"Kay bangun.""Aahh masih ngantuk nanti aja."
"Kay bangun aku butuh kamu."
Cahaya mulai menusuk ke arah kedua bola mataku yang masih tertutup, ku coba membuka mata, pandanganku masih belum terlihat jelas, tapi itu dia. Dia yang selama ini menghantui ku. Laki-laki itu OH MY GOD Bunda disini ada laki-laki itu lagi.
aku mencoba untuk berteriak sekencang mungkin tapi tidak ada jawaban. Dan disini pun sangat gelap aku tidak dapat melihat jelas wajah laki-laki itu.
"Bun ... Bunda ada dia! Bunda tolong Kanya, dia ada disana. aaaaaa bundaaaaa ... " eranganku makin terdengar keras.
"Kanya, bangun nak Kanya, Kanya."
"Bun ... Bun ... Bundaaa." seketika aku terbangun, ternyata itu hanya mimpi buruk. Namun kenapa mimpiku selalu begitu? sudah berapa kali mimpi itu muncul dan mungkin tidak dapat terhitung.
Aku sangat takut, tanpa berfikir lagi tanganku langsung melingkar di pinggang bunda dan memeluknya erat. Dan tanpa aku sadari keringat pada wajahku mulai bercucuran karna ketakutan yang keterlaluannya.
"Kanya kamu baik baik aja kan? Mimpi buruk lagi? Apa laki-laki itu lagi nak?" tanya bunda halus.
"Iya Bunda. Mimpi itu lagi."
"Bun kenapa sih lima tahun belakangan ini Kanya mimpi buruk terus, kita pindah tanpa sebab apa-apa kan?" tanyaku sambil mengerutkan dahi.
"Ngaco kamu, emang kamu kira Bunda sama Ayah pindah karna nabrak lari, bakar rumah, bunuh orang, atau apalah seperti yang kamu pikirkan itu? Tidaklah, kan memang ayah kamu harus pindah dinas nak." mengusap kepala Kanya.
Aku segera mengangguk menandakan bahwa aku mengerti dengan penjelasan Bunda. Namun ...
'Sepertinya aku mengingat sesuatu dalam mimpiku tadi tapi apa ya? Duh otakku ini selalu saja tidak berguna saat hal penting.'
"Kanya jangan melamun terus, sudah sana rapih-rapih. Ini kan hari pertama kamu jadi anak SMA seperti yang sering kamu hayalkan itu. kalo anak SMA itu gaul lah banyak temen lah ini lah itu lah, jadi tunggu apa lagi?"
"Udah dong Bun jangan ngeledek terus, Bunda kaya ga pernah muda ajasih," jawabku datar dan langsung beranjak dari tempat tidur menuju ke kamar mandi.
🐤
'OH MY GOD putih abu-abu. Seriously? tercapai juga akhirnya, seragam ku ini oh astaga ternyata aku sudah besar sekarang, aaaaaa,' batinku seakan mengatakan hal itu, Aku berlompat-lompat diatas tempat tidurku.
Sepertinya aku memang masih belum bisa terlepas dari sifatku yang kekanak-kanakan itu. Tapi aku dewasa ko. Serius deh dewasa banget malah.
Klekk
"Eh malah loncat-loncatan diatas kasur begitu. ayo sarapan dulu, nanti Ayah telat kalau lama, dari tadi nungguin kamu itu." kali ini bunda agak memperlihatkan ekpresi marahnya, ehm delapan puluh deh buat bunda kalo masalah ekspresi mah.
"Ehh cepet." bukan hanya ekpresinya yang garang, namun arrggh bunda menjewer ku.
"Ah ... Sakit bun, bunda aku bisa jalan sendiri, ih bunda ah sakit." akhirnya sampai juga di meja makan tapi dengan jeweran dari bunda.
Halah pasti merah ini telinga ku, coba bayangkan saja dari lantai dua rumahku dijewer kebawah cuma karna aku lelet? Liat aja nanti bunda aku laporin ke bang Raditya Dika. Soalnya suka nyakitin perasaan perempuan.
"Duduk, cepat sarapan! apa mau ayah tinggal?" nada suara ayah yang serak-serak itu selalu mengiatkan ku pada penyanyi dangdut yang mempunyai ciri khas bernyanyi serak seperti ayah, astaga kanya yakali kamu nyama-nyamain ayah kamu sama artis? jauh beda kali 'helloo.' cakepan ayah lah.
"Jangan coba-coba nyama-nyamain ayah lagi Kanya," tebak ayah.
Tepat sekali,
"Eng ... ngga ayah sotau banget sih, udah ah ayo udah selesai nih." ih ayah selalu saja benar saat menebak pikiranku, ayah tuh punya jurus apa ya? Silat? Tidak ada hubungannya. Karate? Apalagi, ketinggian kayak tiang listrik gitu, eh Kanya astaga! 'Sorry my dad.'
"Hhhaaahha," tawa ku terdengar. OMG! mati aku. Aku langsung menutup mulutku.
"Ketawa mulu, pamit sana sama bunda, jangan bilang kamu ngeledek ayah lagi?" Kali ini muka ayah ngeledek seperti ikan badut yang difilm nemo. eh kan emang nemo yang jadi ikan badutnya ya?
"Bun Kanya pamit yakk, jangan lupa kentang goreng nanti pulang, dahhh."
"Kanya-Kanya. Ngga punya menu lain selain itu apa?" Bunda menggeleng-gelengkan kepalanya tidak menyangka bahwa anaknya sudah menjadi gadis remaja yang manis sekarang, namun sifatnya tidak pernah berubah.
🐤
Cuaca hari ini lumayan cerah, pemandangannya sangat indah, banyak siswa-siswi yang memenuhi halte bus 'andai saja aku bisa pergi sendiri saja ke sekolahku, tapi ayahku ini selalu saja melarangnya. aku terlihat seperti anak papih bukan mamih, ah ayah kenapa tidak belikan saja aku sepeda motor kalaupun tidak bisa sepe ... '
"Aaaa ... " tiba-tiba ayah mengerem mendadak.
"Astaga, maaf Kanya ayah hampir aja."
Tukang becak yang tidak bertanggung jawab hampir membuat kami dalam masalah.
"Udahlah yah ngga apa-apa dia yang salah juga."
Hampir saja ayah menabrak becak yang belok sembarangan itu, duh jaman sekarang becak saja tidak kenal yang namanya lalu lintas. Se-enak jidatnya saja lewat 'hello pak are you okay?' pastinya baik lah, masih bisa ngendarain becak gitu koo. eh bentar aku bukannya sombong ngejelek-jelekin tukang becak itu tapi ya namanya lalu lintas ya harus berjalan dengan baik dong? Jadi aku gasalah kan? Lagian bagaimana tidak terjadi macet ataupun kecelakaan coba? Masyarakatnya aja kaya begitu tidak ada yang peduli, harusnya kita ngedukung dong jangan cuma bisanya ngomong doang! Duh ko aku jadi politis begini yak? Eh politis sama politik sama aja kan ya?
"Ayah ko diem aja sih?" tanya Kanya penasaran.
"Lah trus ayah ngomong apa lagi? Kan udah diutarakan sama kamu semua dalam hayalan kamu tadi pasti dengan penjabaran yang panjang kan, sok jadi politisi kamu." tepat sekali kan, duh ayah pake pelet apasih Kanya mau juga, ini nih yang bikin aku jadi males ngayal kalo lagi sama ayah. pasti tau aja.
"Ayah sotau, udah fokus nyetir yah bentar lagi nyampe tuh, asik sekolah baru asik sekolah baru." aku memutar-mutarkan tanganku seperti penonton alay yang sering ada di televisi gitu deh ah tapi gadeh kejelekan secara aku kan manis 'hello Kanya kebanyakan puji diri lo!' lah kenapa, anda tidak suka? Astaga tingkat menghayal ku udah jauh sekali, sepertinya aku cocok banget jadi penyair deh tapi masa sih? jangan-jangan pas jadi penyair aku malah diusir lagi 'hello Kanya penyair emang ada yang alay kaya kamu?' ah sudahlah aku hanya ingin menjadi diriku sendiri dan ...
Oh iya laki-laki itu. mimpi itu, kumohon hilanglah. kenapa aku harus mengingatnya lagi, arrggh!🐤
Temen temen jangan lupa commentnya ya,
Maaf kalau kurang menarik namanya juga pemula makanya bantu aku dengan comment kaliannya. dukungan dari kalian itu semangat aku.
btw udah tau sifat kanya yang sesungguhnya belum? Kayanya kalian belum tau deh, makanya jangan ketinggalan lanjutannya ya.
[Chapter 2]👉
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
General Fiction"Karena aku tahu, bahwa kita akan tetap menjadi kita." -Riki