Chapter 1 : Dulu dan Sekarang

5.7K 372 41
                                    




Padahal kemarin malam semuanya baik-baik saja, tapi.....

''TEEEEEETT......TEEEEEETT......TEEEEEETT......TEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEETTTTTTTTTTTT.......!!!!!!!!


Ukh! Itu bel masuk panjang amat bunyinya, padahal semua orang tahu kalau sudah masuk, nggak usah segitunya juga. Mungkin disengaja untuk memperingatkan murid yang masih nongkrong diluar. 


''Ar, ayo masuk kelas''


Aku pun menengok kearah makhluk kasat mata yang memanggilku dengan mata lesu (Sepertinya dia kurang tidur)


"Ayo Jar"


Ardhika Dharmawangsa, kelas 9-H absn 3 SMP Negeri 01 Jayanti, itulah aku. Anak rata-rata dengan fisik rata-rata, wajah rata-rata, dengan kebiasaan rata-rata. Aku hanya anak biasa yang tidak terlalu terkenal disekolah dan teman yang tidak bisa dibilang dikit ataupun banyak


Anak disebelahku, Fajar Latiful Habib, teman sekelasku yang termasuk anak yang lumayan aktif dalam berorganisasi termasuk pencak silat. Dia banyak digemari anak gadis di kelas lain tapi biasa saja di kelasnya karena sifat kalemnya yang keterlaluan


"Selamat pagi!!" sahutku.


"Pagi" ujar salah satu murid, Enggar.


Tadinya aku ingin mengobrol dengan Enggar tentang film yang kupinjam darinya kemarin. Tetapi tepat beberapa detik kemudian Pak Abdul guru IPS memasuki kelas dan segera memberi mimpi terburuk yang hampir kami lupakan: ULANGAN.


Mungkin karena soalnya terlalu sulit, aku terlalu serius (serius menyontek keteman pintarku; Rangga Zeinurohman) hingga tidak menyadari keributan di luar. Sesaat kemudian terdengar suara ledakan dan tabrakan mobil.

DUARRR...!!!

BRAK!

TIN! TIN! TIN!

Sontak semua yang berada dikelasku terkejut. Pak Abdul pergi keluar untuk melihat. Temanku yang tidak bisa diam, Enggar Rizki Sanjaya, ngacir keluar mengikuti Pak Abdul. Beberapa anak dari kelas lain mulai keluar dari kelas. Karena penasaran, aku, Fajar, dan teman perempuan ku, Fitria Ramadhani mengikuti mereka. Terlihat dari sekolah, asap hitam membumbung tinggi dari arah jalan.


Sesampainya disumber keributan, Gerbang Sekolah, kami terkejut. Diluar gerbang, terdapat seseorang yang ingin memaksa masuk, sedangkan penjaga sekolah menusuknya dengan tongkat berujung tajam, sampai menembus kepalanya. Sedangkan satpam sekolah, beberapa staf, dan guru menyusun barikade dari meja, lemari, dan kursi. Disebelah kanan, guru BP kami mengatur penyusunan barikade. Banyak yang bertanya-tanya apa yang sedang terjadi, sampai guru BP mulai berbicara.


"Anak-anak, jika ada yang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi bapak akan kasih tau, tapi berjanjilah jangan ada yang panik!" Suara guru BP menggelegar sampai semuanya terdiam.


"Dengar!" Guru BP melanjutkan pembicaraannya. "Tadi bapak sedikit telat saat berangkat ke sekolah. Tapi dijalan bapak melihat kericuhan di jalan, tapi mereka...mereka..." Guru BP menghentikan pembicaraannya. Suaranya bergetar seperti ketakutan. Aku jarang, bahkan tidak pernah lihat guru BP kami yang terkenal tegas bergetar seperti itu.

Journey to Survive in a Zombie ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang