kau takut?" ledek Fajar.


"Tch, untuk apa takut. Inilah yang paling aku tunggu-tunggu" ujarku sambil mengayunkan katana ku.


"Yosh, bersiaplah untuk pergi. Manfaatkan barang di plaza ini yang bisa kalian pakain untuk perjalanan nanti" ujar Fajar sambil melengos pergi.


"Yes, Sir!"

. . . . .

Saat ini kami sedang bersiap-siap untuk pergi dari plaza ini. Jadi kami agak sibuk untuk bersiap. Apalagi aku yang saat bersiap-siap selalu lupa akan barang penting saat sudah dijalan.


"Hey, bukannya ini ide yang bagus kalau kita memakai ini" sahut Raihan. Oh iya kami sudah memberi tahu Enggar, Adam, dan Raihan tentang rencana mendadak kami untuk pergi dari plaza.


Aku dan Adam yang sedang membersihkan pedang kami melihat Raihan yang memakai pelindung siku tangan dan lutut yang biasa dipakai pengendara sepeda.

Journey to Survive in a Zombie ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang