Mulmed: Nuansha Wening
"Kita akan sholat dimana?" tanya Fitria.
Saat itu kami bingung ingin sholat subuh dimana. Saat itu sudah jam 03.41 WIB.
"Kita cari tempat yang aman dan terisolasi" jawab Fajar, walau dia sendiri tidak tahu dimana tempatnya.
"Lapangan Futsal!" usul Nuansha.
"Kenapa usulanmu selalu tak masuk akal" ujar Yunita.
"Nuansha benar, lapangan futsal kan agak tertutup. Kalau ada zombie tidak bisa masuk karena dilindung jaring" dukung Fajar, yang membuat Nuansha berbinar-binar.
"Baiklah, tapi dimana?" tanya Fitria.
"Cangkudu!" ujar Fajar "Disana sekarang masih tutup kemarin karena ada tragedi. Kita akan kesana" ujar Fajar sebelum akhirnya mendapatkan persetujuan.
Sedangkan dibagian belakang, yang terjaga hanya Raihan, Enggar, dan Adam. Sisanya tidur nyenyak melanjutkan tidurnya yang tadi. Enggar beberapa kali melepaskan tembakan kebeberapa zombie didepan. Raihan corat-coret dibuku, sedangkan Adam membaca komik milik Nuansha (Dia saat kabur dari rumahnya malah membawa lebih banyak buku komik dan manga).
"BRMMM"
Mobil Jeep melewati beberapa rumah, warung, bengkel, pohon yang tumbang, rumah makan, dan...zombie (Yang itu tak usah diperjelas lagi). Setelah melewati beberapa rumah, pohon, dan zombie, akhirnya Mobil Jeep sampai didepan Lapangan Futsal Cangkudu. Lapangan Futsal Cangkudu sangat luas, dihitung juga beberapa wilayah. Lapangan Futsal ini mempunyai sebuah gerbang besi yang besar, dengan tembok setinggi 5 meter mengelilingi lapangan. Mobilnya hanya diparkir didepannya. Syukurlah gerbang besi masih terkunci dengan label 'TUTUP', dan tidak ada zombie satupun didalam sana.
"Hey bangun" ujar Adam sambil menepuk (Atau lebih tepat memukul) kami bertiga. Rangga yang terbangun duluan bertanya "Dimana ini?".
"Ini dilapangan Futsal Cangkudu, kita akan sholat dan istirahat disana" jawab Adam. Aku yang sudah terbangun hanya menguap sambil menggendong tas, sedangkan Yusuf hanya mengangguk-angguk sambil memegang Pindad PM-V2 SMG-nya. Kami semua segera turun dari mobil.
"Bagaimana caranya masuk?" tanya Rika.
"Manjat saja" jawab Fajar enteng. Seketika semua cewek langsung protes.
"Kami ini cewek, makhluk yang lembut. Masa iya kamu menyuruh para makhluk yang lembut ini memanjat pagar seperti monyet" ujar Yunita.
"Baiklah kalau kalian ingin mati" ujar Fajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Journey to Survive in a Zombie Apocalypse
Science Fiction#9 in Science Fiction on 13-06-2016 Ardhika Dharmawangsa, 15 tahun. Suatu hari, sebuah wabah telah mengambil kehidupannya sebagai anak SMP biasa. Bersama Fajar Latiful Habib, Enggar Rizki Sanjaya, Fitria Ramadhani, dan Rangga Zeinurohman, mereka...