Chapter 18: Perjalanan dari sekolah sampai Plaza (Flashback)

2.3K 190 11
                                    


Halo, halo, haaloo!!!

Selamat pagi, selamat siang, selamat malam, selamat ulang tahun, selamat menempuh hidup baru, selamat atas kelulusannya, selamat karena diterima lamarannya, dan selamat yang lain.

Hari ini dengan saya I Kadek Aryawan, penulis yang ceritanya sangat tidak keren, tidak bagus, tidak cool, tidak populer, gaje, berantakan, dll.

Tak terasa kita sudah sampai bagian 18, saya sudah tak sabar lagi *nari balet *ditimpuk pake ensiklopedia ama readers.

Dibagian ini, kita tunda dulu petualangan Fajar dll. Bagian ini akan menceritakan perjalanan Diaz, Febri, Najwa, Taufik, Niam dan Choki dari sekolah sampai bisa bertemu dengan Fajar, Ardhika, Raihan, Nuansha, Fitria, Rika, Enggar, dan anak yang ketemu dijalan itu. Baiklah tanpa basa basi lagi, cekidoot (bener gak sih tulisannya? :v)

SELAMAT MEMBACA :D

1 hari setelah kelompok Fajar pergi.


Seorang anak, Taufik, dari tadi terus gelisah. Dia melihat secara langsung kepergian Fajar, Ardhika, Fitria, Rangga, dan Enggar. Disisi lain, dia merasakan ada benarnya tindakan mereka berlima. Tapi disisi lain, terlalu beresiko bila keluar dari sekolah. Harusnya dia ikut dengan kelompok Fajar saja, pikirnya.


Bahkan tadi malam, saat semuanya tertidur dikelas masing-masing, dia tetap terjaga. Dan yang menyadari sikap Taufik adalah Febri dan Diaz.


"Yo, Lana" sapa Febri. Saat ini, semua murid lagi menunggu terbaginya persediaan makanan dari koperasi.


"Hn, ada apa?" tanya Taufik.


"Kau tidak ikut?" tanya Diaz sambil menunjuk kearah barisan murid yang menunggu makanan.


"Tidak, malas" ujar Taufik.


Diaz tiba-tiba menyodorkan sebuah roti kepada Taufik. Taufik hanya mengambilnya.


"Hey, kalian berdua" Taufik membuka pembicaraan, sedangkan Diaz dan Febri hanya diam menunggu Taufik melanjutkan perkataannya.


"Bagaimana kalau kita ikut keluar dari sekolah seperti Fajar dan yang lain?" tanya Taufik hati-hati, takut ada yang dengar.


Febri dan Diaz diam sejenak. Taufik menghela napas, sudah diduga akan seperti ini rekasi mereka berdua. Tapi ternyata...


"Bagus! Ide yang bagus! Mungkin kemampuan karateku bisa berguna disaat seperti ini" ujar Febri bersemangat.


"Tidak buruk juga, aku akan memakai tongkat pramukaku sebagai senjata" ujar Diaz, sedangkan Taufik hanya terbengong-bengong melihat mereka berdua.


"Semuanya!! Ke lapangan!!" tiba-tiba guru BP memerintahkan seluruh murid berkumpul kelapangan. Diaz, Taufik, dan Febri saling pandang, sebelum akhirnya ikut ke lapangan.


Sesampainya disana, banyak murid yang sudah di lapangan. Ketakutan, kecewa, sedih, tegang, semua dirasakan dari ekspresi sebagian besar murid.

Journey to Survive in a Zombie ApocalypseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang