Last Chapter

2.9K 214 41
                                    


 Selamat Sore.

Akhirnya UAS-nya sudah selesai. Tapi eiits, masih ada UN ternyata! Dan juga nggak nyangka bisa mencapai angka 1K lebih. Baiklah, tak usah banyak basa basi, ayo lanjut ke chapter selanjutnya!! Jreng Jreng Jreng!!!


SELAMAT MEMBACA


"Kalian jangan menghadap kesini, kalau tidak akan kutembaki kalian!" seru Fitria sambil menodongkan MP5-nya.

Semua lelaki yang mendengarnya langsung berdigik dan terus menatap kedepan tanpa berani menengok kebelakang. Bahkan Ardhika, Febri, dan Taufik yang diatap bus juga mendengarnya dan tak berani kembali kedalam (Enggar tak mendengarnya karena sibuk menembak).

Baiklah singkat cerita, ternyata Nuansha hari ini sedang datang bulan. Karena untuk memakai pembalut hanya bisa didalam bus (kebetulan sekali Diaz ternyata membawa banyak pembalut ditasnya, dia lupa memberitahukan Fitria dan Najwa), jadi Nuansha memakainya dibelakang bus, sedangkan para cewek mengawasi agar tak ada yang mengintip Nuansha. Bahkan Choki yang hormon lelakinya hilang juga tak diperbolehkan.

"Baiklah selesai" sahut Nuansha, sedangkan yang lain menghela napas lega.

Sedangkan diatap bus.

"BATS"

"BATS"

"BATS"

"BATS"

Enggar terus melepaskan tembakan kearah zombie yang ada didepan. Sepertinya dia tidak tahu dengan insiden pembalut Nuansha.

"Enggar, apa kau nggak lelah?" tanya Ardhika.

"Ini sih belum apa-apa" ujar Enggar yakin. Saat bus melintas dibawah jembatan, tiba-tiba ada zombie yang melompat dari jembatan dan jatuh tepat diatap bus.

"Uwaaa..!! Tiba-tiba saja!" seru Taufik kaget. Zombie itu hanya menggeram.

"Cuma satu saja kan" ujar Ardhika tenang sambil berjalan mendekati zombie itu. Zombie itu merespon dan segera mendekati Ardhika, tapi belum satu langkah zombie itu ambil kepalanya sudah terpenggal dan tubuhnya jatuh kejalan. Ardhika hanya mendengus sambil menatap katana-nya yang entah sejak kapan sudah dia hunuskan.

"Ya jadi kotor" Ardhika mengeluarkan tisu dari sakunya dan membersihkan katana-nya dari darah dan gumpalan daging.

"Cepatnya" ujar Febri. Febri memang tak bisa secepat itu mengingat senjatanya adalah sebuah kampak.

"Mulai sekarang, kita harus hati-hati bila melintas dibawah jembatan" ujar Ardhika sambil menyarungkan kembali katana-nya. Sesaat kemudian, tiba-tiba 3 pesawat melintas dengan cepat.

"WUUUUUUSSSSSHHHHHHH........!!!!!!!"

"Uwaa!! Pesawat apa itu!?" ujar Febri kaget.

"Sepertinya itu pesawat militer, mereka sedang patroli" ujar Enggar tanpa memalingkan wajahnya.

"Benar juga, kenapa kita tidak minta bantuan pada mereka" usul Ardhi.

"Kau bicara seperti itu saat pesawatnya sudah jauh?" sindir Enggar. Sedangkan Ardhi hanya kesal sendiri

"Oh ya Ardhika, saat ledakan tadi aku menemukan sebuah pedang yang terpental karena ledakan tadi di Pom" ujar Taufik mendadak.

"Oh, pedang apa? Katana?" tanya Ardhika, sepertinya kesalnya sudah hilang.

Taufik menggeleng "Bukan, nggak tau apa namanya. Ada ditasku kok" ujar Taufik.

"Tas, memang muat?" tanya Febri.

Journey to Survive in a Zombie ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang